Bukan Sekadar Kata-kata

169
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Persentase jumlah mahasiswa non Katolik lebih besar daripada mahasiswa Katolik. Mereka merasa bangga berkuliah di Unpar.

Nilai-nilai inklusif Universitas Parahyangan (Unpar) telah berdampak di Tatar Sunda. Unpar dapat diterima masyarakat Jawa Barat. Kepala Kantor Yayasan Universitas Katolik Parahyangan dan penulis sejumlah buku, P. Krismastono Soediro, pernah menuliskan keterlibatan tokoh-tokoh Jawa Barat pada 1957 mendukung Unpar dan berkenan
duduk di dalam Dewan Kurator. Mereka adalah R. Ipik Gandamana (Gubernur Jabar yang selanjutnya menjadi Menteri Dalam Negeri), R. Enoch Danubrata (Kombes Kepolisian Jabar), R. Wilaga Somantri (mantan Bupati Cianjur dan Tasikmalaya), Ir. Efendi Salah (Kepala Jawatan Kereta Api Indonesia) dan Pandu Suradiningrat
(tokoh Pasundan, pejuang kemerdekaan).

Dukungan tersebut berkat visi, komitmen, dan keberanian yang kuat, Unpar segera melesat pesat. Pada tahun 1957 pula Perguruan Tinggi Sosio Ekonomi (PTSE) Parahyangan bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
(FEUI), yang saat itu dipimpin Dekan Prof. Dr. Soemitro Djohadikoesoemo, sehingga mahasiswa Parahyangan diperkenankan melanjutkan studi di FE UI. Pada Dies Natalis IV, 1959, Bung Hatta berkenan berkunjung dan membimbing skripsi mahasiswa Parahyangan. Kunjungan bersejarah lainnya adalah kehadiran Presiden Soekarno, Mgr. A. Soegijapranata, SJ dan beberapa pejabat lain pada 1961. Pada tahun tersebut Perguruan Tinggi
Katolik Parahyangan mulai diakui pemerintah.

Lebih relevan dan inklusif
Bukti lainnya disampaikan Uskup Bandung dan Pembina Yayasan Unpar, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC. Unpar didirikan untuk membantu pendidikan masyarakat Jawa Barat yan mayoritas
Islam. Sekalipun tetap berpegang pada nilai-nilai Katolik, agar kehadirannya menjadi lebih relevan dan inklusif, sejak awal para pendiri menghendaki untuk tidak memasang salib di ruangan kelas yang mungkin bisa membuat tidak nyaman sebagian orang. Maka, persentase jumlah mahasiswa non Katolik pun lebih besar daripada mahasiswa Katolik. Mereka merasa bangga berkuliah di Unpar.
Demikian pun ada banyak dosen dari kalangan non Katolik merasa aman dan nyaman berkarya di Unpar. Yang terbaik dari mereka pun dipercaya menduduki jabatan struktural strategis. Sesanti
yang digunakan adalah Bakuning Hyang Mrih Guna Santyaya Bhakti yang berarti “Berdasarkan Ketuhanan Menuntut Ilmu untuk Dibaktikan kepada Masyarakat.”

Pengabdian masyarakat Unpar yang kini dikoordinir oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dikenal di beberapa pelosok Jawa Barat. Sekalipun menggunakan nama Universitas Katolik Parahyangan, setelah berproses, masyarakat menerima kehadirannya sebagai pengabdi masyarakat dalam memajukan beberapa desa atau daerah, misalnya melalui pendayagunaan produk penelitian untuk kesejahteraan masyarakat
setempat. Kehadirannya kini dinanti oleh beberapa daerah yang telah biasa mendapat pelayanan dari Unpar. Di situlah Unpar menjadi signifikan. Selain itu, para tenaga ahli pun diminta baik oleh pemerintah daerah Jawa Barat, Kota Bandung dan
sekitarnya maupun oleh pemerintah pusat untuk membantu mewujudkan program-program pemerintah.

Selain itu, Unpar telah memberikan kontribusi melalui lembaga-lembaga pengabdian masyarakat dalam koordinasi LPPM, yaitu: Centre of Excellence Small Medium Enterprise Development (CoE SMED) – Pusat Studi Pengembangan Usaha
Kecil dan Menengah, Centre for Adaptation and Resilience Environmental Design studies (CAREDs) – Pusat Studi Adaptasi dan Resiliensi Desain Lingkungan, Center for Human Development and Social Justice (CHuDS) – Pusat Studi Pembangunan Manusia dan Keadilan Sosial, Centre of Excellence in Urban Infrastructure Development (CUID) – Pusat Studi Pengembangan Infrastruktur Kota, dan Pusat Studi Pancasila (PSP). Banyak aktivitas yang dilakukan dalam pusat studi ini berupa riset, penelitian, seminar, dan
pelatihan sesuai bidang keilmuan masing-masing. Pusat Studi ini telah memberikan kontribusi bagi perkembangan masyarakat Jawa Barat dan Indonesia. Terpilihnya Wakil Direktur II Bidang Organisasi dan Sumber Daya yang saat ini dijabat Nia Juliawati, seorang Muslim dan berhijab menjadi salah satu bukti bahwa nilai inklusif tersebut tetap ada.

Beragam profesi alumni
Tak sedikit tokoh-tokoh alumni Unpar berperan aktif di tengah masyarakat. Mereka menjadi tokoh yang dikenal publik. Mulai dari pejabat daerah hingga politisi, dari profesional hingga wirausaha,
tak sedikit pula mereka menjadi artis, penyanyi, pelawak dan beragam profesi lainnya. Sebut saja tokoh berikut ini: Bima Arya Sugiarto (Wali Kota Bogor), Yunarto Wijaya (pengamat politik), Boedi Siswanto Basuki dan Tina Handayani (pemilik
kelompok usaha Toserba Yogya), Perry Tristianto (dikenal raja factory outlet), Ignatius Bambang Sugiharto (guru besar, filsuf budaya), Avip Priatna (konduktor orkestra dan paduan suara), Olga Lydia
(model, artis, produser film), Iszur Mochtar (komedian), Tika Panggabean (komedian), Marcell Siahaan (penyanyi), D’Cinamon (Dodo, Bona, Nana)-kelompok musik akustik, Tulus (penyanyi), Yosi, Oon, Ge Pamungkas, Denny Chandra (komedian). Tak sedikit pula para lulusan menjadi
pendidik di lingkungan Unpar dan lembaga lainnya.

Unpar telah banyak memberikan saluran beraktivitas lewat aneka pilihan minat yang disediakan dalam 26 unit kegiatan mahasiswa dan 18 komunitas. Dengan berinteraksi, para mahasiswa diharapkan semakin saling mengenal satu sama lain. Beragam prestasi membanggakan pun telah ditorehkan program studi begitu pula unit kegiatan mahasiswa dan komunitas. Prestasi yang telah mengharumkan nama Unpar dalam berbagai ajang di bidang hukum, akuntansi, manajemen,
administrasi, hubungan internasional, matematika, fisika, teknik informatika, teknik sipil, arsitektur, teknik industri, dan teknik kimia.

Edy Suryatno, Herman Yoseph

HIDUP NO.02 2020, 12 Januari 2020

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here