Suara Milenial Menentukan Arah Bangsa

61
Grup musik d’Cinnamons saat tampil dalam acara Millennial Festive: Stand for the Nation di Senayan Basket Court, Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan, Sabtu, 6/4.
[HIDUP/Hermina Wulohering]
1/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Partisipasi dalam Pemilu itu bukan melulu kewajiban, melainkan hak mereka dalam menentukan pemimpin lima tahun ke depan.

Fenomena golongan putih atau golput kerap terjadi menjelang penyelenggaraan Pemilu di Indonesia. Golput biasa terjadi akibat ketidak percayaan masyarakat terhadap politik baik dalam bentuk partai maupun kandidat pemimpin yang akan bersaing. Menurut data KPU, ada sekitar 20-30 persen suara pemilih pemula yang akan diperebutkan pada Pemilu 2019.

Imbauan agar masyarakat tidak golput selalu disampaikan peserta, pegiat, penyelenggara, hingga pengawas Pemilu. Namun, hingga kini, isu meningkatnya potensi angka golput pada ajang Pilpres dan Pileg 2019 belum juga reda, terutama pada pemilih pemula. Situasi ini juga menjadi perhatian beberapa ormas Katolik.

Sebagai tanggapan fenomena golput ini, Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA), Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), dan Pemuda Katolik dan Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) membentuk Komite Ormas Katolik Peduli Pemilu (KOKAPI). Komite ini secara khusus dibentuk untuk mengumpulkan dan melakukan sosialisasi kepada milenial Katolik agar peduli dan terlibat aktif dalam pesta demokrasi.

Minggu lalu, KOKAPI menyelenggarakan Millennial Festive: Stand for the Nation di Senayan Basket Court, Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan, Sabtu, 6/4. Kegiatan ini juga melibatkan Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Komisi Kepemudaan KWI serta Majelis Nasional Pendidikan Katolik KWI.

Ketua KOKAPI Margareta Astaman mengatakan, berdasarkan beberapa survei terlihat banyak milenial yang memilih untuk golput pada Pemilu 2019. “Kami ingin menjangkau milenial Katolik dan menyampaikan partisipasi dalam Pemilu bukan melulu kewajiban, melainkan hak mereka dalam menentukan pemimpin lima tahun ke depan sehingga harus digunakan dengan bertanggungjawab,” katanya.

Kepada lebih dari 1000 milenial Katolik dari Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bogor, dan Keuskupan Bandung yang hadir, Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI, Pastor Antonius Hariyanto, mengatakan orang muda Katolik harus memilih demi bangsa ini. Ia mengajak para milenial untuk kepoin calon pemimpin yang akan maju dalam pemilu melalui berbagai platform digital, antara lain infopemilu.kpu.go.id, Rekam Jejak, dan calegpedia.id. “Kita harus memilih karena siapa pemimpin kita, menentukan arah bangsa ini,” katanya.

Salah seorang peserta dari Keuskupan Bandung, Jorjis, mengaku bersemangat dan mengikuti perkembangan Pemilu. Ia mengapresiasi penyelenggaraan Millennial Festive karena menambah rasa nasionalisme dalam dirinya. “Saya selalu mengikuti debat capres dan cawapres. Saya juga secara online mencari tahu profil calon pemimpin yang akan saya pilih, latar belakangnya, kinerja selama ini, dan apa yang sudah pernah mereka lakukan untuk masyarakat,” ungkap siswa kelas XI SMA Santa Maria 1 Bandung, yang akan menggunakan hak pilihnya untuk pertama kali ini.

Millennial Festive turut dimeriahkan oleh grup musik d’Cinnamons, Canisius Wind Ansamble, dan stand up comedy oleh Reinold Lawalata dan beberapa komika lain.

Hermina Wulohering

HIDUP NO.15 2019, 14 April 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here