Paus: Kita Semua Pendosa yang Memerlukan Pengampunan

753
Berbagi kegembiraan Injil: Paus Fransiskus menyapa umat beriman dalam Audiensi Umum mingguan [Dok,Media Vatikan]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.comDalam Audiensi Umum (General Audience) Mingguan, Rabu (10/4), Paus Fransiskus menyampaikan katekese mengenai doa “Bapa Kami” dengan merefleksikan kalimat dalam doa “ampunilah kesalahan kami ” (forgive us our debts).

Paus Fransiskus menghubungkan refleksi pada pekan lalu dengan katekese pada minggu ini, dengan mengatakan bahwa, kita membutuhkan pengampunan setiap hari, dalam cara yang sama kita membutuhkan “roti harian” (daily bread) kita.

Tetapi apabila kita sempurna, bahkan jika kita adalah ‘crystalline saint’ (santo yang mengkristal, atau merasa lebih “santo dari para santo”-red.) yang tidak pernah tersesat, “kita akan selalu menjadi anak-anak yang berutang segalanya kepada Bapa”, tutur Paus, menjelaskan bagaimana kita semua “berutang budi” kepada Allah.

Kesombongan: Perilaku Paling Berbahaya
Dalam kesempatan itu, Paus juga memperingatkan umat akan dosa kesombongan, “sikap paling berbahaya bagi setiap kehidupan umat Kristen.” Beberapa dosa, kata Paus, sangat jelas, tetapi beberapa tersembunyi dan membahayakan, “bersembunyi di dalam hati tanpa kita sadari”.

Keangkuhan/ rasa bangga adalah yang terburuk dari semua ini, kata Paus; itu adalah dosa “yang dapat menginfeksi orang yang hidup dalam kehidupan keagamaan yang kuat”. Mengutip Surat Pertama Injil St Yohanes, Paus Fransiskus berkata, “Jika kita mengatakan kita tidak memiliki dosa, kita menipu diri kita sendiri”.

Tetapi, Paus melanjutkan, meskipun kita berutang budi kepada Tuhan karena dosa-dosa kita, kita pertama-tama berutang “karena dalam kehidupan ini kita telah menerima begitu banyak” dari Tuhan.

Bahkan ketika hidup itu sulit, Paus mengatakan, “kita harus selalu mengingatkan diri kita sendiri bahwa hidup adalah anugerah, suatu mukjizat yang telah disarikan oleh Tuhan dari ketiadaan.

Kita Bisa Mencintai Karena Kita Lebih Dulu Dicintai
Paus Fransiskus mencatat bahwa kita juga berutang budi kepada Tuhan karena tidak ada seorang pun di antara kita yang mampu mencintai tanpa rahmat Tuhan.

Paus menggambarkan hal ini sebagai mysterium lunae, seumpama “misteri bulan”, yang tidak bersinar dengan cahayanya sendiri, tetapi hanya dapat memantulkan cahaya matahari. Jika kita mencintai, kata Paus, itu karena kita lebih dulu dicintai. Jika kita mengampuni, itu karena kita telah diampuni.

“Tidak ada dari kita yang mencintai Tuhan seperti Dia telah mencintai kita”, kata Paus. “Cukup menempatkan diri Anda di depan salib untuk memahami perbedaan bahwa: Dia telah mengasihi kita, dan Dia selalu mengasihi kita terlebih dahulu”.

Dengan memahami ini dapat memberi kita empati yang lebih besar kepada orang lain. “Mari kita coba dengarkan kisah beberapa orang yang melakukan kesalahan, misalnya seorang tahanan, terpidana, atau seorang pecandu narkoba,” imbuh Paus Fransiskus.

Tanpa mengabaikan tanggung jawab pribadi, katanya, Anda dapat bertanya pada diri sendiri apakah kesalahan-kesalahan ini adalah hasil dari “kisah kebencian dan pengabaian yang dilakukan oleh seseorang terhadap mereka.”

Paus Fransiskus menyimpulkan dengan mengundang kita semua untuk berdoa, Lord, even the holiest among us does not cease to be your debtor. O Father, have pity on us all, “Tuhan, bahkan yang paling suci di antara kami tidak berhenti menjadi pengutangmu. Ya Bapa, kasihanilah kami semua.”

 

Sumber: vaticannews.va/ Christopher Wells; catholicnewsagency.com/Courtney Grogan (10 April 2019)
Penerjemah/editor: Anton Bilandoro

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here