Dua Desa Belajar Toleransi

273
[nu.or.id]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Hasil tertinggi dalam pendidikan adalah toleransi. Pribahasa ini dipegang teguh oleh lima puluh peserta perwakilan dari dua desa damai di Klaten saat berkunjung ke tempat-tempat ibadah di Kota Semarang, Selasa, 5/3. Kegiatan kunjungan yang diprakarsai Wahid Foundation ini bermaksud agar setiap peserta memiliki pandangan yang luas dan positif terhadap orang beragama lain.

Kunjungan warga Desa Nglinggi, Kecamatan Klaten Selatan dan Desa Gemblegan, Kecamatan Kalilotes yang mendapat predikat desa damai dimulai dari Masjid Agung Jawa Tengah di Kota Semarang. Disambut pengurus Masjid Gus Beni, rombongan dipersilahkan untuk belajar banyak hal tentang agama Islam termasuk soal mengelola Masjid agung ini.

Selanjutnya para peserta berkunjung ke Klenteng Sam Poo Kong. Di sini, para peserta diperkenalkan dengan tokoh Laksamana Cheng Ho, seorang Muslim yang melakukan ekspedisi di Semarang. Bangunan yang arsitekturnya khas ala Negeri Tirai Bambu itu, hari ini dipakai untuk ibadah umat Konghuchu.

Pada sore hari, peserta tiba di Wisma Uskup di Jalan Pandanaran, Kota Semarang. Para Pastor menyambut para peserta dan mengantarkan para peserta ke ruang pertemuan. Dalam kunjungan ke Wisma Uskup, para peserta gembira karena dapat berjumpa dengan Uskup Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko.

Dalam perjumpaan ini Mgr Rubiyatmoko mengatakan perbedaan itu harusnya dilihat sebagai berkat Tuhan untuk Indonesia. Tak ada perbedaan yang tidak diinginkan Tuhan. “Sayangnya manusia sering membuat perbedaan antara Tuhan yang satu dengan yang lain. Perbedaan antara kafir dan non kafir,” ujar Mgr Rubiyatmoko.

Senada dengan Mgr Rubiyatmoko, Advisor Wahid Foundation Guz Jazuli mengatakan kehadiran mereka bertemu uskup untuk mengetahui banyak hal seperti tradisi puasa dan pantang dalam Gereja Katolik. Selain itu sejumlah informasi dalam Gereja Katolik yang juga dijelaskan oleh Mgr Rubiyatmoko. “Kami senang karena ternyata ada beberapa kemiripan dalam Katolik dan Islam,” pungkas Jazuli.

Liza Zuvita Siku (Semarang)

HIDUP NO.11 2019, 17 Maret 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here