Stasi St. Nikolaus, Paroki St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen, Keuskupan Manado : Magnet Iman di Kaki Lokon

434
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Arsitekrur gedung yang didukung dengan bentang alam indah tidak hanya membuat mata terpesona, namun juga hati yang rindu dengan kekhusukan.

Gunung dengan ketinggian 1.580 meter dari permukaan laut di ibu kota Sulawesi Utara itu berdiri gagah di area Tomohon. Oleh penduduk setempat gunung itu disebut Lokon. Sesuai namanya, Lokon berarti yang tertua.dan terbesar. Jauh di bawah kaki gunung yang dituakan itu, terdapat sebuah gereja stasi indah yang telah mencuri banyak perhatian masyarakat, sejak diberkati dan diresmikan pada 6 Desember 2019.

Gereja itu memiliki pelindung St. Nikolaus, sama dengan nama pelindung stasi yang menjadi bagian dari dari Paroki St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen. Gereja ini terletak di dalam kompleks sekolah Katolik Yayasan Pendidikan Lokon. Maka dari itu, umatnya kebanyakan adalah para murid, guru, dan pegawai sekolah. “Gereja ini dibangun atas prakarsa keluarga Korompis Wewengkang, dalam hal ini ibu Marry yang memiliki semangat kekatolikan yang militan,” ujar Kepala Paroki St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen, Pastor Johanis Pinontoan ketika berbincang dengan HIDUP di pastoran paroki, Sabtu (22/2/2020).

Ketua Stasi St. Nikolaus Tomohon, Marthinus Senduk yang adalah juga Kepala SMP St. Nikolaus Lokon menjelaskan, sejak berdirinya SMA St. Nikolaus Lokon di tahun 2002 dan SMP di tahun 2011 pelaksanaan Misa di persekolahan ini dilaksanakan di mini teater atau gelangang olahraga. Antara dua masa ini, ia mengakui, bahwa cukup terasa perbedaan bila Misa diadakan pada
dua tempat itu bila dibandingkan dengan Misa di stasi. Kekhusukan beribadah amat berbeda. Menyadari itu, muncullah pemikiran untuk membangun tempat khusus untuk Misa.

Awalnya ada pemikiran untuk membangun kapel. Namun, ungkap Senduk, karena Marry seorang yang perfeksionis dan militan dalam beragama maka terpikirkan olehnya untuk membangun gereja. Mimpi itu pun dilaksanakan dengan mengundang arsitek luar negeri. “Pada 4 Februari 2016 silam, persis di ulang tahun perkawinan ke-40 Marry dan Ronald diadakan peletakan batu pertama. Kemudian pada 6 Desember 2019, bertepatan dengan Pesta Pelindung St. Nikolaus, stasi ini pun diresmikan,” ujar Senduk.

Kehadiran stasi ini pun memperkuat semangat iman para murid, bukan saja yang beragama Katolik, tapi juga yang beragama lain. Bahkan ada siswa dari agama lain yang berdiri dan minta berkat setiap kali ada Perayaan Ekaristi. “Mereka berkata, mending dapat berkat dan penguatan dari mengikuti Misa di gereja ini dari pada ikut kegiatan lain,” sebut Senduk mengutip penjelasan beberapa murid yang bukan beragama Katolik tentang alasan mereka mengikuti misa.

Dikemukakan, ada manfaat rohani yang mereka (yang bukan Katolik) dapat ketika mengikuti Misa di stasi ini. Disamping arsitektur yang menawan, ada juga magnet yang mendorong para murid rajin ikut Misa sehingga kerohaniannya semakin dikuatkan. Bagi para mruid penghuni kompleks, stasi ini memberi semangat baru memperkuat iman mereka. “Ada manfaat luar biasa yang mereka alami dengan hadirnya stasi ini,” ujarnya seraya mengungkapkan mungkin karena arsitektur, ritualnya dan kekhusukan lebih terjamin bila dibandingkan dengan Misa di mini teater atau gelanggang olahraga seperti dulu.

Gereja Stasi ini memiliki kapasitas sekitar 380 orang. Terbuka bagi masyarakat umum. Entah karena ingin melihat kemegahan atau keindahannya, apalagi tepat berada di bawah kaki Gunung Lokon banyak orang berkunjung. “Banyak juga orang umum yang datang ke sini dengan beberapa alasan,” tutur Senduk.

Lexie Kalesaran (Manado)

HIDUP NO.10 2010, 8 Maret 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here