Gereja dan Ilmu Pengetahuan

1860
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Bagaimana pandangan Gereja tentang teknologi yang berkembang dewasa ini, ditambah lagi dengan terciptanya robot-robot? Karena mereka dirancang seperti manusia, bahkan mempunyai perasaan dan bisa berpikir.

Bayu Adhi, Temanggung

Ketika memberi sambutan pada para peserta seminar “Common good in the digital age” yang diadakan di Vatikan, 27/9, Paus Fransiskus mengatakan, kemajuan teknologi, juga artificial intelligence, memberikan dampak penting bagi perkembangan aktivitas manusia, yang layak didiskusikan secara meluas. Namun di dalamnya, Paus mengingatkan, bahwa perkembangan tidak bisa hanya dijalankan, berdasarkan paradigma teknologi belaka, sehingga mengabaikan sisi kehidupan yang lain.

Desember 2016, Akademi Kepausan untuk Ilmu Pengetahuan, telah membuat studi tentang kecerdasan artifisial. Diakui bahwa teknologi tersebut membawa kemajuan dan dampak positif, untuk mengatasi berbagai persoalan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Meski, diperlihatkan pula bahayanya, secara ekonomis dan sosial. Maka diingatkan agar perkembangan teknologi yang ada diarahkan kepada kebaikan dan kepentingan yang lebih besar.

Kecepatan perkembangan teknologi yang pesat, yang nyatanya tidak diimbangi oleh kecepatan perkembangan di bidang lain, menyisakan persoalan yang tidak mudah. Munculah istilah “transhumanisme”, yang berbicara tentang transformasi tubuh manusia melalui kemajuan teknologi.

Di sini ada persoalan antropologi, di mana letak manusia, ditempatkan senantiasa berada di hadapan Allah. Komisi Teologi Internasional di tahun 2004 telah mengeluarkan dokumen tentang hal ini. Dokumen ini menegaskan tanggung jawab manusia, dalam perkembangan teknologi dan biologi, dalam kesadaran sebagai insan yang tercipta sebagai citra Allah.

Diingatkan, perkembangan dunia kehidupan lalu bisa diatur oleh mesin, “electronic person” atau “machine sapiens”. Artificial intelligence dan robot, demikian pesan Paus dalam World Economic Forum di Davos, Swiss, 2018, hendaknya menyumbangkan sesuatu yang positif dan mendasar bagi kemanusiaan, serta melindungi rumah bersama, ciptaan Allah ini.

Gereja senantiasa berpangkal dan berakar pada pribadi manusia. Konsili Vatikan II dalam Gaudium et Spes menegaskan hal itu, kemajuan apapun di dunia ini mengabdi kepada kemanusiaan yang utuh. Refleksi Gereja kemudian masuk ke dalam perdebatan, bahwa seringkali, kehidupan ini masih ditentukan dan malahan dipaksakan oleh faktor-faktor teknologi dan ekonomi, akibatnya kurang terarah pada kebaikan sejati umat manusia. Kalau tidak hati-hati, kemajuan akhirnya diarahkan hanya demi kemajuan itu sendiri, sehingga tidak menyumbangkan kebaikan bagi kehidupan umat manusia.

Paus Yohanes Paulus II cukup memberi tekanan akan hal ini dalam Ensiklik Centesimus Annus (1991). Acuan utama kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan adalah penghargaan akan pribadi manusia, dan hubungan antar ciptaan dalam suatu tatanan yang baik dan teratur, jangan sampai membawa pada dampak jangka panjang yang membahayakan.

Ada persoalan moral di dalamnya. Hal itu juga dibicarakan dalam lokakarya di Vatikan, di bulan Februari 2019, tentang tantangan persoalan etika dalam perkembangan robot. Di sana ada persoalan kemanusiaan, relasi insani, kehidupan bersama namun juga refleksi atas penciptaan. Hidup manusia tidak bisa ditentukan oleh mesin atau program belaka. Betapapun teknologi robot sudah dipandang semakin menyerupai kemampuan manusia, namun robot tidak memiliki kebebasan dan kehendak.

Memang bisa banyak mempermudah pekerjaan, namun kalau akibatnya malahan abai akan kemanusiaan, sekadar hanya demi keuntungan belaka, maka menodai kemanusiaan. Demikian Paus dalam sambutannya dalam seminar “Common good in the digital age”. Kalau perkembangan teknologi hanya lebih menyebabkan kesenjangan, maka bukanlah suatu kemajuan yang sejati dan benar, sebab bertentangan dengan kepentingan umum.

Sikap Gereja tidak lepas dari pemahamannya akan martabat pribadi manusia di hadapan Allah. Maka perkembangan teknologi, robot atau kecerdasan artifisial, yang tidak membawa kemajuan kemanusiaan malahan akan lebih merugikan. Gereja mendukung perkembangan teknologi, namun meminta agar persoalan etika dan moral di seputar itu, jangan diabaikan.

T. Krispurwana Cahyadi SJ

HIDUP NO.43 2019, 27 Oktober 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here