Radikalisme, Tantangan Bersama

123
Mohamad Guntur Romli (kanan) dan Pastor Philipus Tule (kiri) dalam seminar di Universitas Katolik St Paulus Ruteng, NTT.
[Melkhior Koli Baran]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Bertempat di aula Misio Universitas Katolik Indonesia St Paulus Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), alumnus Pondok Pesantren Al-Amin Madura, Mohamad Guntur Romli berbicara tentang Agenda Politik Radikal di Indonesia, 13/7. Dalam pemaparannya, Romli mengungkapkan, puncak radikalisme itu adalah terorisme, kepada siapa saja yang tidak sejalan dengan mereka. Akar radikalisme adalah intoleransi pada semua agama, termasuk kelompok-kelompok dalam agama Islam.

Menurut Romli perlu komitmen bersama untuk melawan gerakan-gerakan radikal yang mencerabuti budaya lokal Indonesia, termasuk kekerasan verbal yang sering dinarasikan. “Saat ini, bangsa Indonesia mulai sama-sama memusuhi terorisme, tetapi belum memusuhi radikalisme. Padahal radikalisme dan intoleransi adalah akar dari terorisme itu,” sebutnya.

Seminar ini dilaksanakan dalam rangka menyongsong 60 tahun program studi teologi dan katekese universitas itu pada November 2019 mendatang. Pemateri lain Rektor Unika Widya Mandira Kupang Pastor Philipus Tule SVD menambahkan, Indonesia bukan sebuah negara Islam yang berbasis Syahriah tetapi berdasarkan Pancasila. Kebhinnekaan telah terbangun turun-temurun. Keragaman agama adalah kekayaan bangsa ini.

“Jika di Universitas Katolik ini ada mahasiswa Muslim maka mesti dipastikan bahwa mereka aman di sini. Pada saat puasa mereka difasilitasi untuk buka puasa bersama di sini,” katanya.

Melkhior Koli Baran (Ruteng)

HIDUP NO.31 2019, 4 Agustus 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here