Paus Fransiskus Mencium Tangan Misionaris yang Diculik di Afrika Barat

132
Paus Fransiskus bertemu Pastor Pierluigi Maccalli (kanan) dan anggota delegasi imam di Vatikan 9 November 2020. Pastor Pierluigi Maccalli dari Italia, seorang imam dari Society of African Missions, dan tiga sandera lainnya dibebaskan pada 8 Oktober 2020 setelah diculik dan ditahan selama lebih dari dua tahun di Niger dan Mali. | Foto CNS / Vatican Media
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM— Pastor Pierluigi Maccalli tampak sangat terharu setelah bertemu dengan Paus Fransiskus pada hari Senin, 9/11. Bapa Suci mendoakan Pastor Pierluigi bersama dengan Gereja. Ucapan “terima kasih” adalah satu-satunya kata yang berhterus menerus terucap dari bibir misionaris berusia 59 tahun ini.

Anggota Perhimpunan Misi Afrika (Society of African Missions), yang berasal dari kota Madignano di Italia utara ini menceritakan kembali cobaan beratnya kepada Paus Fransiskus, dan mempersembahkannya untuk komunitas Afrika tercinta di Niger tempat ia bekerja. “Saya tersentuh, saya memberi tahu Paus apa yang saya alami terutama komunitas yang saya kunjungi di mana telah tanpa imam atau misionaris selama lebih dari dua tahun,” ungkapnya kepada Vatican News, 9/11. “Saya meminta Paus untuk mengingat Gereja Niger dalam doanya,” katanya dalam wawancara yang berlangsung segera setelah audiensi kepausan.

Paus, katanya, mendengarkan dengan seksama ceritanya. Seorang misionaris dari paroki pinggiran itu berterima kasih kepada Paus yang menjawab, “Kami mendukungmu tetapi kamu mendukung Gereja.” “Mendengar ini,” Pastor Maccalli berkata, “Saya tidak memiliki kata-kata lagi. Saya, seorang misionaris kecil, dan ia yang mengatakan ini kepada saya … Saya benar-benar tidak bisa berkata-kata.”

Pastor Pierlugi menggambarkan pelukan Paus seperti seorang ayah, yang ia bawa dalam doanya setiap hari. “Menemukan diri saya di depannya benar-benar merupakan emosi dan rasa syukur yang besar,” akunya. “Saya tidak pernah berpikir bahwa seorang misionaris yang pergi ke pinggiran dunia suatu hari dapat menemukan dirinya di hadapan Paus sendiri, pemimpin Gereja Universal.”

Lebih dari itu, Pastor Pierluigi begitu terkejut saat Bapa Suci mencium tangannya. Kenangan ini begitu membekas di hatinya. “Saat kami mengucapkan selamat tinggal, saya menjabat tangannya dan ia mencium tangan saya. Saya tidak mengharapkannya …,” tuturnya penuh haru.

Doa air mata

Memikirkan kembali masa penyekapannya, Pastor Pierluigi berujar, “Air mata adalah roti saya selama berhari-hari dan menjadi doa saya ketika saya tidak tahu harus berkata apa.” Suatu hari, ia teringat perkataan seorang rabi yang mengatakan bahwa Tuhan menghitung jumlah air mata perempuan. Pastor Pierluigi berkata kemudian ia berdoa: “Tuhan, siapa yang tahu apakah Engkau juga menghitung air mata laki-laki… Aku mempersembahkannya kepadamu dalam doa untuk menyirami tanah misi yang gersang itu tetapi juga kekeringan hati mereka yang membenci dan menyebabkan perang dan kekerasan.”

Berbicara tentang kebutuhan dasar untuk bertahan hidup di gurun, Misionaris di tanah Afrika ini berkata bahwa penting untuk memiliki air untuk diminum, untuk makan, bahkan jika itu adalah makanan yang sama setiap hari, seperti bawang, lentil dan sarden. Makanan enak bukanlah yang terpenting ia menambahkan: “Keadaan ini sama dalam kehidupan spiritual.”

“Yang penting adalah shalom [kedamaian], pengampunan dan persaudaraan, dan sebagai misionaris,” Pastor Maccalli menyimpulkan, “Sekarang saya merasakan dorongan yang lebih besar untuk menjadi saksi perdamaian, persaudaraan dan pengampunan, hari ini dan selama-lamanya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here