web page hit counter
Sabtu, 17 Mei 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Paus Fransiskus Dimakamkan  

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Sabtu, 26 April 2025, lebih dari 200.000 umat beriman memadati Lapangan St. Petrus di Vatikan. Mereka memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus. Pagi hari ini, pukul 10:00 waktu setempat, atau pukul 15:00 WIB, jenazah Bapa Suci dimakamkan di Basilika Santa Maria Manggiore, Roma, Italia. 

Kepala Dewan Kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re, memimpin Misa Pemakaman Paus Fransiskus yang berlangsung di Lapangan St. Petrus tersebut. Sekitar 250 kardinal dan ratusan uskup – termasuk Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC – patriarkh, imam, bruder, suster menghadiri Perayaan Ekaristi ini. Hadir pula sejumlah kepala negara atau perwakilannya – termasuk mantan presiden Indonesia, Joko Widodo.

Jenazah Paus Fransiskus terbaring di dalam peti mati, yang telah tertutup sejak sehari sebelumnya. Selama Misa Pemakaman, peti mati yang terbuat dari kayu dan timah ini diletakkan tepat di depan altar, menghadap ke arah umat beriman.

Suasana Misa Pemakaman Paus Fransiskus (Foto: Tangkapan layar YouTube Vatican News)

Dalam homilinya, Kardinal Re mengatakan kehadiran begitu banyak umat beriman sepanjang pekan ini untuk menyampaikan dukacita atas kepergian Paus Fransiskus memperlihatkan bagaimana ia sungguh menyentuh hati dan pikiran banyak orang, bukan hanya Gereja Katolik.

“Gambar terakhir Paus Fransiskus yang kita miliki, yang akan terus melekat dalam kenangan kita, adalah Minggu Paskah lalu ketika Paus Fransiskus – meskipun menderita gangguan kesehatan serius –  ingin memberikan berkat kepada kita dari atas balkon Basilika St. Petrus. Ia kemudian turun ke Lapangan ini untuk menyapa kerumunan umat beriman yang berkumpul untuk Misa Paskah sambil mengendarai Popemobile,” ujarnya.

Ia juga mengenang keputusan Paus Fransiskus untuk memilih nama Fransiskus, yang mengindikasikan rencana dan gaya pastoralnya dengan mengambil inspirasi dari semangat St. Fransiskus Assisi.

“Ia adalah Paus semua orang,” imbuhnya. Ia membuka hatinya untuk semua orang, khususnya orang-orang tersisih. “Ia juga adalah Paus yang memperhatikan tanda-tanda zaman.”

Petugas mengangkat peti jenazah Paus Fransiskus dalam sosisi miring menghadap umat beriman. (Foto: Tangkapan layar YouTube Vatican News)

Menurutnya, visi Paus Fransiskus adalah evangelisasi. Hal ini secara khusus tertuang dalam Seruan Apostolik Evangelii Gaudium (Sukacita Injil). Gambarannya tentang Gereja sebagai “rumah sakit lapangan” memperlihatkan karakter sebuah Gereja yang memperhatikan luka-luka dunia.

“Gestur dan seruannya untuk membantu pengungsi dan orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka tak terhitung jumlahnya. Ia terus menerus berkarya bagi orang miskin,” ungkapnya.

Kardinal Re juga menyinggung ensiklik Paus Fransiskus, Laudato si’ (Terpujilah Engkau) tentang upaya merawat bumi.

“Fransiskus yang terkasih, kini kami mohon agar engkau mendoakan kami. Berkatilah Gereja, Roma, dan seluruh dunia dari surga seperti yang engkau lakukan Minggu lalu dari balkon Basilika ini dalam sebuah pelukan terakhir bersama semua umat Allah. Rangkul juga umat manusia yang mengupayakan kebenaran dengan hati tulus dan menjunjung tinggi api pengharapan,’ pungkasnya.

Petugas mengangkat peti jenazah Paus Fransiskus dalam sosisi miring menghadap umat beriman. (Foto: Tangkapan layar YouTube Vatican News)

Seusai Misa Pemakaman yang berlangsung lebih dari dua jam tersebut, peti jenazah Paus Fransiskus diangkat dalam posisi setengah miring menghadap umat beriman agar mereka dapat memberikan penghormatan. Seketika tepuk tangan bergemuruh, sebuah tanda penghormatan dan ungkapan terima kasih atas karya penggembalaan Paus Fransiskus selama masa kepausannya.

Lonceng pun berbunyi selama beberapa menit.   

Misa Requiem

Sejak berpulangnya Paus Fransiskus pada Senin, 21 April 2025, Gereja Katolik di seluruh dunia mempersembahkan Misa Requiem. Berbagai komunitas pun mengadakan doa bersama bagi jiwa Bapa Suci.

Di Indonesia, tepatnya Ibu Kota, Misa Requiem berlangsung di semua 69 paroki yang dilayani Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Paroki Katedral Gereja St. Maria Diangkat ke Surga, Jakarta Pusat, mengadakan Misa Requiem pada Kamis, 24 April 2025, pukul 18:00 WIB.

Misa yang dirayakan secara konselebrasi tersebut dipimpin oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo, bersama Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo; Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC; Uskup Malang, Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm; Uskup Banjarmasin, Mgr. Victorious Dwiardy, OFM Cap; Uskup Purwokerto, Mgr. Christophorus Tri Harsono; dan Uskup Padang, Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX serta beberapa imam.

Mgr. Piero Pioppo (tengah) memimpin Misa Requiem. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Petang hari itu, kompleks Katedral Jakarta bak lautan manusia. Banyak umat duduk berlesehan, bahkan berdiri, karena jumlah kursi yang tersedia tidak dapat menampung ribuan umat yang hadir. Selain umat dari berbagai kalangan, hadir pula sejumlah duta besar dan tamu undangan.

Mgr. Piero Pioppo membuka homili dengan mengatakan: “Malam ini jantung hati semua masyarakat Indonesia berdetak kencang di sini, Gereja Katedral Jakarta. Sesungguhnya kita semua berdoa dengan penuh kasih sayang dan segenap perasaan bagi Bapa Suci kita yang terkasih, Paus Fransiskus. Ia telah kembali ke rumah Bapa setelah menjalani kehidupan yang panjang demi kebaikan Gereja Kudus.”

Paus Fransiskus, menurutnya, terus menerus mengalami kehadiran Tuhan sejak ia masih kanak-kanak. “Pada malam hari, tanggal 13 Maret 2013, ketika ia terpilih sebagai Paus, ia mempersembahkan hidupnya tanpa ragu atau syarat kepada Yesus, Sang Gembala Baik, yang memanggil Paus Fransiskus untuk menjadi wakil-Nya di bumi dan mengikuti Dia sampai ia mencapai pengorbanan tertinggi dalam hidupnya,” ujarnya.

Paus Fransiskus, lanjutnya, melakukan hal itu agar – melalui pewartaan Injil, perayaan sakramen, dan seruan tanpa henti demi persaudaraan manusia – peradaban yang bagaikan jiwa bangsa-bangsa di dunia dapat semakin diubah menjadi sebuah peradaban kasih.

Korps diplomatik, tamu undangan, dan umat memadati Katedral Jakarta untuk menghadiri Misa Requiem bagi Paus Fransiskus. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Selama 12 tahun masa kepausannya, seluruh dunia belajar mengenal dan mencintai Paus Fransiskus. Mereka menemukan iman yang teguh serta harapan dan belas kasih yang menggetarkan jiwa dalam diri Bapa Suci. “Dengan harapannya, ia menyapa kita dalam Tahun Yubileum ini dengan motto ‘Penziarah Pengharapan.’ Dengan belas kasih, ia memperlihatkan keindahannya untuk membela orang-orang miskin dan tersisihkan, orang-orang yang menderita, kaum migran, orang-orang lemah, dan orang-orang yang tidak memiliki suara, serta orang-orang yang saat ini tidak merasakan perdamaian,” ungkapnya.

Baginya, Paus Fransiskus adalah gembala yang mau mendengar, merangkul semua orang, dan tidak takut akan berbagai tantangan dan kesulitan. “Seorang gembala yang membuat seruan dan memperbaiki kesalahan. Dan terpenting, ia mencintai kita semua, kawanannya, dengan cinta yang tulus hingga ajal menjemputnya. Sama seperti yang dilakukan Yesus Kristus Jesus untuk kita di kayu salib, sampai nafas terakhir,” ujarnya.

Umat memadati halaman Katedral Jakarta saat Misa Requiem nutum Paus Fransiskus. (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Mgr. Piero Pioppo juga mengenang Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia awal September 2024. “Dengan penuh hormat dan perhatian, ia memandang negara kita, masyarakat kita, Gereja Katolik di Indonesia, agama-agama besar yang ada di sini, sejarah kita masa kini dan masa depan kita. Lalu ia mengajarkan kita melalui perbuatan-perbuatannya, berjumpa dengan orang miskin di Nunsiatura Apostolik, berbicara dengan para saudara uskupnya, para imam, dan religius di Katedral ini, mengunjungi komunitas Muslim yang besar di Masjid Istiqlal – tempat para penganut agama lain juga hadir, menghibur orang sakit dan menyapa banyak orang yang tiada habisnya berkumpul di jalan-jalan Ibu Kota kita ini. Karenanya dia membawa Indonesia ke dalam hati kebapaannya,” imbuhnya.  

Ia menutup homili dengan mengajak umat untuk berdoa “agar Tuhan memberikan kita seorang Paus baru seturut citra Kristus Sang Gembala Baik.”

Katharina Reny Lestari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles