Rumah Sakit di Wuhan yang Merawat Pasien Virus Corona Miliki Sejarah Katolik

1065
Fransiskan hadir di Wuhan lebih dari 100 tahun yang lalu | Dok. OFM.org
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM— KOTA Wuhan di Cina tengah menjadi sorotan media selama berminggu-minggu akibat Virus Corona COVID-19 yang menyebar di dataran Cina dan dunia. Pemerintah Cina pun telah memberlakukan karantina secara masif dan terstruktur dengan membangun rumah sakit baru sebagai respon terhadap wabah tersebut.

Salah satu rumah sakit pertama yang ditunjuk untuk mengobati epidemi ini disinyalir memiliki masa lalu berbau Katolik. Rumah Sakit Jinyintan Wuhan adalah Rumah Sakit Penyakit Menular Wuhan. Dahulu rumah sakit ini memiliki nama Rumah Sakit Katolik Memorial Mei Mei Hankou ketika pertama kali didirikan pada tahun 1926.  Nama itu diambil dari seorang misionaris Fransiskan asal Italia, Pastor Pascal Ange (Angelicus) Melotto, yang mengambil nama Cina, Mei Zhanchun. “Mei” adalah karakter Cina untuk ” buah prem,” sebut situs web resmi OFM, ofm.org, 20/2.

Dilahirkan di Lonigo, Italia, pada tahun 1864, Melotto muda masuk ke  Ordo Fratrum Minorum atau saudara dina pada tahun 1880. Ia pun pergi ke Cina pada tahun 1902. Terlibat dalam konflik lokal, ia diculik pada tahun 1923. Lalu kelompok yang menyekapnya meminta uang tebusan yang besar. Tak tanggung-tanggung,  Kedutaan Besar Italia dan Prancis ikut terlibat untuk menyelesaikan masalah ini.

Ketika diculik, ia dipindahkan beberapa kali antara lain ke Provinsi Hubei dan Henan. Tiga bulan kemudian, ia meninggal ketika salah satu penculik menembak perutnya dengan peluru beracun. Sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir Pastor Melotto berkata, “Saya senang mati untuk orang Cina. Saya tinggal di Tiongkok untuk orang Tionghoa dan sekarang saya senang mati untuk mereka.”

Di masa lalu, ketika seorang misionaris asing terbunuh, negara asalnya akan menuntut ganti rugi besar-besaran dari Cina, sehingga memberi kesan bahwa Gereja berada di pihak imperialisme. Namun, pada tahun 1919, Paus Benediktus XV mengeluarkan Maximum ilud yang memperingatkan  untuk menolak persatuan kolonialisme dan agama. Maka, Delegasi Kerasulan Pertama diutus ke Cina, Celso Costantini, bersikeras bahwa alih-alih konsesi diberikan kepada pemerintahan Mussolini yang baru didirikan, sebuah rumah sakit harus dibangun untuk menghormati Pastor Melotto. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke monumen peringatan yang disebut Paviliun Plum (“mei”).

Sebagai salah satu dari lima rumah sakit Katolik setempat, Rumah Sakit Memorial Pastor Mei memainkan peran penting dalam melayani orang miskin di Hankou. Pada 1949, ada 150 tempat tidur, dua klinik, 20 Suster Fransiskan, dan tujuh perawat. Pada tahun 1952, ketika semua misionaris diusir, rumah sakit disita dan diganti namanya. Pada 2008, bangunan asli dihancurkan dan rumah sakit pindah ke lokasi lain sebagai Rumah Sakit Jinyintan Wuhan. Paviliun Plum telah dibongkar, menunggu untuk dipasang kembali suatu hari nanti…. dan kehadiran misionaris Fransiskan juga menunggu kesempatan untuk melanjutkannya.

Sayangnya, seorang dokter berusia 29 tahun yang berjuang melawan virus corona meninggal karena penyakit tersebut ketika dirawat di Rumah Sakit Jinyintan Wuhan pada 30 Januari lalu.

Felicia Permata Hanggu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here