Refleksi Jumat Agung Pastor Inno Ngutra

334
Pastor Inno Ngutra/Dok. Pribadi
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM– SUATU Malam di Sudut Kota Ambon Manise. Motor dan mobil yang biasanya beriringan sambil dipenuhi dengan musik yang keras dan sorak sorai penumpang tak terdengar lagi pada Jumat Agung tahun ini; Ibu-ibu dan bapak-bapak yang berjalan berkelompok pun tak terlihat; para remaja dan anak-anak yang biasanya berjalan bergerombol tak menunjukkan batang hidup mereka di jalan-jalan di kota Ambon seperti tahun-tahun sebelumnya pada Jumat Agung. Mereka semua adalah warga kota yang baik, yang mempraktekan apa artinya “Stay at home.”

Rupanya virus corona telah memaksa setiap orang Kristen pada tahun ini untuk tidak bersorak-sorai di hari kematian Tuhannya. Corona seakan-akan mengatakan bahwa hari ini adalah hari kematian Sang Tuan Segala tuan, jadi masing-masing harus tinggal di rumah untuk meratap dan menangis; Tangisan dan ratapan bukan pertama-tama karena kematian Sang Guru cinta, tapi karena dosa dan pelanggaran kitalah yang menyebabkan Yesus harus wafat di kayu salib. Ya, kita meratapi dengan rasa malu karena dosa-dosa kita.

Hari ini, kota Ambon seakan dipaksa untuk menciptakan suasana duka seperti suasana di puncak Golgota di mana tersisa di bawah kaki salib hanyalah Maria, Ibu Yesus, Maria istri Klopas, Maria Magdalena dan Yohanes, Murid kesayangan Yesus, yang memandang Tubuh Diam Yesus di salib seakan tak percaya bahwa Dia yang telah membangkitkan orang mati, kini harus mati di kayu salib. Apakah ini akhir dari segalanya? Mereka pun tak tahu, tapi hanya yakin bahwa Tuhan tidak bisa dikalahkan oleh maut.

Hari ini, Kota Ambon untuk pertama kalinya bagaikan kota mati seperti sunyinya jalan-jalan setapak dari Golgota menuju ke Yerusalem, yang diliputi penyelasan para pejalan kaki, yang kembali ke kota setelah begitu bersemangat turut berteriak, “Salibkanlah Dia!” beberapa jam yang lalu. Mereka akhirnya menyesal karena telah ikut menjadi pemeran tambahan dalam drama penyiksaan dan penyaliban Tuhan mereka.

Dalam suasana hening, diam dan khusus Kota Ambon pada hari kematian Yesus tahun ini, aku hanya berharap bahwa tahun-tahun berikutnya kita dapat mengiringi kematian Yesus dengan tenang dan damai, bukan dengan pesta dan sorak sorai. Semoga tidak ada lagi pesta makan minum; tidak ada lagi musik yang keras memekikan telinga karena Yesus sedang pulas dalam tidur yang panjang malam ini.

Biarlah malam ini sampai esok, kita beristirahat sambil memulikan tenaga, sehingga kita bisa bersaing lari dengan Maria Magdalena, Yohanes dan Petrus yang berlari ke kubur untuk mencari Yesus.

Akhirnya aku hanya berpesan kepadamu; Bila engkau ikut merasakan sakitnya tikaman paku dan tombak pada Jumat Agung ini, maka kupastikan bahwa engkau akan memiliki sebuah Paskah yang ceria nan penuh makna. Jangan menghabiskan sukacita Paskah pada hari ini, karena Yesus telah mati untukmu. Simpanlah sukacitamu sampai pada hari Paskah nanti.

Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya. Terimalah berkat Tuhan melaluiku; Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amin

Dari sahabatmu,

Pastor Inno Ngutra

Sekretaris Keuskupan Amboina

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here