Paskah, Belajar Mencintai Ibu Pertiwi

184
Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM (kanan) membakar lilin Paskah saat Misa Vigili Paskah di Katedral Bogor.
[HIDUP/Aloisius Johnsis]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Paskah menjadi perayaan sukacita. Tetapi lebih dari itu, Gereja berharap Paskah menjadi momen membangun relasi dengan Ibu Pertiwi.

Perayaan Sabtu Suci di Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan Bogor, berjalan meriah. Melalui refleksi Paskah, Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM mengajak seluruh umat untuk menjadi manusia baru yang peduli terhadap ciptaan. “Momen Paskah ini hendaknya dapat menjadi cara kita untuk lebih mencintai Ibu Pertiwi,” katanya.

Ribuan umat hadir untuk menyambut kebangkitan Yesus Kristus di Gereja Katedral, Sabtu, 20/4. Misa pertama pukul 17.30 yang dipimpin Mgr Paskalis ini juga dibantu Pastor Marselinus Wisnu Wardhana dan Pastor Jeremias Uskono. Sementara Misa kedua digelar pukul 21.30 dipimpin Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor Pastor Paulus Haruna dengan konselebran Pastor Mikail Endro Susanto dan Pastor Alfonsus Sutarno.

Mencintai Ibu Pertiwi, lanjut Mgr Paskalis berarti mencintai alam semesta. “Caranya bisa dari hal-hal yang sederhana. Jangan gunakan plastik sekali pakai untuk minum atau berbelanja di pusat perbelanjaan. Jangan juga membuang sampah sembarangan karena itu melukai Ibu Pertiwi,” tegasnya.

Uskup bercerita tentang hewan-hewan laut yang mati karena makan sampah plastik. Kabar ini memang sempat viral beberapa waktu lalu. “Yang membuat mereka mati adalah sampah kita. Memaknai Paskah adalah menjadi manusia baru yang membawa dan menciptakan hal-hal baik untuk sekitar kita. Mulailah dari hal-hal yang sederhana,” ajak Mgr Paskalis.

Melayani yang Terjauh
Sementara itu, tahun ini Keuskupan Banjarmasin mengambil tema Paskah, “Bangkit Bersama Kristus untuk Berevaluasi dan Bersyukur: Bijak Berteknologi Menuju Kalimantan Baru.” Sebagai suatu kebiasaan di hari Paskah, Uskup Banjarmasin Mgr Petrus Boddeng Timang mengadakan turne selama Pekan Suci ke Stasi Magalau di wilayah Pastoral Paroki Santo Vincentius a Paulo, Batulicin, Kalimantan Selatan.

Jarak Wisma Uskup menuju Paroki Batulicin sekitar 280 kilometer. Sedangkan jarak dari Paroki Batulicin menuju Stasi Magalau sejauh 100-an kilometer. Jadi total jarak yang harus ditempuh dari Banjarmasin menuju Magalau nyaris mendekati angka 400 kilometer. Suatu perjalanan darat yang panjang dan cukup melelahkan. Mgr. Petrus Timang bertolak dari Wisma Immaculata menuju lokasi turne siang hari setelah mengikuti Pemilu 2019, Rabu, 17 April 2019.

Keesokan harinya, Mgr Boddeng Timang merayakan Kamis Putih di Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Veteran, Banjarmasin dan dipimpin Kepala Paroki Pastor Lorensius Tata Priyana. Dalam khotbahnya, Pastor Tata menjelaskan hal ikhwal tentang cinta. Banyak orang punya pandangan tentang cinta. “Tetapi makna cinta yang saya pilih adalah mau membantu dan menolong khususnya cinta bangsa dan mau menolong sesama yang berbeda,” ucap Pastor Tata.

Misa Jumat Agung dilaksanakan di Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda Kelayan, Banjarmasin, dimulai pada pukul 15.00 WITA. Misa dipimpin langsung oleh Pastor Kepala Albertus Jamlean, MSC didampingi oleh Pastor Bernardinus Palangngan MSC dan dihadiri oleh sekitar 1500-an orang umat.

Merefleksikan makna Paskah tahun ini, Mgr Boddeng Timmang mengatakan, Paskah kita renungkan sebagai sukacita. Karena kunjungan-kunjungan ke daerah-daerah terpencil adalah harapan sekaligus sukacita umat. Kehadiran seorang uskup menjadi kekuatan baru bagi mereka yang terpencil agar segera bangkit bersama Kristus. “Ini pesan yang penting bagi kita semua,” ungkap Mgr Boddeng Timang.

Yusti H. Wuarmanuk
Laporan: Aloisius Johnsis (Bogor)/Dionisius Agus Puguh Santosa (Banjarmasin)

HIDUP NO.17 2019, 28 April 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here