Peresmian Gereja Santa Maria Mater Dei, Bonoharjo, Yogyakarta

1004
Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko Pr, memimpin misa konselebrasi pemberkatan bersama Pastur Paroki Bonoharjo Rm. Petrus Noegroho Agoeng Sri Widodo Pr, dan Vikaris Episkopalis Kevikepan Yogyakarta Barat AR. Yudono Suwondo Pr. (Foto: Lourentius Edi P)
5/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM Bertepatan dengan Pesta Nama Santa Maria Mater Dei, pelindung Gereja Paroki Bonoharjo, dilangsungkan peresmian gedung gereja yang ditandatangi oleh Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, disaksikan Bupati Kulonpogo Sutedjo, Sabtu (01/01/2022)

Paroki Bonoharjo masuk dalam wilayah Keuskuapan Agung Semarang (KAS). Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko Pr, memimpin misa konselebrasi pemberkatan bersama Pastur Paroki Bonoharjo Rm. Petrus Noegroho Agoeng Sri Widodo Pr, dan Vikaris Episkopalis Kevikepan Yogyakarta Barat AR. Yudono Suwondo Pr.

Hadir pula dari Paroki Salam Magelang Rm. Paulus Susanto Prawirowardoyo Pr, Vikep Kategorial Paroki Kumetiran Rm. Yohanes Dwi Harsanto Pr, Paroki Gamping Rm. Heri dan Yosep Nugroho Tri Sumartono Pr, Paroki Sedayu Ambrosius Heri Krismawanto Pr, Paroki Klaten Antonius Amisani Kurniadai Pr, Paroki Boyolali Rm. JB. Rudi Hardono, Pr.

Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko Pr, dan Pastur Paroki Bonoharjo Rm. Petrus Noegroho Agoeng Sri Widodo Pr, bersama Sekretaris PGPM/Pengurus Gereja Papa Miskin Paroki Bonoharjo Y. Bambang Ruwanto, saat menandatangani dokumen pemberkatan gereja.
(Foto: Lourentius EP)

Dalam sambutannya Mgr. Rubiyatmoko mengatakan, Gereja Paroki Administratif Bonoharjo, sebagai persekutuan umat beriman kepada Yesus, mesti hadir dan membawa berkat bagi masyarakat sekitarnya.

Senada dengan itu dalam sambutan tertulisnya Duta Besar Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan, L Amrih Jinangkung mengatakan, bangga dengan keberhasilan pembangunan Gereja di Bonoharjo dan diharapkan warga paroki bisa menjadi semakin bersemangat dalam kehidupan imannya, juga dalam pelayanan kepada masyarakat sekitarnya.

Bangunan gereja dibuat menyerupai saron atau gamelan dengan hiasan-hiasan khas Jawa. Sebuah symbol yang ingin menyatakan gereja yang inklusif, yaitu gereja yang menyatu dengan masyarakat serta menghargai dan memelihara serta melestarikan kekayaan budaya yang ada di Indonesia.

“Mari kami jadikan gereja yang indah ini sebagi tempat untuk mengungkapkan cinta kita kepada Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatan kita melalui perayaan liturgis dan kegiatan rohani lainnya,” kata Mgr. Rubiyatmoko.

Suasana misa pemberkatan Gereja Bonoharjo, Kulonprogo, Yogyakarta.
(Foto: Emmanuela Widya Kristianti)

Dalam kesempatan yang sama, Dewan Harian Paroki Bonoharjo R. Arifin Nugroho, mengatakan sangat senang bisa terwujud pembangunan gereja dengan beberapa ornamen yang disesuaikan dengan kebudayaan setempat, seperti lukisan Jalan Salib versi Wayang Beber karya Petrus Harjaka, patung Maria Bunda Allah mengenakan pakaian jawa dari batu kali setinggi 2.9 meter karya L. Ismanto asal Magelang dan desain gereja oleh Petrus Martaji Joko.

“Luas halaman area paroki sekitar 6.000 meter persegi, dengan luas banguan gereja 880 meter persegi, dengan kapasitas umat sebanyak 672 orang,” ucap Arifin Koordinator Tim Teknis Pembangunan Gereja.

Gereja Santa Maria Mater Dei, Paroki Administratif Bonoharjo, Yogyakarta.
(Foto: Lourentius Edi P)

Saat yang bersamaan salah satu umat Lingkungan Maria Regina, Fransisca Tiara Santi mengatakan, sangat senang dengan selesainya pembangunan gereja yang baru. Dulu bangunannya kecil dan umat harus berebutan masuk untuk mendapatkan kursi, sekarang tidak lagi semua bisa masuk dan bisa berdoa lebih nyaman. “Saya sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan Yesus atas semua ini,” kata Santi mengakhiri.
(Lourentius Edi P)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here