Melihat Injil dalam Perumpamaan

736
4/5 - (5 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Isi Alkitab, mulai dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, ditulis dalam rentang waktu belasan abad oleh para penulis yang berbeda. Masing-masing tulisan itu sebetulnya ditujukan bagi khalayak yang berbeda-beda. Ragam sastra yang terdapat dalam Alkitab juga berbeda-beda.

Ada cerita yang mirip dongeng, kisah kerakyatan, kisah kepahlawanan, dokumen sejarah atau silsilah, puisi, lagu, doa, aturan hukum, nubuat, wejangan, pepatah, kotbah, mukjizat, perumpamaan dan lain-lain. Ringkasnya, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah kabar gembira tentang perjanjian keselamatan Allah bagi manusia.

Pastor Josep Susanto mengakui, tradisi kebijakan dalam Kitab Suci dapat didekati dari pelbagai sudut telaah. Dalam buku Berhikmat dengan Perumpamaan, ia penulis mengajak kita menjadi pribadi yang berhikmat, melalui perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan Yesus dalam Injil Sinoptik.

Dalam Injil Sinoptik, tercatat ada 27 perumpamaan. Sejumlah perumpamaan seperti “Penabur”, “Ragi”, “Dua Anak”, dan “Orang Samaria yang Baik Hati”; bisa ditemukan sekaligus pada Injil Markus, Injil Matius dan Injil Lukas. Sebagian lagi hanya bisa kita baca pada satu atau dua injil saja. Dalam buku ini, setidaknya ada empat kekuatan perumpamaan yang diajarkan Yesus. Yakni kaya akan symbol yang amat hidup, menyentuh kehidupan sehari-hari pendengarnya, berisi paradoks yang menarik dan diakhiri dengan situasi yang terbuka atau open ending.

Bagian pertama buku ini mengulas bagaimana para guru kebijakan kerap membimbing para muridnya menemukan kebenaran melalui perumpamaan. Kita diajak menelaah perumpamaan sebagai narasi sebagaimana terbaca sekarang, dan mendudukkan perumpamaan itu pada konteks kemunculannya dalam Injil.

Dalam bab berikutnya, kita diajak mencermati tema “Permuridan” dan “Misteri Kerajaan Allah” melalui perumpamaan tentang benih yang dikemukakan Yesus melalui Injil Markus Bab 4. Susanto mengulas secara rinci perumpamaan “Penabur” dalam Mrk 4:3-8 yang disandingkan dengan Mat 13:3-9 dan Luk 8:5-6. Kita diajak membedah perumpamaan itu seperti mengupas bawang. Lapis demi lapis.

Di bagian ketiga, kita diajak mengunyah tema “kebenaran” yang disajikan Injil Matius dalam perumpamaan “Hamba yang tak Berbelas Kasih” (Mat 18:23-34). Dengan pendekatan narasi, kita diajak menimbang-nimbang hubungan antara pengampunan, kebenaran dan belas kasih Allah. Dalam bab selanjutnya, kita dibawa agar betul-betul mengenali perbedaan antara mendengar Sabda dengan melakukan Sabda, sebagaimana tertuang dalam perumpamaan “Orang Samaria yang Baik Hati” (Luk 10:25-37). Analisis naratif terhadap perumpamaan “Anak yang Hilang” (Luk 15:11-32) menuntun kita mengenali dimensi pertobatan dan kasih Allah yang tidak terbatas.

Pada Bab Kelima, kita diajak melihat hubungan perumpamaan Yesus dengan tema pokok pada kemunculannya di tiap-tiap Injil Sinoptik. Buku ini mengajak pembaca melihat Injil dalam perumpamaan, bukan melihat perumpamaan dalam Injil. Buku ini ditutup dengan pedoman aplikatif dan ringkas tentang model mewartakan hikmat ilahi dan sukacita Injil yang didaur dari perumpamaan yang diajarkan Yesus.

Betapa pun kita serius mempelajari perumpamaan menggunakan berbagai pendekatan. Di bagian akhir diingatkan tak seorang penafsir pun yang boleh mengangap tafsirannya paling benar dan menutup diri terhadap kemungkinan tafsir yang lain.

Judul : Berhikmat dengan Perumpamaan
Pengarang : Josep Susanto
Penerbit : OBOR, Maret 2018
Tebal : 137 halaman

Albert Kuhon

HIDUP NO.15 2019, 14 April 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here