Karena Selingkuh, Suami Tak Menafkahi

886
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Romo Erwin, saya seorang ibu dari tiga anak yang sangat saya cintai. Akhir-akhir ini, ketiga anak-anak kami merasa marah kepada suami karena perselingkuhannya. Ketiga anak kami masih studi: dua orang kuliah dan satu kelas I SMA. Suami saya bekerja dari usaha yang saya miliki. Suami mempunyai selingkuhan dan semakin menjadi karena sudah lima tahun ini tak mau menafkahi keluarga. Apakah saya berdosa kalau menceritakan perselingkuhan suami kepada anak-anak dan akhirnya mereka sangat membenci ayahnya? Apa yang harus saya perbuat jika suami berencana menceraikan saya dan akan minta harta gono-gini?

Erna, Yogyakarta

Ibu Erna yang sedang bingung, saya ikut prihatin dengan tindakan suami Anda. Sungguh sangat tak terpuji dan sangat disayangkan jika ternyata suami Anda memilih selingkuhannya daripada keluarganya sendiri. Ia adalah seorang yang, boleh dikatakan, mengingkari janji nikah yang diikrarkannya sendiri. Tentu saja perbuatannya itu dosa dan tak patut. Sampai di sini saya mengajak Ibu untuk berpikir tentang apa yang sedang dipikirkan sebagai penyebab huru-hara di rumah tangga kalian.

Saya ingin mengajak Anda untuk merenung, apa penyebab semua perisiwa ini? Pasti ada beberapa faktor yang saling terkait dan mendukung terwujudnya masalah. Hal ini bisa terjadi, karena mungkin tanpa sadar, Anda menjadi bos di rumah, “berkuasa”, dominan, atau kurang toleran.

Perselingkuhan yang sudah lama bisa jadi seperti candu. Tindakan ini semakin lama akan semakin sulit dicegah dan diputuskan. Katakanlah, ia telah menjadikan pertemuan dengan selingkuhannya sebagai habit dan kebutuhan yang telah terlalu lama dibiarkan. Dari sisi suami Anda, kesulitan akan semakin menjadi sebuah rasionalisasi bahwa kehadiran selingkuhannya adalah sebuah keharusan, karena tanpanya hidup akan menjadi tak lengkap. Di sini, kita berbicara tentang orang yang sedang mabuk cinta, karena sudah tak dapat berpikir secara wajar dan proporsional, bahkan meninggalkan keluarga demi selingkuhannya itu.

Reaksi anak-anak Anda itu juga normal. Kita tak bisa menilai lagi secara wajar pandangan mereka tentang sang ayah yang “keblinger” dengan perselingkuhannya. Jika mereka membenci, menurut saya itu pun suatu hal yang wajar, karena anak-anak lebih jujur menanggapi situasi di sekitarnya dibandingkan dengan kita yang sudah memiliki banyak pertimbangan. Justru dengan melihat suara anak-anak, barangkali di sini Allah menyapa suami dan Anda sendiri. Mereka ingin keluarga mereka utuh, dan itu hak mereka sebagai anak-anak.

Dari pandangan saya, anak-anak Anda sudah dewasa dan sudah seharusnya ikut mengetahui dan memikirkan peristiwa keluarga, karena mereka kelak juga akan berkeluarga. Anda juga sebagai ibu boleh berbagi beban dengan anak-anak. Tidak bijaksana kalau Anda mengetahui sendiri, padahal suatu saat mereka akan tahu bilamana ayahnya meninggalkan mereka dan menikah lagi. Kejadian tiba-tiba akan semakin membawa trauma.

Dengan suara anak-anak, siapa tahu sang ayah berpikir dua kali untuk meninggalkan keluarga dan bisa menjadi peringatan bagi ayah yang mau mengambil jalan hidupnya sendiri. Kita tak boleh mendukung perselingkuhan meskipun itu karena asalan “demi menjaga nama baik ayah di mata anak-anak”. Alasan ini tak berlaku dan malah membuat shock.

Harta gono-gini dibicarakan di ranah hukum. Konsekuensi dari sebuah perceraian adalah membagi harta separuh untuk pasangan, entah itu dicarinya sendiri atau tidak. Keadilan tak dilihat dari siapa yang terbanyak mencari nafkah. Semoga ini sedikit membantu. Mintalah nasihat seorang ahli hukum jika ini terjadi, supaya anak-anak jangan dirugikan juga.

Di lain pihak, sudahkah Anda berusaha mencegah dan dengan kasih sejati berusaha menolak perceraian dan mengingatkannya akan janji perkawinan yang telah diikrarkan? Usaha sebagaimanapun kecilnya, akan berarti jika dilakukan atas dasar kasih dan iman. Menggunakan logika saja akan membuat yang sulit menjadi tidak mungkin. Tuhan memberkati dan membesarkan hati Anda menyelesaikan masalah ini.

Alexander Erwin Santoso MSF

HIDUP NO.19 2019, 12 Mei 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here