Guru Agama, Sang Agen Perubahan

380
Sesi foto para peserta Kegiatan Pembinaan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Katolik di Hotel Fave, Jakarta (18/7/19)
[Dok. Pembimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Prov. DKI Jakarta]
2.3/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Pendidikan agama adalah roh, benteng moral bagi anak-anak untuk dapat menghadirkan jati diri Tuhan dalam diri anak-anak. Sehingga pendidikan agama di sekolah dapat memberikan peran signifikan dalam membangun optimisme iman dan membentuk karakter-moral anak.

Maka dari itu, guru agama diharapkan harus bisa menjadi agen perubahan peradaban melalui pendidikan agama di sekolah. Hal ini dikemukan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Saiful Mujab saat hadir di Pembinaan dan Pelatihan Pengembangan Kompetensi dan Profesionalisme Guru-guru Agama Katolik yang berlangsung di Jakarta 18 – 19 Juli 2019.

Seperti yang dilaporkan oleh Pembimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Prov. DKI Jakarta kepada hidupkatolik.com, Saiful menjelaskan lima budaya kerja dari Kementerian Agama yang selama ini belum terkatualisasi dengan baik. “Lima budaya kerja Kementerian Agama yakni integritas, profesioalitas, inovasi, bertanggung jawab dan keteladanan, dapat menjadi nilai pokok dan mendesak yang harus diinternalisaisi oleh pegawai Kementerian Agama khususnya guru-guru agama agar dapat menjadi role model (teladan/saksi iman) bagi siswa-siswa di sekolah”, tegas Saiful.

Dirasa keberagamaan di Indonesia yang sangat plural, Saiful berharap agar guru-guru agama di Jakarta dapat mengembangkan moderasi beragama, menjaga kebersamaan umat, dan menjaga agar anak-anak tidak menjadi korban kelompok radikal.

Seiring dengan Saiful, Pembimbing Masyarakat Katolik Kantor Kementerian Agama Propinsi DKI Jakarta Salman Habeahan menegaskan bahwa pendidikan agama (Katolik) harus ikut memberikan kontribusi positif untuk peningkatan kulitas pendidikan pada umumnya.

Lebih jauh, Salman menambahkan bahwa pendidikan agama harus benar-benar menjadi wahana pertemuan umat beriman di sekolah yang berusaha untuk memahami dan menghayati nilai-nilai iman Katolik sebagai nilai utama dalam menjalani kehidupan di tengah masyarakat sehingga anak-anak semakin optimis, berjuang dan semakin yakin akan penyelenggaraan ilahi dalam hidupnya.

Menurut Salman, keberhasilan pendidikan agama sangat ditentukan oleh kualitas dan kompetensi guru agama di sekolah sebagai katekis bagi anak.“Kompetensi guru agama tidak cukup dilihat sekedar guru professional memenuhi tuntutan kompetensi sesuai Undang-undang (UU Guru No 14/2005: Kompetensi Pedagogi, Profesional, Sosial dan Kepribadian) tetapi seorang guru harus melihat profesinya sebagai suatu panggilan hidup yang harus dihayati sebagai saksi iman” tandas Salman.

Dalam rangka meningkatkan kompetensi professional sebagai bagian dari Pembinaan Kompetensi Berkelanjutan (PKB), Pembinaan Guru Agama Katolik DKI Jakarta ini diusung oleh Bimas Katolik DKI Jakarta. Dalam pembinaan ini, peserta juga dibekali kemampuan untuk melakukan penelitian seperti penulisan artikel, opini dan jurnal.  Selain 40 orang peserta yang hadir, pebinaan ini menghadirkan pembicara Andreas Kosasih dan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah HIDUP Hasiholan Siagian.

Laporan : Pembimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Prov. DKI Jakarta

Karina Chrisyantia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here