Simpati Umat Lintas Agama di Paroki Bongsari untuk Korban Bom di Sri Langka

438
Ibadat doa bersama dilakukan di halaman Gereja Paroki Bongsari, Semarang. [Dok.Pri.]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Simpati dan doa untuk para korban pengeboman di Sri Langka masih terus berlangsung di berbagai tempat. Hal itu dilakukan karena semua orang menyadari peristiwa pengeboman di Gereja St Anthony di Kochchikade, Gereja St Sebastian di Negombo, Gereja Zion di Batticalao serta tiga hotel di Ibukota Kolombo,merupakan peristiwa memilukan.

Kembali nurani kemanusiaan ini terkoyak karena perilaku biadab pelaku pengemboman. Duka juga dirasakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya umat Keuskupan Agung Semarang. Pada 28 April 2019, bertempat di pelataran Gereja Katolik Bongsari, umat Gereja St Theresia Bongsari Semarang dan umat dari lintas agama berdoa bersama bagi para korban dan pelaku pengeboman.

Dalam pengantar pembukaan acara doa bersama, Pastor Eduardus Didik Chahyono SJ selaku Pastor Kepala Paroki St Theresia Bongsari dan Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang menyampaikan pernyataan sikap dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Pengasuh Ponpes Raudathul Sholihin Sayung Demak Mohammad Abdul Qodir dalam acara doa untuk para korban pengeboman di Sri Langka, Minggu (28/4) di pelataran Gereja Katolik Bongsari. [Dok.Pri.]
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Raudathul Sholihin Sayung Demak Mohammad Abdul Qodir berharap peristiwa pengeboman tidak menimbulkan stigma negatif umat Kristiani kepada umat Islam.

Abdul Qodir sengaja membawa santri untuk menghadiri acara doa bersama agar para santri dan umat Kristiani dapat saling memandang dan menyadari bahwa kita bersaudara.

Turut hadir, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Semarang I Nengah Wirta Darmayana.

Dalam refleksinya, I Nengah Wirta mengangkat kembali ingatan umat yang hadir pada peristiwa bom bali. Peristiwa itu juga menimbulkan kemarahan bagi umat Hindu.

Namun kemarahan itu tidak disalurkan pada tindak kekerasan melainkan justru dengan aksi berbondong-bondong ke pura untuk berdoa dan kemudian mengekspresikan permainan alat musik gambang untuk menghaluskan hati.

Dalam kesempatan itu, Dosen Fikom Unika dan pengurus Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAAK) Keuskupan Agung Semarang Robertus Setyawan Aji Nugroho sekaligus menyatakan dukanya dengan berbahasa Inggris.

Refleksi dan rasa simpati juga diekspresikan oleh Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Bongsari dengan menyajikan pentas teatrikal. Termasuk para remaja yang hadir ikut mengungkapkan doa dan harapan dengan melagukan beberapa nyanyian.

Peristiwa istimewa lainnya adalah penampilan tiga santriwati dari Ponpes Sayung dengan suguhan puisi yang menggugat perilaku terorisme. Persembahan musikalisasi puisi dari Komunitas seni Kolaboart turut menambah nuansa simpati dan doa.

 

Pastor Eduardus Didik Chahyono SJ
Editor: Antonius Bilandoro

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here