Pembinaan Moderasi Beragama Bagi Penyuluh Agama Katolik Non PNS

507
Pembinaan Moderasi Beragama bagi penyuluh agama Katolik Jakarta, Jumat, 16 Oktober 2020. (Dok. Pribadi)
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM — “Tugas penyuluh agama itu luar biasa. Penyuluh harus bisa membaca situasi dan kondisi masyarakat. Para penyuluh agama mengemban tiga misa yaitu, konsultasi, edukati dan advokati. Tujuan moderasi beragama adalah untuk memanusiakan manusia,” ungkap Kepala Kanwil Kementerian Agama Jakarta, Sayful Mujab, saat pembukaan Pembinaan Moderasi Beragama bagi penyuluh agama Katolik Jakarta pada hari Jumat, 16 Oktober 2020.

Acara yang mengusung tema “MASYARAKAT RUKUN, INDONESIA MAJU” ini, diprakarsai oleh Pembimbing Masyarakat Katolik Kanwil Kementarian Agama Jakarta. Serta menghadirkan dua pembicara yakni Salman Habeahan dan Fidelis Waruwu.

Dalam paparannya Salman mengatakan pentingnya mengelola kemajemukan dalam perspektif Moderasi Beragama. Ada enam point penting yang ia sampaikan. Pertama, fakta Kemajemukan. Kedua, tantangan Globalisasi. Ketiga, mengapa Moderasi Beragama penting. Keempat, dialog pintu mengelola Kemajemukan. Kelima, Moderasi Beragama penguatan Kerukunan umat beragama. Keenam, Deklarasi Abudabi.

Di awal pemaparannya Pembimbing Masyarakat Katolik ini mengatakan, penyuluh agama akan menjadi Ikon ke depan. Mereka harus menyadari bahwa Kemajemukan itu adalah rahmat (Given). Kemajemukan adalah kekayaan bangsa Indonesia, jadi perlu disyukuri. Kemajemukan itu perlu dikelola supaya jadi rahmat. Kemajemukan adalah pengakuan dan jaminan terhadap pluralitas dalam hal etnik, budaya dan agama yang khas bagi bangsa, harus ditata secara insklusif. Keterbukaan dan pengakuan terhadap kemajemukan menjadi kunci untuk membangun dialog mewujudkan moderasi beragama.

Agama bersumber dari Allah yang sama. Bukan agama yang dimoderasi tetapi cara pandang orang beragama. Oleh karena itu dibutuhkan respect terhadap pluralitas dan keunikan identitas, bukan prasangka, apriori. Butuh toleransi bukan logika, dominasi. Pluralitas budaya lokal hanya bisa dihargai kalau sejak kecil kita belajar untuk menyadari hidup berdasarkan perbedaan, keunikan, dan keberagaman. Pancasila adalah rumusan nilai-nilai poitik Fundamental.

Berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Pancasila, agama-agama yang berbeda dapat bekerja sama membangun masyrakat yang adil, makmur dan manusiawi. Umat rukun Indonesia maju bisa terwujud jika rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024BAPENAS sebagai pengarusutamaan dan penguatan semangat moderasi beragama agar dapat secara terstruktur dijadikan sebagai program nsional, bukan hanya oleh Kementerian Agama tetapi juga oleh Kementerian/Lembaga bersama dengan Lembaga-lembaga Keagamaan kata kepala Pembimas Katolik ini.

Peserta pembinaan di Fave Hotel (Dok. Pribadi)

Sebagai pembicara lainnya,  Fidelis Waruwu menyoroti penyuluhan dari segi perubahan prilaku. Ia menegaskan bahwa peyuluhan pembinaan bertujuan untuk merubah prilaku. Poin penting yang ia sampaikan adalah pembinaan dalam keluarga.

Ada empat poin penting yang disampaikan oleh Fidelis. Pertam, keluarga sebagai komunitas nilai. Identitas seseorang terbentuk dalam keluarga. Mindset anak dibentuk dalam keluarga lewat pengaruh orang tua dan orang-orang terdekat. Orang-orang yang ada dalam keluarga menjadi model dalam pembentukan mindset anak. Kedua, prinsip dasar pertumbuhan dan perkembangan anak remaja. Dalam penyuluhan perlu diketahui prinsip-prinsip dasar dan penyuluhan anak remaja. Anak remaja tidak suka banyak teori dan menuntut. Legio Mariae dan Service Learning adalah contoh model-model pembinaan yang baik untuk anak remaja. Ketiga, prinsip dasar Pertumbuhan Orang Muda Katolik (OMK). Orang muda Katolik (OMK) perlu dibmbing untuk menemukan tujuan hidupnya, dilatih untuk merancang langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan hidupnya. Keempat, merancang model-model penyuluhan sesuai situasi. Para penyuluh perlu merancang model penyuluhan sesuai dengan pendengarnya tandas Fidelis.

Acara pembinaan  dilaksanakan tatap muka ini dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Semua peserta memakai masker dan jaga jarak, dan tempat duduk pun sengaja dibuat berjauhan agar social distancing tetap terjaga.

Ellias Limbong  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here