Merawat Keagungan Lagu dan Musik Liturgi

172
Pastor Tomi (tengah, berkemeja hitam) bersama peserta seminar musik liturgi.
[Komsos Paroki Maria Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda Tangerang]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Merayakan ulang tahun keempat, komunitas Vocalista Paradiso mengadakan konser dan seminar musik liturgi, di aula St Maria Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, Tangerang, Sabtu-Minggu, 10-11/5.

Seminar yang mengusung tema Liturgi Inkulturasi: Liturgi yang Membebaskan semula menghadirkan pendiri sekaligus direktur Pusat Musik Liturgi Yogyakarta Pastor Karl-Edmund Prier SJ dan dan Dosen Fakultas Teologi Wedabhakti Sanata Dharma Yogykarta Pastor Tomi Subardjo SJ. Namun, Pastor Prier tak bisa datang karena sakit.

Meski berhalangan hadir, Pastor Prier tetap memberikan materi melalui video yang disiapkan panitia. Dalam paparannya, Pastor Prier mengatakan, inkulturasi merupakan ungkapan iman dalam budaya. Sehingga budaya maupun iman mengalami interaksi dan kreasi baru. “Intinya adalah Yesus yang menjelma sebagai Sabda Allah dan ingin menjelma terus dalam budaya setempat,” ujar pria kelahiran Jerman itu.

Kendati demikian, lanjut Pastor Prier, musik liturgi berbeda dengan musik tradisional dan musik hiburan dari berbagai aspek salah satunya adalah tujuan. Musik liturgi digunakan untuk “berjumpa” dengan Tuhan. “Saya berpendapat, salah besar bila kita menghilangkan dimensi keagungan dari liturgi kita sebagaimana sering terjadi dalam Misa muda-mudi,” ungkap Pastor Prier, mencontohkan.

Terkait hal itu, Pastor Tomi mengajak peserta seminar untuk menjaga dan berkontribusi untuk pembaruan musik dan lagu liturgi. Sebab, menurut alumnus Pontificio Instituto Liturgico Sant’ Anselmo Roma itu, setelah lebih dari 50 tahun Konsili Vatikan II berlalu, belum banyak umat yang bisa memahami bahasa Latin dan simbol-simbol dalam lagu liturgi.

Lolita Sianipar

HIDUP NO.22 2019, 2 Juni 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here