Keistimewaan Kedatangan Kristus

123
Ilustrasi
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM –  Romo Kris, Selamat Tahun Baru! Apakah sebetulnya dunia mengakui kedatangan Kristus sebagai satu hal yang istimewa dengan adanya perhitungan kalender internasional menggunakan acuan kedatangan Kristus, yaitu Anno Domini (AD)?(Esti, Tanjung Selor)

PERSOALAN menyebutan tahun dalam istilah AD (Anno Domini) tersebut perlu ditempatkan dalam konteks sejarah bahwa pada masa tertentu penetapan sesuatu ditentukan atau dipengaruhi oleh berkembang serta dominannya budaya atau kekuasaan Kristianitas, sebagaimana juga penyebutan kalender yang berlaku dewasa ini dengan istilah Kalender Gregorian.

Hal yang sama berlaku sudah agak lama di mana orang sering lebih menyebut dengan istilah BCE (Before Common Era, bukan Before Christian Era), atau CE (Common Era, atau Current Era, bukan Christian Era). Sebutan ini lebih dimaksudkan untuk pemakaian lebih luas, juga bagi kalangan non-Kristiani, juga agar sebutan untuk sesuatu yang sifatnya umum dilepaskan dari kategori yang cenderung terkait dengan agama tertentu, dalam hal ini Kristiani.

Betul kedatangan Kristus merupakan sesuatu yang istimewa, sehingga para malaikat pun berseru kepada para gembala, “Aku memberitakan kesukaan besar untuk seluruh bangsa” (Luk. 2:10), dan ketika tiga orang Majus atau tiga Raja melihat bintang, mereka bertanya-tanya tentang kelahiran seorang raja, sehingga mereka ingin datang untuk menyembah-Nya (Lih. Mat 2:1-2). Akan tetapi di luar itu, pada saat kelahiran Yesus terkesan tidak ada sesuatu yang sangat istimewa, bahkan banyak orang tidak tahu dan tidak peduli. Memang kemudian Herodes yang peduli, karena dia merasa terancam sehingga lalu dengan membabi-buta membunuh anak-anak di Bethlehem (Lih. Mat 2:16-18). Sukacita besar ada di Surga, namun dunia tetap dingin dan kelam. Itulah Natal saat Yesus lahir, namun juga saat ini. Natal pada saat itu sangat kontras dengan hingar-bingar Natal saat ini, yang sarat dengan komersialisasi.

Tetapi, keistimewaan kedatangan Kristus tersebut lebih ditempatkan dalam kerangka iman. Tidak sangat kuat catatan
sejarah tentang kelahiran Yesus. Kita, dan dunia, mengetahuinya lebih dari kesaksian Injil dan juga dari umat Kristiani awal. Bahkan kapan kelahiran-Nya, baik tanggal maupun tahunnya, ada berbagai versi yang beredar, walaupun kita menerima tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus lebih berdasarkan tradisi dan penetapan Gereja. Namun, Gereja Timur tidak memperingati Natal 25 Desember, melainkan hari Epiphani, Pesta Penampakan Tuhan, di awal Januari. Memang Injil bukanlah buku sejarah, melainkan kitab iman, baik pengajaran maupun kesaksian iman.

Apakah dunia mengakuinya? Dunia yang dimaksudkan tentu saja dunia ketika Kristianitas (dalam hal ini Eropa) masih kuat, dominan, dan mempengaruhi seluruh dunia. Dalam kerangka kultur Kristianitas, maka segala sesuatu dihitung dengan menempatkan Kristus sebagai satu-satunya kriteria, demikian juga tentang perhitungan waktu.

Kelahiran Yesus dipahami sebagai awal masa baru, maka dihitung sebagai mulainya tahun 1. Tonggak sejarah kehidupan tidak dimulai dari nol, melainkan dari angka satu. Apakah Yesus lahir di tahun 1, orang tidak lagi begitu mempermasalahkannya. Tetapi, peristiwa Yesus menjadi tonggak sejarah, pun sejarah berjalannya waktu, sebagaimana umat Islam menempatkan peristiwa Nabi Muhammad sebagai tonggak sejarah, bahkan perhitungan waktu.

Menurut catatan, perhitungan AD mulai diperkenalkan oleh Dionysius di sekitar abad 6, namun baru dipakai secara mulai meluas di abad 9. Dari ini kita bisa melihat bahwa pemakaian istilah AD, atau CE, diberlakukan lewat penetapan dan pemakaian yang meluas, dan budaya yang dominan menentukan luasnya wilayah pemakaian, tidak saja dalam bahasa sehari-hari, namun pula dalam bahasa ilmu. Dan, kita mewarisi fakta historis tersebut, karena telah berlaku secara umum. Betapapun sudah lama berlaku pemakaian istilah baru, namun kita masih mudah menemui penggunaan dengan sebutan lama, AD.

Apakah kelahiran Yesus begitu istimewa dan berarti bagi dunia, akhirnya semuanya itu tergantung kepada kita, baik sebagai pribadi maupun bersama, umat Kristiani. Sejauh mana kita menghidupi ajaran-Nya dan memberi kesaksian iman akan Dia, itulah yang akan membuat Dia semakin berarti, bukan karena adanya penetapan karena dominasi budaya.

HIDUP NO.1, 2 Januari 2021

 

Romo T. Krispurwana Cahyadi, SJ 
(Teolog Dogmatik)

 


Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here