Pesparani Nasional: Dari Maluku (2018) ke Nusa Tenggara Timur (2022), dan ke DKI Jakarta (2023)

140
Pelepasan balon dan burung merpati sebagai tanda Pembukaan Pesparani II/Yusti H. Wuarmanuk
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – DUA event Pesparani mendulang decak kagum banyak kalangan. Opening Ceremoniy Pesparani Pertama di Ambon, Maluku, 2018 disebut-sebut ‘tak kalah’ dengan opening/closing ceremony Asian Games yang digelar tak lama menjelang Pesparani Maluku. Jempol dua diberikan kepada panitia lokal, yakni Provinsi Maluku bersama LP3KD Provinsi Maluku.

Pembukaan PESPARANI TINGKAT NASIONAL PERTAMA di Ambon, Maluku, 2018

Tak hanya pada seremonilannya. Lebih dari itu, dan jauh lebih esensial. Dan, itu tak lain tak bukan adalah bergotong-royongnya warga Maluku menghelat event itu. Mereka tak mengenal sekat. Semua terjun ke lapangan, melayani semua kontingen, official, dan pendukungnya. Begitu juga pejabat sipil tertinggi dan militer/polisi.

Masyarakat pun menyambut gelaran ini dengan aneka tanda kesukacitaan barupa baliho-baliho, papan ucapan hingga lorong-lorong gang. Maluku memperlihatkan kepada Nusantara dan dunia, bahwasanya Provinsi Maluku tak sekadar laboratorium kerukunan antarumat beragama. Tidak di situ lagi. Maluku telah menjadi teladan dan terdepan. Ambon seakan menentukan benchmark untuk Pesparani-Pesparani berikutnya.

Para penari Patajanggung mempersiapkan diri untuk pembukaan Pesparani II di Kupang/Dok. Humas LP3KN

Tantangan itu terjawab di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 28-31 Oktober 2022 lalu. Dalam situasi dan kondisi yang terbatas karena pandemi, Provinsi NTT telah menyelenggaran hajatan yang tertunda dua kali ini dengan sukses, semarak, dan penuh makna/pesan. Menggetarkan rasa persaudaraan dan harmoni kita sebagai anak-anak bangsa.

Tak pelak lagi jika panggung Pesparani II ini menjadi harmony show kerukunan dan persaudaraan. Di panggung ekspo, ibu-ibu pengajian menghentak hadirin dengan lagu dan puisi; para pembawa papan nama kontingen adalah gadis-gadis berhijab.

Tentu saja, tak boleh dilupakan, ketua umum penyelenggara ini adalah seorang kiai. Event ini juga didukung sepenuhnya oleh sesama anak bangsa dari kalangan Hindu, Buddha, Protestan.

Di tengah begitu banyak tantangan dalam menghelat Pesparani II, Provinsi NTT, bersama Panitia Nasional, LP3KN dan LP3KD berhasil menyajikan sebuah peristiwa yang mengartikulasikan pesan dan makna universal untuk bangsa ini.

Kita bhinneka, kita pluralis, kita majemuk. Itulah semua kekuatan, kekayaan, serta harta warisan leluhur, pendiri bangsa yang harus kita pupuk, rawat, dan kembangkan untuk generasi berikutnya.

Pesta kembang api

Pesparani II di NTT telah bertransformasi menjadi momentum untuk menegaskan kembali nilai-nilai yang terkandugn dalam Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UDD 45 dan, NKRI.

Tampak sangat terang benderang, benang merah yang mengikat kuat tagline Pesparani I “Dari Maluku untuk Indonesia” dan di NTT, “Dari Nusa Tenggara untuk Nusantara.”

Jika di Ambon Pesparani dibuka bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, di Kupang pun hal yang sama dilakukan. Maka, jika dalam Pesparani ada kata ‘pesta’, kata itu sarat makna, yakni perayaan kebersamaan, persaudaraan sebagia sesama anak-anak bangsa.

Kontingan salah satu provinsi saat defile peserta pada pembukaan Pesparani II di Kupang, NTT, 28 Oktober 2022.

Lihatlah bagaimana mereka bergandengan tangan, berpelukan, menari bersama baik di pembukaan maupun penutupan dua event tersebut.

Tahun 2023, DKI Jakarta akan menjadi tuan rumah Pesparani III. Semua pihak berharap, benang merah dari Ambon ke Kupang akan tampak juga terang-benderang di DKI Jakarta. Semoga!

HIDUP, Edisi No. 47, Tahun ke-76, Minggu, 20 November 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here