Merengkuh Perubahan Pendidikan Katolik

288
Peserta pertemuam persiapan Konferensi Pendidikan Katolik di di Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 14/11.
[Simon Andriyan Permono]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Sekolah Katolik mendapat dampak dari situasi global dunia pendidikan. Untuk itu, inovasi pun diperlukan melalui Konferensi Sekolah Katolik yang akan diselenggarakan pada awal tahun 2020.

Banyak anak muda memilih melanjutkan studinya di sekolah atau perguruan tinggi negeri. Sekolah negeri dipandang memiliki daya tarik lebih tinggi akibat luasnya akses yang dapat diperoleh para alumninya, bayaran uang sekolahnya pun terjangkau. Alhasil, semarak sinar sekolah Katolik pun perlahan mulai meredup sepuluh tahun terakhir. Sebagai contoh pada tahun 2007, terlihat animo tinggi lulusan SMP Katolik untuk dapat diterima di SMA Negeri di Provinsi Jawa Barat. Dengan kondisi ini, SMA Katolik menjadi opsi terakhir jika tidak diterima.

Tantangan sekolah Katolik tidak berhenti di situ. Sekolah Katolik harus merelakan kursi siswanya berpindah, ketika sekolah internasional mulai menjamur di Jakarta, bahkan kota-kota besar di Indonesia. Dalam hal ini, sekolah internasional menawarkan konsep belajar sesuai minat generasi muda.

Dengan tujuan untuk semakin memahami situasi global dan Indonesia di bidang pendidikan zaman ini, Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia (Komdik KWI) bekerja sama dengan Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK), Universitas Sanata Dharma (USD) dan Yayasan Tegar (Terang dan Garam) akan menggelar konferensi yang melibatkan sekolah-sekolah Katolik dari seluruh Indonesia pada 10-12 Januari 2020 di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tujuannya agar sekolah Katolik tetap menjadi pemain utama dalam kontribusi memajukan pendidikan unggul untuk bangsa bermartabat.

Sebagai persiapan menuju konferensi itu, diadakanlah rapat persiapan dan pemantapan yang dihadiri oleh perwakilan dari para penyelanggara di Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 14/11. Ketua Komdik KWI, Mgr Ewaldus Martinus Sedu membeberkan, bahwa konferensi tersebut rencananya akan dihadiri oleh sekitar 400 pelaku pendidikan
Katolik dari seluruh Indonesia. “Kita berharap semua pelaku pendidikan Katolik bisa ikut baik dari yayasan maupun perguruan tinggi agar kita dapat melihat secara keseluruhan dari segala jenjang pendidikan apa permasalahan dan kemungkinan solusi yang ditawarkan,” ujarnya sembari tersenyum ramah.

Di sisi lain, Rektor Universitas Sanata Dharma, Johanes Eka Priyatma kembali mengingatkan kepada para panitia bahwa keunggulan Sekolah Katolik terletak pada nilai-nilai kebenaran yang ditanamkan juga dalam iman Katolik, yakni ketekunan, keseriusan, kejujuran, dan kesederhanaan. Ia menekankan, kebanyakan orang membayangkan unggul itu perkara teknologi, menjadi juara dalam berbagai kompetisi, tetapi sebenarnya mereka yang memperjuangkan dan menerapkan nilai-nilai tersebut adalah yang disebut unggul.

“Menurut saya perjuangan nilai-nilai itulah yang akan menyelamatkan sekolah Katolik karena secara spiritualitas, Katolik memiliki semua nilai itu. Keunggulan nilai ini tidak bisa ditandingi karena belum tentu agama yang lain memiliki fondasi yang kuat. Pemahaman yang bermanfaat dan pengalaman yang bermakna itulah tujuan sejati sekolah,” tegas Eka.

Pandangan itu pun disetujui oleh Ketua MNPK, Romo Darmin Mbula, OFM. Baginya sekolah Katolik harus berpihak bukan hanya kepada keunggulan akademik, tetapi juga karakter. Ia menyatakan bersykur bahwa sekolah Katolik di Indonesia punya berbagai macam variasi yang bisa merangkul semua orang dari berbagai kalangan. Ia juga menyampaikan bahwa sekolah Katolik terutama yang dikelola oleh keuskupan setempat agar menjadi sekolah milik umat.

Romo Darmin menyatakan, dengan kondisi semacam ini, berarti umat merasa memiliki sekolah tersebut, sebagai sarana mewartakan kabar baik kepada semua orang. Dengan demikian, kontribusi umat akan membantu para pengajar yang mendedikasikan dirinya bagi perkembangan sekolah Katolik. “Martabat pendidik juga harus diperjuangkan agar mereka juga bangga bisa memberikan dirinya bagi pendidikan Indonesia bersama sekolah Katolik,” tandasnya.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.47 2019, 24 November 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here