Hewan Bisa Masuk Surga?

2857
Romo Yohanes Benny Suwito
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – ROMO, kucing peliharaan saya seminggu lalu mati. Apakah hewan bisa masuk surga atau neraka? Kemudian salah satu teman menyarankan untuk berdoa kepada Santa Getrudis dari Nivelles, pelindung hewan peliharaan. Apakah fungsi dari adanya orang kudus sebagai pelindung hewan peliharaan ini?

Siska Celestine, Tangerang

Beberapa orang kudus memang “dinobatkan” sebagai pelindung dari tempat atau pekerjaan tertentu berdasarkan pengalaman pribadi atau karena mereka berpengaruh pada daerah atau tempat tertentu semasa dia hidup, seperti St. Antonius dari Padua yang seringkali dikenal sebagai pelindung dari barang yang hilang. Santo ini dikenal demikian karena semasa hidupnya dia pernah kehilangan barang yang berharga baginya, suatu buku catatan Mazmur yang diambil oleh seorang anggota komunitas Fransiskan. Kemudian dia doa kepada Tuhan dan buku kembali bersama orang yang mengambil dengan sengaja buku itu. Bentuk pengalaman hidup semacam ini yang kemudian oleh umat beriman dihargai, sehingga dia disebut sebagai pelindung barang yang hilang.
Sebagaimana Santo Antonius Padua (1195-1231), Santa Getrudis dari Nivelles (c. 628-659), yang adalah putri dari Santo Pepin I dari Landen, meninggalkan kebangsawanannya untuk menjadi seorang biarawati. Di biara, ia yang hidup untuk mendalami Kitab Suci, memelihara kucing sehingga kemudian dia dianggap sebagai pelindung hewan peliharaan.
Namun, Gereja tidak pernah secara resmi menobatkannya sebagai santa pelindung hewan peliharaan, apalagi sebagai pelindung kucing. Dia lebih dikenal sebagai pelindung Kota Nivelles dan Ordo Salib Suci (Crosiers or Crutched Friars). Bahkan, dia juga dianggap sebagai pelindung mereka yang dalam perjalanan dan orang-orang yang baru saja meninggal. Lalu, gelar sebagai pelindung hewan pemeliharaan sebenarnya muncul pada
tahun 1980-an yang menampilkan dirinya sebagai pribadi yang melawan hama tikus. Dari sinilah, Santa Getrudis lalu dianggap sebagai pelindung hewan peliharaan, khususnya kucing. Lepas dari semuanya itu, kehadiran Santa Getrudis yang dianggap sebagai pelindung hewan peliharaan memberikan penegasan bahwa hewan peliharaan adalah bagian dari ciptaan Allah yang patut dijaga dan dilindungi. Selain itu, keberadaan pelindung bagi hewan peliharaan hendak mengingatkan relasi manusia dengan hewan seperti yang disampaikan oleh Katekismus Gereja Katolik: “Binatang adalah makhluk-makhluk
Allah…. karena itu manusia juga harus memberikan kebaikan hati kepada mereka” (KGK 2416). Karena itu, melalui santa ini, kita belajar bagaimana kita dapat menjaga hewan peliharaan dengan baik, dan berdoa agar hewan-hewan peliharaan tidak diperlakukan sewenang-wenang.
Kemudian, satu hal lain yang menjadi pertanyaan, terutama bagi orang yang mengasihi hewan, seperti kucing dan anjing yang telah mengambil bagian dalam hidup keluarga: “Apakah hewan itu jika mati masuk surga atau neraka?”
Pertanyaan ini terkesan sebuah pertanyaan yang janggal. Namun, pertanyaan ini sebenarnya hendak menegaskan bagaimana keselamatan itu terjadi bagi makhluk hidup yang bukan manusia. Untuk menjawab hal ini, kita perlu memahami dahulu bahwa kehadiran Kristus ke dunia adalah untuk menebus dosa-dosa manusia.
Orang Katolik juga percaya bahwa manusia akan memperoleh hidup baru di Surga pada waktu akhir zaman. Hewan adalah makhluk hidup yang keberadaannya memuji Allah (bdk. KGK 2416) sehingga tidak membutuhkan penebusan seperti manusia yang berdosa. Hewan ada bersama dengan manusia. Manusia hanya perlu menjaganya dan tidak menyiksa serta membunuhnya dengan cara yang tidak wajar (bdk. KGK 2418).
Maka, tidak bisa dibandingkan antara manusia dan binatang dalam hal bisa masuk ke surga atau neraka. Sebaliknya, hal yang penting adalah keyakinan kita bahwa “Allah menyiapkan tempat tinggal baru dan bumi yang baru, kediaman keadilan, yang kebahagiaannya akan memenuhi dan melampaui segala kerinduan akan kedamaian, yang timbul dalam hati manusia” (GS 39). Artinya, manusia mendapatkan tempat baru dengan ciptaan Allah yang baru

Romo Yohanes Benny Suwito, Dosen Teologi

Institut Teologi Yohanes Maria Vianney, Surabaya, Jawa Timur

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here