HIDUPKATOLIK.com – Gal. 2:1-2,7-14; Mzm. 117:1,2; Luk. 11:1-4
SATU hal yang langsung terbaca dalam bacaan Injil hari ini adalah Tuhan Yesus digambarkan sedang berdoa. Dari situ mau dikatakan bahwa doa adalah suatu rutinitas hidup Yesus, jiwa dan kekuatan bagi pelayananan-Nya.
Bagi Yesus, doa adalah menjaga relasi dan komunikasi dengan Bapa di surga yang mengutus dan menyertai-Nya. Doa bukan sekadar kewajiban, bukan rangkaian permintaan kepada Bapa, sebab doa itu sebuah komunikasi dengan Allah. Hal itu tampak dalam Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya.
Doa Bapa Kami adalah doa Yesus sendiri yang diajarkan kepada para murid-Nya. Di dalam doa Bapa Kami, kita bisa melihat sebuah keseimbangan dari sebuah doa. Diawali dengan sebuah sapaan akrab bagi Bapa kita di surga, pujian agar nama Allah semakin dimuliakan dan KerajaanNya segera datang sehingga kehendak Allah semakin meraja di dunia ini.
Kemudian diikuti sebuah permohonan bagi kita yang berdoa agar kita diberi rejeki yang cukup dan yang menjadi inti doa ini adalah permohonan agar Allah mengampuni segala doa-doa kita dan tidak ketinggalan sebuah dorongan agar kita pun dapat mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Sebagai penutup doa, diungkap lagi sebuah permohonan agar Allah melindungi kita dari segala pencobaan dan dari yang jahat. Hal kecil lain yang menarik adalah digambarkan para murid tidak ingin mengganggu Yesus yang sedang berdoa.
Mereka menunggu sampai Yesus berhenti berdoa. Artinya bagi Yesus, berdoa adalah waktu yang ekslusif antara diri-Nya dengan Bapa-Nya. Bagi Yesus waktu berdoa bukan sisa waktu tetapi waktu khusus dan menjadi keseharian dari hidup-Nya. Yesus tidak membiarkan waktu doa-Nya diganggu oleh para murid.
Pastor Josep Ferry Susanto
Imam Keuskupan Agung Jakarta, Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Jakarta