Meski Sudah Emeritus, Kardinal Zen Tetap Turun ke Jalan

133
Kardinal Joseph Zen
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – DIA adalah nabi yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap firman Tuhan. Betapa tidak? Ketika begitu banyak orang memilih untuk hidup dalam kemapanan, dia malah turun ke jalan untuk bergabung dengan para pendemo. Diguyur keringat yang membasahi tubuhnya, dia memberikan dukungan kepada mereka. Dia juga mesti mengalami pedihnya gas air mata saat berpidato ketika para petugas keamanan menembakkan air mata di Victoria Park, Hong Kong.

Yang dia perjuangkan adalah orang-orang akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan. Sayang, seruan-seruannya seolah membentur tembok-tembok tebal. Masih saja begitu banyak orang Katolik yang tertindas di negeri asalnya.

Meski suaranya minta keadilan, kebebasan dan demokrasi tidak didengarkan pihak berwenang, dia tetap bersuara. Dia punya keyakinan bahwa suatu saat kelak akan ada keadilan, kebenaran, kebebasan dan demokrasi. Suatu saat nanti pihak berwenang akan memberikan penghormatan terhadap martabat manusia. Mengapa? Karena manusia bukan sekedar alat produksi.

Kardinal Joseph Zen Ze-kiun adalah nabi zaman kini. Pria kelahiran Shanghai ini memiliki tekad baja untuk berjuang demi kebebasan beragama bagi Gereja Bawah Tanah di China. Dia berjuang untuk demokrasi yang lebih baik di Hong Kong seperti negeri pulau itu masih berada di bawah otoritas Inggris. Dia menuntut keadilan bagi rakyat banyak yang masih berada di bawah tekanan pihak berwenang. Dia memiliki suara hati yang jernih bagi umat dan rakyat. Meski sudah emeritus, dia tetap peduli terhadap teriakan suara rakyat minta tolong.

“Demi cinta kebenaran, saya tidak akan tinggal diam,” tandas Kardinal Zen tentang komitmen perjuangannya.

Kardinal Zen memiliki dasar yang kuat untuk memperjuangkan umat Katolik yang berada di daratan China. Dia mengatakan bahwa setengah dari Gereja (umat) berakhir di penjara dan kamp kerja paksa.

“Pikirkan anggota muda Legio Mariae yang masuk penjara sebagai remaja dan hampir 40 tahun kemudian mereka baru dibebaskan (kecuali mereka yang meninggal di sana),” tutur Kardinal Zen dengan nada sedih.

Kardinal Joseph Zen (kanan) tiba di pengadilan untuk persidangannya di Hong Kong pada 26 September 2022.

Kondisi penderitaan seperti ini membuat Kardinal Zen memiliki sensitivitas terhadap firman Allah yang ingin membebaskan umatNya dari jeratan penguasa. Dia sungguh-sungguh mendengar firman Allah. Dia meresapinya dalam-dalam dan berusaha untuk menanggapi firman Allah itu dengan gerakan bersama. Dia tidak memilih berjuang sendirian. Dia berjuang bersama mereka yang menginginkan kebenaran tersingkap secara terbuka dan nyata.

Namun suara kenabiannya seolah-olah kian meredup. Upaya pembungkaman pun terus dilakukan. Bulan Mei yang lalu, Kardinal Zan dan lima kompatriotnya ditangkap. Mereka adalah penyanyi Denise Ho, pengacara Margaret Ng, sarjana studi budaya Hui Po Keung dan mantan anggota parlemen Cyd Ho serta Sze Ching-wee.

Mereka didakwa gagal mendaftarkan Dana Bantuan Kemanusiaan 612 dengan benar. Dana dibentuk untuk membantu orang-orang yang ditangkap dalam protes massal anti-pemerintah di kota itu tiga tahun yang lalu. Dana tersebut membantu membayar biaya medis dan hukum untuk pengunjuk rasa yang ditangkap selama protes anti-pemerintah pada 2019 dan kemudian berhenti beroperasi pada Agustus 2021. Kardinal Zen, Denise Ho dan Margaret Ng juga dituduh berkolusi dengan pasukan asing untuk membahayakan keamanan nasional China. Namun tuduhan itu dibatalkan.

Mereka kemudian dibebaskan dengan jaminan. Meski ditangkap bulan Mei, namun mereka baru menjalani pengadilan pada 26 September lalu di West Kowloon. Ada pihak-pihak yang mengatakan bahwa tidak mudah mengadili Kardinal Zen. Dia memiliki pendukung yang sangat banyak baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Meski begitu, Kardinal Zen yang tinggal di komuntas SDB Hong Kong itu taat hukum.

Kardinal Zen tiba di pengadilan, pada 26 September, dengan pakaian polos, hitam-abu-abu dengan kerah klerikal dan kalung salib panjang dan menggunakan tongkat jalan. Sze mengenakan kaus oblong hitam dengan tulisan “we stand as one” terpampang di bagian depan. Sze Ching-wee adalah sekretaris dana tersebut. Namun, persidangan ditunda hingga 26 Oktober setelah pembela dilaporkan mencoba melawan saksi polisi yang dihadirkan oleh jaksa, secara signifikan menunda proses.

Kardinal Zen, seorang kritikus vokal China, menentang UU Keamanan Nasional, diperkenalkan untuk menekan protes prodemokrasi dan mengambil bagian dalam protes pada 2019, 2014 dan 2003. Penangkapannya dan persidangannya telah menarik kritik dari komunitas Kristen dunia, meski Vatikan tidak memberikan tanggapan.

Tetapi beberapa senior Gereja telah berbicara untuk mendukung Kardinal Zen. Pada 23 September lalu, Kardinal Fernando Filoni, mantan prefek Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa, memberikan dukungan bagi Kardinal Zen.

“Kardinal Zen adalah ‘manusia ilahi’; kadang-kadang melampaui batas, tetapi tunduk pada kasih Kristus, yang menginginkan dia menjadi imamnya. Kardinal Zen sangat mencintai, seperti Don Bosco, kaum muda,” tulis Kardinal Filoni.

Uskup Thomas Tobin dari Providence, Rhode Island (USA), mengajukan banding pada 19 September ketika persidangan Kardinal Zen dijadwalkan akan dimulai. Uskup Agung Salvatore Cordileone dari San Francisco membagikan doanya untuk Kardinal Zen pada 26 September.

Kardinal Zen (depan) aksi damai

Sementara itu, Kardinal Gerhard Muller dari Jerman menyatakan kekecewaannya atas sikap diam Vatikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia (HAM)  China dan pengadilan “tidak adil” yang akan segera terjadi atas Kardinal Joseph Zen.

“Kardinal Zen tidak hadir di Roma, karena dia berada di bawah tahanan rumah karena vokal melawan Beijing, membela HAM di Hong Kong dan China,” kata Kardinal Muller, merujuk pada konsistori dan pertemuan pada 29-30 Agustus terkait Konstitusi Apostolik untuk mereformasi Kuria Romawi.

Akankah suara kenabian Kardinal Zen mati bersama waktu atau ada yang mau mendukung dan terus menghidupkannya bagi Gereja Bawah Tanah di daratan China?

Frans de Sales,  SCJ dari berbagai sumber

HIDUP, Edisi No. 44, Tahun ke-76, Minggu, 30 Oktober 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here