KTT Eksorsisme di Roma

670
Para imam dari seluruh dunia menghadiri Kursus Eksorsisme di Roma, Italia.
[Dok. AFP]
3.4/5 - (5 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Terjadi peningkatan permintaan eksorsisme di antara beberapa komunitas Katolik dunia. Media sosial disinyalir menjadi salah satu pemicu suburnya praktik pemujaan setan.

Dunia sekuler sedang memberikan reaksi waspada terhadap laporan baru Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang memperingatkan akan risiko kepunahan hingga satu juta spesies akibat aktivitas manusia. Isu tersebut masuk dalam salah satu jenis ancaman global hingga membuat penyelenggara konferensi tahunan Roma sangat memperhatikan hal tersebut. Menurut mereka, kekuatan iblis di dunia sedang meningkat saat ini ketika gerakan sekularisasi menguat dan kelompok pemuja setan berkembang pesat, terutama di kalangan anak muda dengan media sosial sebagai sarananya.

Konferensi ini percaya bahwa iblis sedang bergerak dan senjata terbaik untuk mempertahankan garis spiritual adalah dengan pengusiran setan (eksorsisme). “Beberapa orang percaya bahwa kembalinya orang-orang kepada metode eksorsisme dan doa pembebasan berasal dari indikasi semakin menjauhnya banyak orang dari Tuhan,” tutur teolog, Pastor Pedro Barrajon Muñoz, dalam wawancara dengan sekelompok kecil wartawan pada 6 Mei seperti dilansir cruxnow, 7/5.

Wawancara ini dilakukan di sela-sela konferensi eksorsisme dan doa pembebasan di Universitas Kepausan Regina Apostolorum, Roma Italia, 6-11/5. Pertemuan ini adalah yang ke-14 yang pernah diadakan dan diinisiasi Legiun Kristus.

Banyak Peminat
Tercatat sekitar 200-an orang, baik awam maupun religius, datang dari 40 negara di lima benua mendaftar untuk menghadiri seminar intensif selama satu minggu ini. Mereka yang ingin berpartisipasi dalam acara tertutup ini harus mendapat izin dari uskup setempat. Di Roma, mereka akan belajar bagaimana mengidentifikasi tahap kerasukan setan, mendengarkan kisah pribadi para imam lain, dan mencari tahu lebih banyak mengenai ritual di balik pengusiran setan.

Kursus Vatikan selama seminggu ini digambarkan sebagai satu-satunya seri kuliah internasional tentang eksorsisme. Kursus intensif ini dibuka pertama kali pada tahun 2004. Kegiatan ini memakan biaya sebesar 300 Euro atau setara dengan sekitar 4,5 juta rupiah yang sudah mencakup pelajaran latar belakang teologis, psikologis, dan antropologis untuk pengusiran setan.

Kursus ini bertujuan menawarkan para imam kesempatan untuk memajukan pemahaman mereka mengenai pengusiran setan dan melihat tanda kehadiran fisik kejahatan di dunia. Ketika kursus tersebut dimulai, perhatian media begitu kuat, sehingga kursus harus dihentikan pada tahun 2008 untuk merumuskan kembali pendekatannya.

Berdasarkan penuturan penyelenggara, pembelajaran utama kursus terletak pada pembentukan dan metode multidisiplin pada saat ini. “Saya pikir tema ini selalu mendapat perhatian,” imbuh Pastor Pedro. Ia melanjutkan, ada misteri kejahatan yang harus dilihat secara mendalam karena bukan hanya sebuah peristiwa tetapi “seseorang” yang bergerak dibaliknya.

Kejahatan yang terjadi bisa saja bukan hanya disebabkan oleh dosa-dosa manusia tetapi oleh suatu makhluk jahat dan sesat tepat seperti yang dikatakan oleh Paus Paulus VI. Peristiwa ini dapat memprovokasi kejahatan besar yang tidak bergantung pada kehendak bebas manusia.

Dalam beberapa tahun terakhir, para ahli eksorsis mengatakan, pemujaan setan (setanisme) telah berkembang dengan melihat peningkatan kuil penyembahan yang tadinya hanya sejentik kini berkembang dengan ribuan pembantunya. Film dokumenter dan acara TV seperti “Sabrina” di Netflix telah berkontribusi menjadikan realitas marjinal ini menjadi fenomena budaya, terutama di kalangan kaum muda. Pendiri dan Sekretaris Riset dan Informasi Sosial dan Agama, Profesor Giuseppe Ferrari dalam pidato pembukaannya mengungkapkan, “Banyak orang muda menunjukkan ketertarikan dan minat tertentu terhadap tema-tema yang terkait dengan esoterisme, sihir, okultisme, setanisme, sihir, vampir, dan kontak dengan dunia supranatural.”

Mirisnya, Profesor asal Italia ini melihat beberapa anak muda akhirnya menerima karakter mistis ini sebagai pemimpin spiritual mereka, sambil mengusulkan kebebasan palsu dan cacat hanya untuk mempertahankan keberadaan karakter mereka. Untuk alasan inilah, pembentukan formasi pembimbing yang memiliki latar belakang pengetahuan eksorsisme sangat penting untuk mencegah orang muda terjerat oleh apa yang mereka yakini, sebab pengaruhnya pada pertumbuhan emosional dan spirtitual berbahaya.

Perkembangan Mencengangkan
Di beberapa tempat di Amerika Serikat dan Eropa Barat, kuil dan patung setan telah didirikan. Sebagai contoh, pada bulan April, Kuil Setan Salem yang berbasis di Massachusetts telah ditetapkan sebagai kuil bebas pajak oleh Internal Revenue Service. Kelompok itu sementara menempatkan patung Baphomet (makhluk berkepala kambing) di Capitol State tahun lalu setelah monumen Sepuluh Perintah Allah dipasang. Pada akhir April, sebuah patung besar yang menggambarkan setan terangsang secara seksual membawa seorang anak di tanduknya dipertontonkan di Italia Utara.

Media sosial (medsos) juga memainkan peran penting mempopulerkan Setan atau kelompok okultisme. “Medsos dapat mempromosikan praktik Setan dan ritual gaib melalui situs khusus, sementara di masa lalu lebih sulit untuk mempopulerkannya,” ungkap Barrajon. Ia menambahkan, bahwa media sosial juga dapat mendukung pembongkaran rahasia iman dan agama. Penting untuk tidak serta merta memandang medsos sebagai sarana jahat.

Di masa lalu dan kini, kursus ini tetap menuai kritik dari mereka yang percaya bahwa seminar dan kelas tentang pengusiran setan, malaikat dan setan seharusnya tidak memiliki tempat di masyarakat maju, khususnya pendidikan tinggi. Untuk memahami dengan lebih baik dinamika dan realitas setan yang berubah, penyelenggara acara menekankan pada pendekatan multidisiplin yang menangani psikologi, kedokteran, hukum, sosiologi, dan kriminologi untuk memberikan para siswa pendidikan lengkap.

Tahun ini universitas mempromosikan beberapa inisiatif baru, termasuk laporan setidaknya dari delapan negara (Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Irlandia, Italia, Spanyol dan Swiss). Hal ini bertujuan untuk memantau tidak hanya jumlah eksorsis Katolik yang ada, tetapi juga jumlah permintaan pengusiran setan dan doa pembebasan. Tambahan lain untuk seminar tahun ini adalah acara meja bundar ekumenis pada hari Sabtu 11 Mei yang menyatukan perwakilan agama Katolik, Lutheran, Pantekosta, dan Ortodoks Yunani untuk membahas ritual dan praktik pengusiran setan dalam berbagai agama.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.21 2019, 26 Mei 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here