Menjawab Panggilan Tuhan, Saya Jatuh Cinta….

192
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Sejujurnya, keinginan menjadi seorang Fransiskan awam tidak pernah terlintas di pikiran saya. Keputusan saya untuk menjalani tahap inisiasi (awalnya) sepenuhnya untuk menyenangkan hati seorang imam Fransiskan yang secara konsisten membujuk saya untuk bergabung dengan OFS.

Terdapat kekhawatiran: apakah saya bisa membangun diri untuk mencintai ordo ini? Apakah saya bisa menaati semua peraturan yang diberikan? Apakah saya bisa melawan rasa jenuh dalam melakukan ibadat harian?

Namun ꦮꦶꦠꦶꦁ ꦠꦿꦼꦱ꧀ꦤꦺꦴ ꦗꦭꦫꦤ꧀ ꦱꦺꦴꦏꦺꦴ ꦏꦸꦭꦶꦤꦺꦴ (Witing Tresno Jalaran Soko Kulino), artinya “cinta datang karena terbiasa”.

Seiring berjalannya waktu, semua ketakutan itu berhasil—walau tentunya, tidak mudah—saya taklukkan. Saya jatuh cinta pada Santo Fransiskus dari Assisi dan perjalanan hidupnya, saya menemukan kebahagiaan ketika melakukan ibadat harian, saya menyadari bahwa menjadi seorang Fransiskan adalah panggilan saya. Semua saya lakukan bukan lagi karena harus, namun karena cinta yang meluap dan terus.

Namun, pertanyaan baru yang menghantui saya adalah,

“Apakah saya pantas menjadi seorang Fransiskan?”

Saya bergelut dengan ketakutan itu, berusaha keras untuk menjadikan diri pantas.

Suatu hari saya dipertemukan dengan sebuah momen realisasi bahwa Tuhan tidak selalu memanggil orang-orang yang pantas, namun Ia memantaskan orang-orang yang Ia panggil. Kita melihat dalam sejarah bahwa Musa tidak fasih dalam berbicara (Keluaran 4:10), Daud dahulu hanyalah seorang penggembala domba (1 Samuel 16:11), para rasul terdiri dari nelayan (Matius 4:18-22) dan pemungut cukai (Markus 2:14 dan Lukas 5:27-28). Tuhan memanggil mereka dan menjadikan mereka instrumen-Nya untuk melakukan hal-hal besar bagi kerajaan-Nya.

Pola itu berlanjut hingga hari ini.

 Tuhan memanggil manusia biasa seperti kita untuk melanjutkan karya-Nya di dunia. Tuhan tidak melihat profesi, pendidikan, atau status sosial kita. Sebaliknya, Ia melihat hati kita dan kerendahan hati kita untuk melayani-Nya. Ketika kita menerima panggilan-Nya, Ia membekali kita dengan segala yang kita butuhkan untuk menjalankan tugas yang Ia berikan. 

Dalam 1 Korintus 1:27-29 dikatakan: “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”

Panggilan Tuhan tidak selalu menyenangkan, nyaman, atau mudah. Bahkan mungkin tampak menyeramkan dan mustahil. Namun, pasti yang terbaik.

Perjalanan menjadi seorang Fransiskan bagi saya adalah suatu cara, untuk menjadi semakin dekat, menjadi semakin lebih dekat dan intim dengan Allah.

Dari mengikuti jejak Santo Fransiskus dari Assisi, saya belajar untuk menjalani hidup dalam pengabdian yang memungkinkan saya untuk merasakan kebesaran Tuhan secara lebih mendalam.

Saya menerima panggilan Tuhan menemukan kebahagiaan dan kepuasan sejati dalam hubungan saya dengan-Nya.Semoga anda pun dapat menerima panggilan Tuhan, dalam hal apapun yang Ia rencanakan untuk anda.

 “Allah yang Maha Tinggi dan penuh kemuliaan, terangilah kegelapan hatiku dan berilah aku iman yang benar, pengharapan yang teguh, dan kasih yang sempurna.

Berikanlah aku, ya Tuhan, perasaan yang peka dan budi yang cerah, agar aku mampu melaksanakan perintah-Mu yang kudus dan takkan menyesatkan.” — Doa Santo Fransiskus dari Assisi di depan Salib San Damiano

Pace e bene.

Rene Annamis (Anna Maria), Mahasiswi Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here