Kakak Beradik Ditahbiskan Imam: Belajar Dari 12 Rasul yang Bersaudara

819
Pastor Benediktus I Wayan Sugiarta (Kakak/kanan) dan Pastor Yohanes I Made Pantysas (Adik/Kiri)/Dok. Pribadi
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM-HUBUNGAN darah dalam pelayanan bukan dimulai saat ini. Dalam Gereja, 12 Rasul juga bersaudara. Mereka dipanggil dalam hubungan darah yang sama untuk melayani. Ada Yakobus dan Yohanes, juga Petrus dan Andreas. Mereka ini memiliki pertalian darah, tetapi terpanggil untuk Kerajaan Allah.

“Atas semangat ini, kami berdua terpanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah. Tidak ada paksaan, dan kami merasa ini rahmat yang luar biasa,” ujar Pastor Bernardus I Wayan Sugiarta Pr.

Pastor I Wayan dithabiskan bersamaan dengan adiknya Pastor Yohanes I Made Pantyasa Pr, oleh Uskup Manado Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC. Keduanya adalah kakak beradik yang ditahbiskan bersamaan di Kapel Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus Pineleng, Manado, Minggu, 26/7/2020.

Pastor I Wayan menambahkan baginya rahmat tahbisan ini bukan cuma istimewa tetapi luar biasa. Tak terkatakan dan begitu menakjubkan. Hal ini sudah dimulai sejak memutuskan masuk Seminari St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen, Manado.

“Rahmat ini hendaknya menginspirasi keluarga-keluarga Katolik bahwa mari kita merelakan anak untuk panggilan Tuhan,” ajak Pastor kelahiran 24 Agustus 1989 ini.

Sementara itu, adiknya Pastor I Made menceritakan, keduanya lahir dari pasutri yang sederhana dengan kesalehan hidup yang mengagumkan. Inilah alasan keduanya terpanggil menjadi imam. Meski begitu, Pastor I Made menambahkan panggilan menjadi imam itu tak mudah. Ia pernah masuk Seminari Kakaskasen tetapi akhirnya keluar.

“Saya keluar dari Seminari Kakaskasen lalu meneruskan sekolah di Tondano. Dalam perjalanan, ternyata Tuhan masih menyapa saya, sehingga akhirnya saya memutuskan masuk Seminari Kelas Persiapan Atas Tomohon, Manado lalu akhirnya memilih menjadi calon imam Diosesan Keuskupan Manado, hingga ditahbiskan,” cerita Pastor I Made.

Pastor I Made menambahkan banyak orang mengira panggilan saya hanya ikut-ikutan kakak saya yang sudah terlebih dahulu masuk seminari tinggi. Padahal panggilan saya ini benar-benar lewat refleksi dan perjuangan panjang.

“Saya pernah jatuh dan tidak punya harapan hidup karena kematian ibu saya. Tetapi itu tidak menjadi alasan. Justru kematian sang ibu menjadi kekuatan bagi saya untuk segera bangkit dan menentukan panggilan,” sebutnya.

Ternyata, lanjut Pastor I Made, Tuhan punya rencana indah di balik kejatuhan saya. Akhirnya bisa menerima Sakramen Imamat bersama kakak saya Pastor I Wayan.

Pastor I Wayan dan Pastor I Made menjalani studi di Seminari Tinggi Hati Kudus Pineleng dengan berbeda tingkatan. Setelah Mayor II (Teologi tahun kedua), Pastor I Wayan memutuskan tidak mengajukan lamaran menjadi diakon.

“Saya minta tahun khusus untuk menyepih dan merefleksi tentang jalan panggilannya. “Itulah alasan saya ditahbiskan bersama dengan adik saya Pastor I Made,” demikian.

Pastor Wayan dan Made saat ini memilihi seorang adik yaitu I Nyoman. Sang adik lebih memilih merawat ayah yang saat ini sudah lanjut usia.

Yusti H. Wuarmanuk

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here