Beata Magdalena Panattieri OP : Kekasih Tuhan, Mistikus Dominikus

472
Beata Magdalen Panattieri OP mengalami penglihatan saat berdoa di depan Salib Kristus.
[dominican.org]
1/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – “Aku telah melihat Kekasih hatiku datang mengunjungi aku didampingi St Katarina Martir dan banyak orang suci Ordo Domikan lainnya. Biarlah jiwa ini tenang,” ujarnya suatu hari.

Dalam sebuah Kapitel Ordo Pengkotbah (Ordo Praedicatorum/OP), timbul keragu-raguan dalam diri para biarawati. Mereka cemas kalau-kalau tidak ada orang muda yang mau menjadi anggota Dominikan. Saat itu, Kapitel hanya dihadiri oleh wanita-wanita lanjut usia dan janda-janda.

Tiba-tiba, seorang wanita muda berusia 20 tahun bernama Magdalena Panattieri datang untuk mendaftar menjadi anggota ordo itu. tentu, banyak anggota menyambut baik, meski begitu, tak sedikit yang ragu. Apakah Magdalena bisa menjalankan tugas-tugas Ordo dengan baik?

Begitulah, para suster senior tidak terlalu banyak menaruh harapan kepada Magdalena. Namun, tidak butuh waktu lama, Sr Magdelena mampu menjadi inspirasi bagi suster-suster seniornya. Ia mampu menjalani hidup seturut teladan Santo Dominikus, pendiri ordo. Spiritualitas mati raga dikedepankan Magdalena sebagai keteladan hidup pendiri ordonya. Ia membuktikan dirinya sebagai pribadi yang mengedepankan perbuatan silih, yaitu puasa dan pantang, mencambuk diri, dan mengenakan baju kasar dalam komunitasnya. Magdalena menjadi “tangan kanan” St Dominikus dalam karya kesehariannya hingga akhir hayat.

Pengajar Setia
Sr Magdalena selalu berjuang agar semirip mungkin dengan St Dominikus. Setiap malam, ia habiskan dengan doa di depan Sakramen Maha Kudus. Ia menjalani panggilannya dengan disiplin hidup yang keras. Ia yakin, pergumulan hidup di biara adalah pergumulan secara rohani, maka pergumulan ini perlu dijalani secara rohani pula. Jalan rohani, praktik silih atas dosa, membuat kelahiran Trino, di Italia Utara pada 1443.

Saat malam datang, Sr Magdalena senang menghabiskan waktunya bersama Tuhan. Sementara siang hari, wanita lemah lembut ini menghabiskan hidupnya dalam amal kasih ordonya. Sehari-hari, ia mendapat peran sebagai pengajar katekese untuk anak-anak. Tugas ini diterimanya dengan senang hati. Baginya, anak-anak adalah wujud wajah Tuhan di dunia.

Dalam tugas ini, Sr Magdalena berusaha menjelaskan konsep-konsep iman dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti anak-anak. Konsep Tritunggal yang umumnya sulit dipahami, mampu dijelaskannya dengan baik kepada anak-anak. Demikian juga pelajaran tentang Bunda Maria dan ragam persoalan iman lain, mampu disampaikan dengan bahasa anak-anak yang menarik.

Alhasil di bawah asuhan Sr Magdalena, anak-anak mampu memahami semuanya itu. Kedekatan dengan orangtua juga menjadi satu kekuatannya untuk mampu mengubah iman mereka.

Tak cuma kemampuan berbahasa yang baik, Sr Magdalena mampu berdiri dalam semangat kasih untuk menasihati orang-orang dewasa yang jauh dari Tuhan. Kehadirannya menjadi magnet bagi orang dewasa untuk bisa menemukan Tuhan. Di kelasnya, tidak hanya anak-anak yang gemar mendengarkan katekesenya. Orang dewasa, termasuk biarawan-biarawati dari berbagai ordo atau kongregasi juga menjadi muridnya.

Sr Magdalena tampil mengajarkan jalan hidup sederhana, untuk mencapai Tuhan yang luar biasa. Jalan sederhana yang kerap ditawarkannya adalah jalan pertobatan. Menurutnya, pertobatan hati adalah tanda kedewasaan iman, sekaligus bukti kemampuan manusia mengalahkan Iblis.

Bahasa Iblis
Dalam menjalani perannya sebagai pengajar, Sr Magdalena tak luput dari godaan. Iblis, yang dilawannya, kerap menampilkan keindahan duniawi yang penuh dengan berbagai tawaran. Dalam sebuah refleksinya, Sr Magdalena terkesima dengan hidup orang muda yang penuh dengan foya-foya.

Bisikan iblis untuk ambil bagian dalam kehidupan itu membuat Sr Magdalena kerap hilang arah. Tetapi, hamba Tuhan ini selalu mengalahkan godaan-godaan iblis. Sungguh tak tertandingi, Sr Magdalena mengalahkan iblis dalam kontemplasi dan Sengsara Suci Kristus. Dalam kepasrahan kepada Sengsara Kristus, Sr Magdalena merasakan serangan-serangan iblis justru menjadi salib yang ia nantikan.

Dalam derita Kristus, kesalahen hidup, dan jalan pertobatan, Sr Magdalena mencapai ketinggian doa. Allah mengaruniakan sejumlah pengalaman mistik kepadanya. Konon, setiap kali Gereja merayakan Pesta Orang Kudus, Sr Magdalena mampu berkomunikasi dalam ragam bahasa dengan banyak orang kudus.

Misteri-misteri Tuhan pun dianugerahkan kepadanya dalam penglihatan-penglihatan mistiknya. Setiap Pesta Tri Hari Suci, Sr Magdalena dituntun oleh Roh Tuhan mengalami sejumlah luka bak Kristus. Sengsara Kekasih-Nya diturunkan kepadanya dalam luka-luka fisik yang tak tertahankan. Kendati begitu, wajah Sr Magdalena tetap menampilkan cahaya sejati. Ia mampu bertatap muka dengan Kekasih Yesus dalam doa. Pengalaman mistik tertingginya adalah roh Tuhan membawanya secara mistik ke Palestina, sehingga ia bisa menggambarkan wilayah itu secara detail, kendati raganya berada di Italia.

Cinta holistik dalam doa kepada Tuhan membuat Sr Magdalena benar-benar menjadi biarawati Dominikan yang dianggap saleh. Lambat laun, namanya tenar di seantero Trino. Banyak orang yakin, dengan didoakan Magdalena, segala penyakit menjadi sembuh. Setiap kali ada ancaman kematian, perang, atau wabah penyakit, masyarakat selalu mengharapkan doa darinya. Ajaib, semua derita duniawi itu lenyap. Tuhan mengabulkan doanya.

Sakramen Kedelapan
Tuhan selalu bersamanya tidak saja dari ancaman iblis tetapi juga manusia. Pernah, ada seorang kaya yang terang-terangan memusuhi Gereja. Ia menyebarkan fitnah tentang Sr Magdalena. Akibat fitnah itu, maka sempat terjadi kekacauan di Trino. Sr Magdalena sempat dipukul dan dianggap sebagai wanita penuh dusta penyembah iblis.

Namun, Allah mengadili orang kaya tersebut. Sebelum dihajar umat, orang itu mati mengenaskan. Peristiwa ini membuat Sr Magdalena dianggap orang kudus. Tak cuma itu, banyak orang memanggilnya kekasih Tuhan.

Sr Magdalena hidup dalam lindungan Tuhan hingga memasuki usia 60 tahun. Saat menyadari kesehatannya terganggu, ia memanggil kolegianya dan dengan rendah hati meminta maaf atas kesalahannya. Ia mengatakan, dirinya telah siap mengalami “pernikahan suci” dengan Kristus di Firdaus Abadi.

Kabar tentang sakitnya sontak membuat sedih umat Katolik Trino. Dengan cepat, umat menyemut di kamarnya untuk mendengarkan nasihat-nasihat terakhirnya. Dalam situasi itu, Sr Magdalena berkata, “Lihat, ada pengunjung dari surga ada diantara kamu. Beri jalan bagi mereka.”

Kata-kata ini membuat banyak orang terheran-heran karena tidak ada orang lain pun di tempat itu. Melihat kecemasan umatnya, Sr Magdalena berkata, “Aku telah melihat kekasih hatiku datang mengunjungi aku didampingi St Katarina Martir dan banyak orang suci Ordo Domikan lainnya.”

Kata-kata ini menjadi nasihat terakhirnya. Sr Magdalena tutup usia dalam arak-arakan pujian madah “Jesu Nostra Redemptio” dan “Ave Maris Stella”. Ia meninggal dalam kalangan para kudus di Trino, Vercelli, Italia, 13 Oktober 1503. Ia dibeatifikasi oleh Paus Leo XII di Basilika St Petrus Vatikan pada 26 September 1827. Gereja memperingatinya setia 13 Oktober.

Yusti H. Wuarmanuk

HIDUP NO.26 2019, 30 Juni 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here