Beata Hosanna Andreasi TOSD (1449-1505) : Jalan Salib Kekasih Tuhan

311
Beata Hosanna Andreasi TOSD.
[labirinto.com]
1/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – “Jika Tuhan mengizinkan dirimu menderita, ikutlah bersama-Nya. Dengan begitu, kita mengenal kekasih yang sebenarnya,” kata-kata Beata Hosanna Andreasi.

Seorang wanita mengenakan mahkota duri di kelilingi cahaya berkilauan. Seekor binatang menyerupai iblis berada tepat di bawah kakinya. Jantung hatinya digambarkan retak, dengan salib tertancap di dadanya. Dua malaikat mengapit dirinya, yang satu menggengam bunga bakung, satunya lagi menggengam salib.

Wanita ini di kemudian hari dikenal sebagai Hosanna (Osanna) Andreasi dari Mantova (Mantua), Lombardia, Italia. Ia adalah anggota Ordo Ketiga Dominikan, yang sering mendapatkan penglihatan dari Tuhan.

Gambaran lain Hosanna, ia sering berpakaian hitam. Setiap kehadirannya disertai tanda-tanda alam. Hujan tiba-tiba bisa berhenti dan berganti panas di tempat dimana dirinya hadir. Di lain kesempatan, ia bisa menyembuhkan orang sakit. Banyak orang mengenalnya sebagai wanita pesihir. Sebab di balik jubah hitamnya, tersimpan “magic” keilahian.

Bayi Ajaib
Saat Hosanna lahir, ada tanda-tanda ajaib yang menyertainya. Ia lahir pada 17 Januari 1449. Kala itu, langit di Kota Mantova gelap gulita menyusul hujan yang terjadi seharian. Beberapa menit setelah kelahirannya, awan gelap pun berubah cerah. Matahari seperti terbit lagi di sore itu.

Banyak yang sontak bersukacita menyambut kelahiran seorang putri bangsawan Hungaria itu. Berkat tanda-tanda alam maha dahsyat inilah, keluarga memberinya nama Hosanna. Mereka berharap kelak sang putri akan terus memuliakan Kemahakuasaan Tuhan.

Sejak itu, tanda-tanda mistik silih berganti menyertai kehidupan Hosanna. Memasuki usia 10 tahun, ia mengalami ekstase. Suatu ketika saat sedang berjalan-jalan di tepi Sungai Po, di Moviso, ia dikejutkan dengan hadirnya seorang malaikat. Malaikat Tuhan itu muncul dan memperlihatkan Surga kepadanya, “Untuk bisa masuk ke Surga, Anda harus lebih mengasihi Allah,” pesan sang utusan.

Tak lama setelah pengalaman itu, Tuhan sendiri menampakkan diri kepadanya. Perjumpaan dengan Tuhan itu digambarkan dalam bentuk seorang anak kecil bermahkotakan duri dan memanggul salib. Awalnya, Hosanna tidak memahami apa maksud penglihatan itu, tetapi kemudian “bayi ajaib” itu berbicara kepadanya. “Anakku terkasih, Akulah Putra Maria. Akulah Penciptamu. Aku mengasihi anak-anak, dan menerima para perawan sebagai kekasih-Ku.”

Sebagai remaja polos, Hosanna pun menjawab seruan itu, “Oh, Kekasihku satu-satunya! Haruskah aku memikul salib dan bermahkotakan duri seperti diri-Mu? Aku tidak pantas mengambil bagian dalam kemulian-Mu, kecuali Engkau menghendakinya.

Pada penglihatan terakhir ini, Hosanna mulai terpana dengan tawaran Kristus untuk menjadi kekasih Tuhan. Setiap hari pikirannya terganggu dengan ragam peryataan soal, “Aku menerima para perawan sebagai kekasih-Ku.” Batinnya berkecamuk karena ia dipilih khusus sebagai kekasih Tuhan.

Dalam pergulatan batin, Hosanna ingat pergumulan batin Maria ketika Malaikat Gabriel menampakkan diri kepadanya. Maria seorang tulus dan menerima semua itu tanpa banyak bertanya. “Saya harus bisa,” tekadnya dalam hati.

Tak lama setelah penglihatan itu, Hosanna memantapkan hati menjadi kekasih Tuhan. Ia mengkonsekrasikan seluruh hidup dan keperawanannya untuk Tuhan. Dari sini, babak baru tergenapi dalam hidupnya. Ia memutuskan bergabung dengan Ordo Ketiga Dominikan (TOSD).

Keputusan ini tentu sangat mengejutkan dan membuat orang tuanya sedih sekaligus marah. Bertahun-tahun mereka melarang Hosanna menerima jubah Dominikan dan belajar membaca agar bisa mendaraskan ibadah ofisi. Sang ayah juga tak bisa menerima cita-cita anaknya, lantas menjodohkannya dengan seorang pemuda.

Menolak dijodohkan, Hosanna melarikan diri ke sebuah gereja Dominikan. Dalam pelarian itu, Hosanna bertekad hanya kembali ke rumah bila sudah mengenakan jubah Dominikan. Melihat kegigihan Hosanna, sang ayah pun merestui panggilan Hosanna.

Biarawati Mistik
Menjadi anggota Dominikan membuat Hosanna memiliki tujuan lain dalam hidupnya. Selain berjanji menjadi kekasih Tuhan, ia berharap ikut ambil bagian dalam penderitaan Tuhan di salib. Salib dalam pemahamannya adalah jalan kasih bertemu Tuhan. Salib menjadi cita-cita sekaligus harapan Sr Hosanna. Berbekal iman, harapan, dan kasih akan Tuhan, ia menjadi kekasih Tuhan yang setia pada pilihannya.

Di biara, Sr Hosanna menghabiskan hari-harinya dalam doa, silih, dan amal. Ia bertekun sambil menantikan panggilan Tuhan untuk ikut menderita. Keinginannya menjadi kekasih Tuhan mulai terkabul dengan berbagai penglihatan yang dialaminya. Penglihatan ini tak serta merta membuatnya memutuskan relasi dengan Kristus. Sebaliknya, ia belajar sabar dan tekun dalam doa bahkan terus mengharapkan ikut menderita bersama Tuhan.

Pernah dalam suatu penglihatan, Kristus meminta Sr Hosanna agar tidak terkurung tembok biara. Penglihatan ini sempat membuatnya ragu dan bertanya apa mau Tuhan bagi hidupnya? Tetapi kemudian ia sadar bahwa Kristus memakainya untuk mewartakan seruan pertobatan kepada orang-orang kaya yang sombong. “Kamu harus keluar melihat kekasih-kekasih Kristus lainnya yang sedang menderita,” kata Kristus dalam penglihatan itu.

Atas izin pimpinan, Sr Hosanna keluar biara untuk mengawali karya karitatifnya. Sekejap, namanya melambung tinggi karena kesederhanaan dan hidup rohaninya. Ia digadang-gadang sebagai biarawati yang bisa mempertobatkan hati orang-orang kaya di Italia.

Di Musim dingin, banyak orang miskin yang menderita kelaparan di Mantova. Dalam situasi ini, Sr Hosanna mengetuk pintu orang-orang kaya dan meminta belas kasihan mereka. Mukjizat terjadi, banyak orang kaya tergerak hati menampung orang-orang miskin di rumah mereka.

Sejak itu, popularitas Sr Hosanna tidak terlihat dari kata-kata semata. Ia tekun membantu orang miskin di Mantova. Ia hidup bersama dan bergaul dengan orang-orang miskin, lapar, dan dimarginalkan. Di waktu yang sama juga, ia bisa hadir di tengah orang-orang kaya dan mengajarkan kebaikan Tuhan kepada mereka.

Sengsara Terakhir
Dari waktu ke waktu, Sr Hosanna tidak melupakan kewajibannya sebagai Dominikan. Waktu teduh bersama Tuhan dalam doa dan silih menjadi rutinitas kesehariannya. Satu harapan yang belum dikabulkan Tuhan adalah minta ikut menderita bersama-Nya di kayu salib.

Tahun 1477, keinginan Sr Hosanna terpenuhi. Ketika berusia 28 tahun, ia menerima stigmata. Tanda pertama yang terlihat adalah luka di sisi lambungnya, yang tertusuk oleh paku panjang yang mengerikan. Sejak itu hingga tahun-tahun berikutnya, ia benar-benar menderita. Luka-luka akibat sayatan cambuk, paku, dan mahkota duri tertancap di sekujur tubuhnya.

Setiap hari Rabu dan Jumat dalam Pekan Suci, Sr Hosanna benar-benar terkungkung dalam penderitaan kasih Tuhan. Tetapi situasi ini tak memudarkan kecintaannya kepada Kristus. Sebaliknya, ia makin jatuh cinta kepada kekasihnya.

Sengsara yang paling perih adalah Tuhan berkenan menikam jantung hati Sr Hosanna. Jeritan kasih terus disampaikannya dalam doa. Dalam derita luka kasih Tuhan, ia tak pernah berhenti bekerja bagi keselamatan jiwa umatnya. Karya dan doanya terus diwujudkan sampai penglihatan terakhir soal kematiannya.

Dalam penglihatan itu, Sr Hosanna mendapati dirinya diberi kesempatan Tuhan untuk ikut menderita di atas kayu salib. Hosanna menerima semua itu hingga maut menjemputnya pada 18 Juni 1505. Ia meninggal dalam dekapan luka-luka Tuhan. Tiga tahun setelah kematiannya, jazadnya masih tidak membusuk. Segera kain penutup tubuhnya dibuka, darah segar terus mengalir dari tubuhnya.

Atas pengalaman dan kesaksian hidupnya, Paus Leo X menggelarinya beata. Beata Hosanna adalah kekasih Kristus sebenarnya. Kematiannya mendatangkan keselamatan sekaligus pertobatan bagi banyak orang. “Jika Tuhan mengizinkan dirimu menderita, ikutlah bersama-Nya. Dengan begitu, kita mengenal kekasih yang sebenarnya,” kata-kata Hosanna yang selalu menjadi kekuatan para Birawati Ordo Dominikan.

Yusti H. Wuarmanuk

HIDUP NO.38 2019, 22 September 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here