Karya bagi Gereja dan Masyarakat

262
Bernadetta Widiandayani.
[NN/Dok.Pribadi]
3/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Bagi Widi, kasih kepada Allah dan sesama memang tak dapat dipisahkan, berdoa tak dapat di pisahkan dari karya.

Dunia komunikasi melalui media sosial mampu mengubah wajah dunia dewasa ini. Arusnya pun deras menggulung berbagai lapisan generasi, mulai yang muda hingga yang tua. Teknologi mampu menjadi “areopagus” atau sarana pewartaan, evangelisasi bagi Gereja zaman ini.

Situasi semacam itulah yang kerap dibagikan Bernadetta Widiandayani dalam Asian Communication Network Workshop (CAN) juga dalam forum lainnya kepada orang muda. Berkecimpung dalam dunia pewartaan Gereja melalui media semacam ini bukanlah hal yang asing bagi Widi, sapaan akrabnya. Selama 16 tahun (1989-2014) ia berkarya di Studio Audio Visual Puskat Yogyakarta. Selama tujuh tahun pula ia menjabat sebagai sekretaris eksekutif program training nasional, SIGNIS Indonesia. Kiprahnya menempuh jalan panjang. Pada 2006, ia diterima sebagai anggota perseorangan SIGNIS Indonesia. SIGNIS adalah Asosiasi Komunikasi Katolik Dunia.

Bagai Api
Semangatnya di dunia komunikasi ini bagai api, yang juga menjadi khas logo SIGNIS. Dalam SIGNIS World Congres di Roma tahun 2014 lalu, Widi terpilih sebagai sekretaris SIGNIS Asia periode 2014-2017. Selain itu, dalam SIGNIS Board of Director Meeting yang berlangsung di Brussels, Belgia, ia juga diberi amanah menjadi SIGNIS Radio Desk Chair yang di dalamnya juga menggarap lahan komunikasi berupa TV, film, radio, jurnalisme, juga media edukasi.

Ibu dua anak ini amat menghayati kiprahnya di dunia pewartaan. Baginya menjadi sekretaris SIGNIS Indonesia sekaligus Asia merupakan amanah sekaligus tanggungjawab yang harus dijalankan dengan hati dan dedikasi yang tinggi. “Dalam organisasi semacam ini, puji Tuhan saya memperoleh pengalaman berharga bagi hidup saya. Saya dipertemukan dengan banyak orang dan mampu bekerjasama dengan mereka dalam lingkungan yang sangat dinamis,” ungkapnya.

Dari pengalaman itu, ia juga melihat perbandingan kinerja sebagai sekretaris SIGNIS Indonesia dan Asia. Namun dari situ, ia mulai intensif berkoordinasi dan berkomunikasi dengan anggota SIGNIS lainnya. Biasanya satu sampai dua bulan menjelang dan sesudah rapat anggota, ia menyiapkan laporan badan pengurus, mencatat poin-poin penting dan keputusan yang diambil dalam rapat, membuat laporan rapat anggota serta mengirimkannya kepada semua anggota SIGNIS Indonesia dan Ketua Komsos KWI.

Juru Tulis
Widi juga membantu proses dan mencatat selama rapat Screening Committee (SC) yang biasanya dilaksanakan dua hari sebelum rapat berlangsung. Selama 15 tahun terlibat, ia melihat penilaian dari Sekretaris General SIGNIS dunia, Alvito de Souza untuk model screening yang dilaksanakan oleh Indonesia sudah cukup bagus. Namun, ia mengakui model screening di India lebih baik lagi karena mereka menyertakan hasil screening total request dan total rekomendasi. Hal semacam itulah yang mempermudah tim screening SIGNIS Asia.

Tak hanya berhenti sampai di situ saja, Widi juga berkarya sebagai trainer dan juga narasumber bidang media komunikasi untuk program pemerintah dan swasta. Ia kerap membuat project proposal atas nama SIGNIS Indonesia dan mengirimkannya kepada ketua SIGNIS Indonesia agar ditandatangani uskup setempat. Ia juga merangkum hasil screening dan memintakan rekomendasi Ketua Komsos KWI dan Nuncio untuk kemudian dikirimkan ke Sekretariat General di Brussell. Sebagai sekretaris SIGNIS Asia dan Indonesia, Widi tak bekerja sebagai single fighter. Ia mengatakan ia didukung oleh tim yang solid.

SIGNIS Asia terbagi dalam tiga sub Regio yaitu, SIGNIS Asia Tenggara, SIGNIS Asia Timur, dan SIGNIS Asia Selatan dengan total 20 negara anggota. Widi wajib mengikuti SIGNIS Asia Board Meeting, Asia Screening Committee Meeting, SIGNIS Asia Asembly, dan SIGNIS Board of Director Meeting yang dihadiri oleh pengurus enam regio yaitu Afrika, Asia, Eropa, Amerika Latin dan Pasifik, serta organisasi internasional lainnya. Masing-masing rapat tersebut diadakan setahun sekali, sedangkan SIGNIS World Congres dilaksanakan tiga tahun sekali.

Di tengah kesibukannya sebagai juru tulis SIGNIS, Widi sering menjalankan training atau dikenal dengan Training of Trainer (ToT) yang dilanjutkan degan pendampingan program. Dalam kesehariannya, ia juga berkarya sebagai direktur Perkumpulan PERSADA lebih dari 10 tahun. Timnya bekerjasama dengan Unilever Indonesia dan media lokal di Yogyakarta, baik TV, radio, maupun cetak, menjalankan karya di bidang kesehatan, yaitu School and Youth Health Programs, lingkungan yaitu DIY dan Magelang Green Clean serta Program pemberdayaan perempuan, dengan cakupan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Tengah, Ngawi dan Pacitan di Jawa Timur, Sumba Barat Daya dan Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur (NTT), serta Samarinda di Kalimantan Timur.

Ia mulai merintis pada pertengahan 2005 dengan bendera Sanggar Padmaya, Unit Kerja CV Kaluwarna dan Pemerintah Daerah DIY, Kedaulatan Rakyat Group, RB TV, dan Radio Sonora melalui program Integrated Health Promotion Program. Program itu kemudian berkembang pada pemberdayaan petani perempuan khususnya petani kedelai hitam.

Memperhatikan Desa
Kini Widi menjabat sebagai Direktur PERSADA yang memiliki visi Promoting Culture of Peace in Society. Pihaknya menyelenggarakan pembinaan untuk kemajuan di bidang kesehatan dan lingkungan, pemberdayaan perempuan dan ekonomi, serta menyelenggarakan kegiatan pelestarian lingkungan hidup, rekonstruksi dan renovasi gedung-gedung sekolah, tempat ibadah yang hancur akibat bencana alam. Program desa sehat yang ia dampingi juga menjadi pemenang pertama Millennium Development Goals Award tahun 2012 lalu untuk kategori Kesehatan Ibu dan Anak, peserta lembaga swadaya mayarakat.

Program desa sehat 2012 itu dilaksanakan di 21 desa di DIY dan NTT. Hingga kini, Widi terus berkarya baik sebagai juru tulis SIGNIS Asia dan Indonesia, maupun dalam pemberdayaan perempuan dan program lainnya. Ia kerap menjadi narasumber dalam workshop dan seminar di bidang komunikasi. Misalnya di STF Seminaari Pineleng, Manado, Seminari Tinggi Penfui Kupang, dan STFT St. Yohanes Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Widi mengamini ayat Kitab Suci yang berbunyi “Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya” (1Yoh. 4:21). Baginya, kasih kepada Allah dan sesama memang tak dapat dipisahkan, berdoa tak dapat dipisahkan dari karya atau tindakan. “Doa hendaknya menjiwai karya dan sebaliknya karya menjiwai doa. Saya menghayati bahwa Allah sungguh hidup dan berkarya dalam program-program yang kami kerjakan selama ini,” ungkapnya.

Bernadetta Widiandayani

Lahir : Sleman, 28 Februari 1966
Suami : Antonius Martono
Anak : Nicolaus Krisna Palmawan Bakti, Aloysius Gonzaga Persada Bakti

Karya :
• Trainer di SAV Puskat Yogyakarta
• Sekretaris Eksekutif SIGNIS Indonesia
• Sekretaris Eksekutif Badan Koordinasi Promosi Kesehatan Yogyakarta :
• Direktur Kaluwarna Yogyakarta
• Sekretaris SIGNIS Asia
• SIGNIS Radio Desk Chair
• Direktur PERSADA
• Direktur Program dan Fasilitator CSR Program Unilever Indonesia Tbk.
• Pemberdayaan Petani Perempuan Kedelai Hitam, Yogyakarta dan sekitarnya

Fr. Nicolaus Heru Andrianto

HIDUP NO.13 2019, 31 Maret 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here