HIDUPKATOLIK.COM – Tanah merah yang masih basah selepas hujan menyambut pagi yang penuh berkat di Murnijaya, Tulangbawang Barat. Di tengah udara lembab dan segar, berdiri sebuah bangunan megah yang menjadi lambang harapan baru: Pastoran Paroki Murnijaya. Pada Rabu, 22 Oktober 2025, umat Katolik dari berbagai penjuru datang berbondong-bondong untuk bersyukur bersama. Tiga momen besar dirayakan sekaligus hari itu — Pesta Pelindung Paroki, Pelantikan DPP dan DKP periode 2025–2028, serta Pemberkatan Pastoran Baru oleh Uskup Tanjungkarang, Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo.

Mgr. Vinsensius mengajak umat untuk meneladani semangat St. Paulus, yang menggunakan “senjata-senjata kebenaran” untuk menjadi hamba Allah. “Menjadi Katolik berarti menjadi hamba kebenaran dan pelayan kasih,” tegasnya. Sakramen-sakramen yang diterima umat bukan hanya tanda kasih Allah, tetapi juga panggilan untuk menghadirkan wajah Kristus lewat perbuatan baik dan pelayanan tanpa pamrih.
Perayaan ini terasa semakin istimewa karena menjadi puncak perjalanan panjang pembangunan pastoran baru. Batu pertama diletakkan pada 23 Januari 2025, bertepatan dengan kunjungan kanonik Kuria Keuskupan di Paroki Murnijaya. Sejak saat itu, umat bergotong royong, berdiskusi, dan berjuang bersama demi mewujudkan rumah tinggal pastor yang layak.
Pastor Paroki Murnijaya, Pastor C. Anjarsi mengisahkan bahwa pembangunan ini bukan sekadar proyek fisik, melainkan proses pendewasaan iman. “Ada debat, perbedaan pendapat, bahkan rasa kecewa. Namun, semua itu justru menempa kami agar semakin dewasa dalam kasih,” ujarnya.

Semangat gotong royong umat menjadi pemandangan yang mengharukan. Tanpa pamrih, mereka saling membantu, menyumbangkan tenaga, waktu, dan dana. Pastor Anjarsi menyebut semangat itu sebagai budaya tandingan terhadap mentalitas “bagi-bagi roti” yang sering mengikis nilai pelayanan. “Di sini, umat belajar melayani bukan karena ingin diberi, melainkan karena ingin memberi,” katanya dengan mata berbinar.
Pastoran baru ini menjadi wujud nyata cinta kasih umat dan donatur yang bersekutu dalam karya Allah. Namun, di balik sukacita itu terselip rasa haru mendalam. Pastoran lama yang telah berusia lebih dari empat dekade kini akan ditinggalkan. Meski bangunannya telah rapuh, tembok-tembok itu menyimpan sejuta kisah: doa-doa yang dipanjatkan, tawa dalam pelayanan, air mata perjuangan, dan keheningan batin para imam yang pernah tinggal di sana.

“Pastoran lama bukan sekadar rumah, melainkan saksi perjalanan iman umat,” ujar Pastor Anjarsi mengenang. Tempat itu menjadi ruang perjumpaan antara gembala dan umat, tempat lahirnya keputusan besar dan kasih persaudaraan. Kini, meski langkah berpindah ke pastoran baru, kenangan dan semangat pelayanan itu akan tetap hidup di hati setiap umat Paroki Murnijaya.
Dengan penuh syukur, umat menyadari bahwa pastoran baru ini bukan hanya bangunan, tetapi tanda kehadiran Allah yang terus berkarya di tengah umat-Nya. Warisan iman dan cinta dari pastoran lama akan menjadi fondasi kokoh bagi perjalanan pelayanan di masa depan.
Semoga dari tempat baru ini, tumbuh lebih banyak benih kasih, harapan, dan pelayanan yang berbuah bagi Gereja dan dunia.
Sr. M. Fransiska, FSGM (Lampung)






