Paus Leo XIV bukan sosok asing di Vatikan. Sebelum pemilihannya, ia menjabat sebagai Prefek Dikasteri untuk Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin. Pengalamannya memimpin Ordo Augustinian selama 12 tahun (2001–2013) membentuk dirinya sebagai pemimpin yang mengutamakan kebijaksanaan komunitas dan pelayanan diam-diam namun berdampak besar.
Meski berdarah Amerika, akar pelayanannya justru tertanam kuat di Amerika Latin, khususnya Peru, tempat ia pernah menjadi Uskup Chiclayo. Dalam satu wawancara, ia mengatakan:
“Saya belajar mendengar dengan sungguh-sungguh di kampung-kampung miskin Peru. Warga di sana mengajarkan saya lebih banyak tentang Injil dibandingkan yang bisa diajarkan seminari manapun.”
Motto kepausannya, In illo uno unum – “Dalam satu Kristus kita adalah satu” – mencerminkan semangatnya membangun jembatan di tengah dunia yang mudah terpecah. Ia dikenal bukan sebagai orator flamboyan, melainkan pendengar yang sabar. Seperti ditulis The New York Times, Leo XIV adalah “kardinal pendiam yang lebih memilih bertindak daripada berbicara keras.”
Rekan-rekannya di Amerika Latin menjulukinya The Bridge Builder – sang pembangun jembatan. Ia adalah penghubung antara tradisi dan perubahan, antara Gereja dan generasi muda yang makin kritis terhadap institusi.
Dalam misa pertamanya sebagai Paus, ia menyampaikan pesan penuh makna:
“Iman bukanlah pelarian dari luka-luka dunia. Iman adalah keberanian untuk menyentuh luka itu.”
Dengan wajah teduh dan hati yang dibentuk oleh pengalaman lintas budaya, Paus Leo XIV menghadirkan harapan baru bagi Gereja—harapan yang tidak selalu lantang, namun justru lebih dalam dan tahan uji.
Majalah HIDUP adalah sarana “Mingguan Katolik” komunikasi milik Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dan dikelola secara penuh dan berbadan hukum oleh Yayasan HIDUP Katolik yang mendukung dan ikut membangun umat Allah.
Digerakkan oleh insan-insan profesional yang beriman dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan universal.
© Copyright Raka KAJ for Majalah HIDUP
