Mendidik Menurut Romo Mangun

268
Alm.Romo Mangun saat merayakan Ekaristi. [NN/Dok.Pribadi]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Peran guru bukanlah hanya sebagai pawang atau instruktur tetapi guru harus bisa mengakomodasi kepentingan kaum miskin. “Hal ini pernah disampaikan rohaniwan Katolik pembela wong cilik YB Mangunwijaya,” kata Ferry T. Indratno dari Forum Mangunwijaya dalam diskusi publik “Anak Merdeka Menurut YB Mangunwijaya” di Yayasan Satunama Yogyakarta, 26/3.

Ferry mencontohkan, generasi 1928 seperti Soekarno-Hatta merupakan sosok-sosok manusia demokratik dan humanis. Oleh karena itu Romo Mangun – demikian sapaan YB Mangunwijaya kemudian membuat gerakan pembaruan pendidikan. Tujuannya agar mengantarkan murid pada pendewasaan diri, merdeka, dan humanis. “Tidak ada anak yang bodoh. Dalam bahasa Socrates, setiap manusia sudah mengandung kebenaran. Guru hanyalah bidan yang mendampingi anak melahirkan kebenaran
tersebut.” ucap Ferry T. Indratno.

Bersamaan dengan Ferry, Agus Suwignyo dari Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada menyebutkan gerakan pembaruan pendidikan Romo Mangun berangkat dari konteks makro politik yang hegemonik dan kegelisahan kaum intelektual. Yang dilakukan Mangunwijaya mirip dengan Ki Hajar Dewantara. “Saat ini dunia pendidikan membutuhkan pendekatan baru dan pembaruan metodologi gerakan di tengah revolusi industri,” tuturnya.

Ignatius Dwiana Mulyanto (Yogyakarta)

HIDUP NO.15 2019, 14 April 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here