Makna Inti Paskah

504
Mgr Adrianus Sunarko, OFM (Dok. Pribadi)
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Setelah masa puasa dan refleksi selama 40 hari lamanya, Minggu Paskah menjadi penanda akhir masa Prapaskah. Kisah Paskah merupakan aspek mendasar teologi Kristiani.

Berbagai cara mulai dilakukan dengan berbagai macam tradisi Paskah denganperayaan tak lama setelah periode kebangkitan, yang telah lama diyakini. Banyak orang memulai perayaan dengan Malam Paskah di malam sebelumnya, kadang-kadang disebut Malam Paskah atau Sabtu Suci. Ibadah gereja pada hari Minggu biasanya mengikuti tradisi pelayanan gereja reguler dengan khotbah atau lagu-lagu tentang kisah Paskah. Beberapa gereja mengadakan Misa saat matahari terbit.

Perayaan Paskah ini juga tak lepas dari tradisi dan budaya daerah setempat. Beberapa daerah di Indonesia bahkan di negara lain juga turut dipengaruhi oleh kearifan lokal. Bagaimana sesungguhnya tradisi Paskah ini dihidupi bersamaan dengan kekayaan budaya setempat? Berikut petikan wawancara dengan Ketua Komisi Teologi Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr Adrianus Sunarko OFM.

Mengapa budaya/tradisi bisa hadir dan mewarnai liturgi Gereja?

Orang beriman tidak lepas dari budayanya. Perwujudan dan pengungkapan iman selalu terlaksana dalam budaya tertentu. Karena itu liturgi Gereja selalu terkait dengan budaya orang beriman yg mengungkapkan imannya dalam liturgi.

Apa maksud dan tujuan tradisi akhirnya ikut dalam rangkaian perayaan Paskah?

Demikian pula dalam perayaan Paskah. Makna inti Paskah ialah syukur atas kebangkitan Yesus yang mengalahkan kematian. Makna itu kemudian diungkapkan dalam berbagai bentuk kebudayaan.

Apa hubungan tradisi dengan iman Katolik dan bagaimana sesungguhnya tradisi dalam Perayaan Paskah dapat membantu penghayatan iman umat?

Agar dapat membantu penghayatan umat, tradisi-tradisi yang berasal dari masa lampau perlu dijelaskan maknanya dan ditunjukkan keterkaitannya dengan makna Paskah itu sendiri.

Bagaimana Gereja menjaga tradisi Paskah yang ada?

Tradisi Paskah dijaga dengan mempraktikkannya terus menerus. Tapi sekali lagi, harus disertai dengan pemaknaan yg tepat.

Bagaimana pandangan Mgr Sunarko terhadap tradisi-tradisi di beberapa daerah yang dihidupi untuk menyambut Paskah?

Ya semoga tidak sekadar menjadi rutin tanpa pemaknaan yang tepat untuk menyelami makna Paskah.

Apa harapan Mgr Sunarko?

Semoga perayaan Paskah memperbaharui keyakinan kita bahwa akhirnya kebenaran dan kebaikan akan mengalahkan kebohongan dan kejahatan. Hidup lebih kuat dari kematian. Cintakasih lebih kuat dari kebencian.

Marchella A. Vieba

HIDUP NO.16 2019, 21 April 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here