Paroki Santo Yoseph Matraman : Kenduri Sederhana Katedral Mini

1046
Pastor Servatius Dange SVD dan Pastor Yohanes Antonius Lelaona SVD memotong tumpeng sebagai simbol rasa syukur 110 tahun Paroki Matraman.
[HIDUP/ Felicia Permata Hanggu]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Bertepatan dengan HUT Kota DKI Jakarta, paroki kedua tertua setelah Paroki Katedral Keuskupan Agung Jakarta ini telah memasuki usia 110 tahun.

Gedung tua khas peninggalan kolonial menjulang antik di hadapan Jl Matraman Raya Nomor 127, Jakarta Timur. Desain kunonya sudah bisa menceritakan betapa tua usia gedung tersebut. Gedung yang memiliki menara utama dengan mahkota salib di atasnya, serta dua menara pendukung di sisi kanan kiri dikenal sebagai Paroki St Yoseph Matraman.

Paroki Matraman merupakan paroki kedua tertua setelah Paroki Katedral Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Sejak diresmikan pada tanggal 22 Juni 1909, berpatokan pada catatan baptisan awal, 30 tahun awal sejarah paroki, sebagian besar umat Paroki Matraman didominasi orang asing. Kebanyakan dari mereka adalah orang Belanda.

Paroki yang dijuluki “katedral mini” ini memiliki arsitektur yang sarat makna. Desain lantai Gereja dimodifikasi dari bentuk salib. Sang arsitek gereja, Ir Frans Johan Lauwrens Ghijsels (1882-1947) mengikuti tradisi basilika dalam mendesain gereja. Bila dicermati, lantai gereja terbuat dari granit buatan, yang melambangkan kepalsuan manusia, sedangkan panti imam terbuat dari marmer batu alam guna menunjukkan betapa agung keaslian Ilahi tanpa topeng kepalsuan. Makna ini seolah membisikkan betapa besar tantangan Paroki Matraman untuk menjadi terang di tengah hidup masyarakat perkotaan yang sarat kenikmatan “palsu”.

Tahun ini, paroki yang pernah menjadi korban aksi pengeboman pada Misa Malam Natal tahun 2000 mencapai usia 110 tahun. Segala hambatan dan peluang terpampang jelas bagi paroki ini dalam mengarungi lautan luas pastoral perkotaan.

Karyawan paroki yang sudah melayani selama 23 tahun, Petrus Manu membeberkan, sebagai orang beriman, umat Katolik harus menyadari, bahwa iman harus dijalankan sebagai bagian integral dalam kehidupan mereka.

Tak dapat dipungkiri, godaan dunia bagi umat perkotaan semakin menguat. Tantangan inilah yang dihadapi oleh Paroki Matraman, di mana hampir selama tiga tahun belakangan ini, pelayanan bagi bina iman anak dan kegiatan orang muda mengalami kemandegan akibat kurangnya tenaga pelayan.

Untuk itu, melalui perayaan kenduri sederhana untuk menghaturkan syukur atas ulang tahun paroki, Pastor rekan Paroki Matraman, Yohanes Antonius Lelaona SVD, dalam Misa Syukur HUT Paroki mengajak umat untuk berani memberikan diri dan mengambil tanggung jawab lebih membangun kerohanian Gereja. Sementara itu, Pastor Paroki Matraman, Servatius Dange SVD berharap, perayaan syukur yang dinyatakan dalam peristiwa menggembirakan ini dijadikan batu penjuru untuk kembali ke dalam diri dan melihat diri sebagai bagian dari umat Allah. “Secara khusus kita diajak untuk kembali melihat sejauh mana kita mau membagi kehadiran untuk memberi orang lain makan makanan jasmani terutama rohani,” imbuhnya.

Menyadari tantangan semakin berat, usaha merestorasi semangat umat paroki ini dimulai dengan mengumpulkan ketiga bidang dalam seksi perwartaan: katekese, Kitab Suci, dan liturgi untuk duduk bersama, agar ketiganya dapat bersinergi. Misa khusus anak dan kelas bina iman pun akan mulai dicanangkan agar akar kekatolikan semakin tumbuh subur.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.26 2019, 30 Juni 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here