Pemulihan Perempuan dari Trauma Perang

89
Sejumlah perempuan korban perang di Sudan Selatan dalam sebuah pertemuan.
[safeworld.com]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – “Suster Biru” ingin mengembalikan perempuan-perempuan yang terdampak perang ke dalam masyarakat dengan spiritual dan mental yang stabil.

Perang saudara telah mereda secara signifikan di Sudan Selatan. Namun, tempat penampungan masih terus menerima perempuan-perempuan yang dilecehkan setiap harinya. Di salah satu wilayah, yaitu Kota Yambio, para suster berjubah warna biru terang dari Kongregasi Suster-Suster Santa Perawan Maria membantu memulihkan kondisi fisik dan psikis 100 perempuan. Para suster yang dikenal dengan julukan “Suster Biru” ini memang ditugaskan khusus oleh Uskup Tombura Yambio, Sudan Selatan, Mgr Edward Hiiboro Kussala.

Kepala biara kecil ini, Sr Ester BVM, mengatakan, perempuan-perempuan yang tinggal di penampungan mereka datang dari kalangan usia yang bervariasi dan tingkat trauma yang berbeda-beda pula. Anak-anak dan remaja perempuan diperkosa, dilecehkan atau ditinggalkan di tengah konflik kekerasan yang telah melanda wilayah itu selama bertahun-tahun.

“Beberapa dari mereka masih dalam keadaan syok, nyaris tidak menyadari realitas mereka. Pelayanan yang kami lakukan untuk membantu mereka pulih dari tanggungan penderitaan mengerikan yang mereka alami, melalui cinta, kesabaran, doa, dan terapi,” kata Sr Ester.

Tidak sedikit perempuan yang dirawat para Suster Biru adalah Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Suster-suster juga turut membesarkan anak-anak mereka, yang kebanyakan dikandung akibat pemerkosaan. Meski demikian, menurut Sr. Ester, BVM, hubungan pasien dengan anak-anak mereka ini menjadi bagian penting dari proses penyembuhan, dan bukan bagian dari trauma, seperti yang cenderung dipercayai.”

Kongregasi Suster-Suster Santa Perawan Maria didirikan tiga dekade lalu di Sudan Selatan. Mgr. Edward Hiiboro Kussala mengatakan para suster adalah berkat yang luar biasa bagi Sudan Selatan. “Tarekat ini didirikan oleh pendahulu saya, Mgr. Joseph Abangite Gasi atas permintaan para uskup Sudan yang menyadari bahwa komunitas para suster Afrika sangat dibutuhkan,” kata uskup yang telah 11 tahun memimpin Tombura Yambio ini kepada Catholic News Agency, (3/5).

Tarekat dengan semboyan “Bersama Maria, kami membawa Kristus ke Dunia” ini, pada awalnya dikelola oleh para Suster Misionaris Comboni Italia. Namun sejak satu dekade lalu, komunitas ini berdiri sendiri dan dipimpin oleh suster dari Afrika. Kini mereka berada di bawah Keuskupan Tombura Yambio.

Suster-Suster Biru berkeinginan memperluas fasilitas penampungan yang mereka miliki dan meningkatkan layanan bagi para perempuan Sudan. “Berkat bantuan keuangan yang besar dari Sudan Relief Fund, tinggal beberapa bulan saja fasilitas baru ini akan selesai. Di sini para suster, para ahli, dan sukarelawan kami akan dapat memberikan perawatan dan pelayana terbaik yang kami bisa,” kata Sr. Ester, BVM.

Sr Ester berharap, secara bertahap usaha ini dapat mengembalikan perempuan-perempuan yang terdampak perang ini ke dalam masyarakat. Dengan ini kualitas spiritual dan mental akan semakin memadai. Pendampingan ini juga membantu perempuan-perempuan itu untuk menentukan rencana yang jelas untuk masa depan mereka.

Hermina Wulohering

HIDUP NO.19 2019, 12 Mei 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here