Illum Oportet Crescere

539
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Judul ini merupakan semboyan tahbisan Uskup Agung Makassar, ’. Ia mengambilnya dari Yohanes 3:30: Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. Semboyan itu pula yang ia jadikan judul biografinya yang diluncurkan pada hari Selasa, 19 Maret 2019 di Makassar. Tanggal itu bertepatan dengan momen pelantikannya sebagai Uskup Agung Makassar tahun 1995. Ia ditahbiskan menjadi Uskup Auxilier tanggal 22 Februari 1992.

Menurut data terbaru, umat Keuskupan Agung Makassar (KAMS) berjumlah 161.767 jiwa yang tersebar di lima kevikepan (Makassar, Luwu, Toraja, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara) dan tersebar di tiga provinsi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara. Sebanyak 40,35 % dari jumlah tersebut berada di Toraja yang sekarang mejadi dua kabupaten: Toraja dan Kabupaten Toraja Utara. Tahun 2018 diperingati 80 tahun pembaptisan pertama empat orang menjadi Katolik. Tahun 2013, umat Kristiani Toraja memperingati seratus tahun masuknya Injil ke Toraja yang ditandai dengan pembangunan patung raksasa “Tuhan Yesus Meberkati” di Buntu Burake.

Melihat data statistik yang ada, tergambar dengan jelas, pertumbuhan iman akan Tuhan Yesus terjadi di Tana Toraja baik untuk iman Katolik maupun iman Protestan. Tana Toraja menjadi tanah yang subur untuk tumbuhnya biji-biji sesawi yang ditaburkan oleh para misionaris dari Eropa. Tentu saja bukan tanpa onak dan duri.

Delapan puluh atau seratus tahun bukanlah waktu yang pendek untuk menancapkan benih Sabda itu sungguh-sungguh berakar dalam budaya dan tradisi Toraja yang kuat, begitu pun dengan agama asli Toraja. Sekadar contoh, Mgr John menceritakan, bahwa ayahnya baru memeluk iman Katolik setelah ia ditahbiskan mejadi uskup karena sang ayah masih berpegang teguh pada warisan leluhurnya saat itu.

Kita angkat topi kepada para misionaris perdana yang tanpa kenal lelah untuk terus menaburkan benih-benih Injil dalam tradisi Toraja. Bahwasanya Gereja datang tidak untuk membinasakan tradisi dan budaya setempat tetapi memberinya makna baru. Meminjam istilah Mgr John, terjadinya suatu transformasi, di mana akan terbentuk komunitas Kristiani yang memiliki kekhasan dan berkembang secara dinamis, baik dari sisi pengungkapan iman secara ekstenal seperti bentuk-bentuk liturgi dan ibadat maupun sisi refleksi iman (teologi) serta sikap dasar dan praktik iman (spiritualitas) sehari-hari. Ekspresi pengalaman Kristiani yang khas ini akan memperkaya eksistensi budaya di tanah misi, maupun Gereja Katolik semesta.

Ke depan, tantangan Gereja di Toraja bukanlah semakin ringan, baik ke dalam (internal) maupun ke luar (eksternal-inklusif). Arus deras modernitas dan globalisasi akan merangsek terus tanpa batas. Virus radikalisme dan intoleransi juga perlu diwaspadai karena akan berpotensi merusak kearifan lokal yang selama ini menjadi kekuatan Toraja.

HIDUP NO.27 2019, 7 Juli 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here