Kardinal Suharyo: Carlo Acutis Mampu Menempuh Jalan Kesucian di Usia Muda

825
Kardinal Ignatius Suharyo
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COMMalam ini merupakan malam yang bahagia bagi umat Katolik di seluruh dunia. Walaupun hanya dari layar smartphone atau laptop, namun suatu kebahagiaan dapat menyaksikan Misa Beatifikasi Carlo Acutis yang berlangsung di Basilika Santo Fransiskus di Asissi, Italia pada hari Sabtu, 10 Oktober 2020 pukul 16.30 waktu Roma. Di Indonesia, tayangan ini dapat disaksikan pukul 20. 45 WIB.

Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Kardinal Ignatius Suharyo pun mengungkapkan rasa syukurnya dengan memberikan refleksi. Berhubungan dengan peristiwa ini, Kardinal Suharyo ingat yang pernah dilakukan oleh Santo Yohanes Paulus II. Pada tahun 2001, St. YP II menyatakan sepasang suami istri menjadi beato dan beata, dan pada 2015, ia menyatakan seorang wanita dengan suaminya menjadi santo dan santa. Apa yang mau dikatakan oleh Gereja? Bagi Kardinal Suharyo sangat sederhana, yakni bahwa dengan membangun keluarga, hidup keluarga sebagai suami istri adalah jalan menuju kesempurnaan kesucian.

Bagi Kardinal Suharo ada beberapa hal yang membuat Carlo Acutis ini menjadi istimewa. Pertama usianya, karena ketika Carlo Acutis meninggal, umurnya masih 15 tahun. Kedua, gaya hidupnya. Layaknya anak muda pada biasa.

“Namun ada satu hal yang istimewa.  Ia sangat mencintai Ekaristi. Bahkan ia mengatakan di salah satu ungakapanya,  Ekaristi adalah jalan tol menuju surga. Devosi pada Ekaristi bukan main dasyatnya. Sebagai anak 15 tahun,  ia dikaruniai dengan kemampuan IT dan talenta itu ia pakai untuk mendukung penyebaran Devosi Ekaristi,” terang Kardinal Suharyo.

Menurut Kardinal Suharyo, banyak  kata-kata yang sangat menarik yang diungkapkan Carlo Acutis. Salah satunya, ia pernah mengatakan, manusia lahir sebagai  pribadi yang asli  tetapi tidak sedikit yang hidup sebagai fotokopi. “Maksudnya apa? Ketika kita lahir, kita dilahirkan menjadi citra Allah tapi seiring perjalanan waktu, kecitraan Allah itu dapat luntur karena berbagai macam arus kehidupan. Sehingga tidak asli lagi,” tambah Uskup Agung Jakarta ini.

Juga sangat menarik, Kardinal Suharyo menambahkan, ketika Carlo Acutis menderita leukemia. Ia mengatakan kepada ibunya jangan khawatir dengannya karena ia menyatukan penderitaannya dengan penderitaan Kristus dan ia persembahkan semua itu bagi Tuhan, bagi Gereja dan bagi Paus.

“Coba melihat Carlo Acutis, di usia yang masih sangat muda, ia mampu menempuh jalan menuju jalan  kesucian itu dan diakui oleh Gereja secara resmi sebagai beato,” pungkasnya.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here