Perjumpaan Membahagiakan Para Diosesan ‘Balita’ Regio Sumatera

115
Peserta OGF berfoto bersama di pusat ziarah Via Crucis Sukamoro, Palembang, Sumatera Selatan.
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – SUASANA akrab dan penuh canda mewarnai perjumpaan di sekitar pelataran pastoran Gereja Katolik Paroki St. Stefanus Palembang. Perjumpaan itu merupakan bagian dari rangkaian pembukaan kegiatan bina lanjut atau ongoing formation (OGF) bagi para imam diosesan usia tahbisan bawah lima tahun (balita) Regio Sumatera yang berlangsung pada 27 Februari – 3 Maret 2023. Kegiatan ini diikuti oleh 40 imam balita yang berasal dari Regio Sumatera, yaitu Keuskupan Agung Medan, Keuskupan Sibolga, Keuskupan Padang, Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Pangkalpinang dan Keuskupan Tanjung Karang.

Kegiatan dengan tema Berjalan Bersama: Menjadi Imam yang Tangguh ini dibuka dengan Perayaan Ekaristi bersama di Gereja Paroki St. Stefanus Palembang, pada Senin, 27/2/2023. Hadir sebagai selebran utama adalah Mgr. Yohanes Harun Yuwono, Uskup Agung Palembang didampingi Mgr. Vincentius Setiawan Triatmojo (Uskup Terpilih Keuskupan Tanjungkarang), Romo Simon Margono (Pastor Paroki St. Stefanus), Romo Guido Suprapto (Rektor Seminari Tinggi St. Petrus dan Wakil Ketua Unio Indonesia), Romo Laurentius Pratomo (Ketua Tim OGF Regio Sumatera), Romo Dominggus Koro (Ketua Unio Palembang), dan puluhan imam konselebran lainnya. Sejumlah biarawan, biarawati dan umat tampak ikut hadir dalam perayaan ini.

Katekese Berjenjang

“Hari ini Yesus mengatakan apapun yang kamu lakukan untuk saudaraku yang paling hina ini, kamu lakukan untuk Aku. Memuliakan Tuhan harus dilakukan dalam perbuatan nyata. Memuliakan Tuhan harus diwujudkan dalam diri sesama. Menghormati sesama berarti menghormati Tuhan, karena Tuhan ada dalam diri sesama,” ungkap Mgr. Yohanes dalam homilinya.

Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono| Dok. Komkep KWI

Uskup juga menegaskan bahwa Yesus pun dalam karya pelayanannya juga melakukan katekese berjenjang. “Dalam perjamuan malam terakhir saat menahbiskan para rasul-Nya menjadi imam, Dia berkata, kalian tidak lagi Kusebut sebagai hamba. Hamba adalah budak. Bukan orang yang terhormat dan bermartabat. Yesus mengatakan kamu adalah sahabat. Predikat itu hanya berlangsung 3 hari. Setelah bangkit dari kematian, Yesus tidak lagi menyebut para murid sebagai sahabat-Nya. Di depan kubur, Dia mengatakan kepada perempuan itu (Maria Magdalena), ’Jangan menyentuh Aku, sebab Aku belum pergi kepada Allah-Ku dan Allahmu, Bapa-Ku dan Bapamu.’ Yesus mengatakan, bahwa manusia yang diwakili perempuan itu adalah saudarinya. ‘Tetapi pergilah dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku,’ yang tadinya ia disebut sahabat. Ini katekese berjenjang yang dilakukan Yesus,” jelas Mgr. Yohanes.

Selanjutnya, Uskup mengingatkan seluruh umat dan imam yang hadir tentang Arah Dasar Keuskupan Agung Palembang hasil Sinode III yang harus senantiasa menjadi pedoman arah kehidupan umat di tengah Gereja dan masyarakat.

“Kita bermartabat luhur. Kristus adalah anak-anak Allah. Bangga dan hidupilah! Sebagai anak-anak Allah adalah terang dan garam dunia, serta sakramen keselamatan bagi setiap ciptaan. Jika menghidupi Injil kita akan selalu berbuat baik kepada semua orang tanpa pandang bulu, dalam pilihan hidup baik imam atau awam. Bukan hanya dihidupi dalam doa, liturgi di altar, tapi juga di pasar. Apalagi imam, in persona Christi. Para imam in persona Christi bukan hanya di altar, di mana pun, di tempat gelap maupun terang. Imam adalah ungkapan Allah yang begitu baik, pengantara rahmat Allah yang begitu agung kepada manusia dan manusia kepada Allah. Pontifex, jembatan yang baik untuk dilewati. Semoga kita menghidupi panggilan kita sebaik Kristus menjalani perutusan-Nya, sehingga Allah berkenan kepada kita,” harap Mgr. Yohanes.

Berjalan Bersama

Usai Ekaristi, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan paparan materi pengantar oleh Mgr. Yohanes, selaku Ketua Regio Sumatera. Ia mengajak peserta menimba inspirasi dari Yesus, Sang Imam Agung berdasarkan Surat kepada Orang Ibrani. “Setia menjadi imam sampai akhir. Menjadi imam itu mengurusi ibadah sejati kepada Allah dan melayani sesama. Kita harus kudus di hadapan Allah. Banyak berdoa, membangun persaudaraan dengan semua orang, menyayangi orang lemah, hidup jujur dan benar, jangan menjadi hamba uang, hormat terhadap perkawinan, hormat dan taat pada pemimpin. Kita menjadi pengantara umat, maka kita juga harus dekat dengan umat, menjadi ‘saudara mereka’, bukan saudara orang tertentu atau kelompok tertentu,” ujarnya.

“Semoga dengan berjalan bersama, para imam bertumbuh menjadi imam yang tangguh, imam yang setia sampai akhir hayat. Tetaplah menjadi imam yang menghidupi imamat setiap hari dengan saleh bukan dengan salah. Imam yang menghidupi imamat setiap hari dengan rela berkorban bukan mengorbankan orang lain. Imam yang menghidupi imamat setiap hari dengan semangat melayani bukan minta dilayani,” harapnya.

Setelah paparan materi pengantar selesai, rangkaian kegiatan dilanjutkan di Wismalat Podomoro, Banyuasin, Sumatera Selatan, tak jauh dari kompleks Gua Maria Mater Miscericordiae dan Taman Doa Via Crucis Sukomoro.

Pembinaan Berjenjang

 “Dalam buku Pedoman Bina Lanjut Imam Regio Sumatera, bina lanjut imam dipahami sebagai proses pembinaan diri yang terus menerus seumur hidup, berkesinambungan dan semakin mendalam, dalam beberapa dimensi hidup yang harus diolah dan dihidupi, yakni spiritualities, intelektualitas, dan pastoral,” jelas Romo Laurensius Pratomo, ketua Tim OGF Regio Sumatera dalam sambutannya pada pembukaan bina lanjut atau ongoing formation (OGF) Imam Balita Regio Sumatera di Gereja Paroki St. Stefanus Palembang, Senin, 27/02/2023’.

Ia menegaskan bahwa OGF ini merupakan bagian dari kegiatan bina lanjut berjenjang, yang dilakukan para imam diosesan dan telah dirumuskan bersama oleh para Uskup Regio Sumatera dalam bantuk Pedoman Bina Lanjut Imam Regio Sumatera. Jenjang pembinaan itu antara lain meliputi usia tahbisan bawah lima tahun (Balita), bawah sepuluh tahun (Basepta), dan usia tahbisan di atas sepuluh tahun. Pedoman ini telah dirumuskan dan ditandatangani oleh para Uskup Regio Sumatera pada tahun 2010 sehingga sejak itu pendampingan dan bina lanjut bagi para imam pun semakin giat dan teratur dilaksanakan.

Melalui kegiatan ini para imam diharapkan dapat semakin menghayati panggilan dan penyerahan dirinya dalam karya pelayanan di tengah umat. “Dimensi-dimensi ini yang dibutuhkan para imam, dan akan membentuk para imam yang sungguh religius dan manusiawi dalam tugas dan karya pastoral dengan penyerahan diri kepada Yesus, Sang Gembala Agung,” ungkap Romo Pratomo.

Tahbisan Imamat bukanlah akhir sebuah proses formatio atau pembinaan bagi seorang imam. Setelah ditahbiskan pun, para imam tetap perlu mendapat pendampingan, bimbingan, dan pembinaan agar karya pelayanan pewartaan dan pastoral dapat berjalan dengan baik. Salah satu bentuk pembinaan bagi para imam itu adalah melalui OGF. Dalam Pedoman Hidup Para Imam ditegaskan bahwa pembinaan diri terus-menerus merupakan panggilan hakiki seorang imam dan OGF adalah hal pokok yang harus dilakukan oleh setiap imam.

Hadirnya Tim OGF Regio Sumatera merupakan wujud nyata dari upaya para Uskup untuk melaksanakan bina lanjut bagi para imam diosesan Regio Sumatera. Keanggotaan Tim OGF Regio Sumatera yang saat ini dikoordinir oleh Romo Laurentius Pratomo ini mewakili masing-masing keuskupan dan diangkat oleh uskup. Tugas utamanya adalah bekerja sama untuk memberikan pendampingan bagi para imam diosesan secara berjenjang sesuai dengan pedoman pembinaan yang telah ditetapkan.

Suasana pertemuan para imam diosesan usia tahbisan bawah lima tahun (balita) Regio Sumatera di Palembang pada 27 Februari – 3 Maret 2023.

Ada empat tujuan bina lanjut imam. Pertama, agar imam dengan penuh gairah terus-menerus melaksanakan Tri Munera Christi, sebagai Nabi, Imam dan Raja dalam masyarakat yang terus berubah dan berkembang. Kedua, agar setiap imam dapat menampilkan terus-menerus kekudusan diri sebagai pelayan Gereja yang kudus. Ketiga, agar setiap imam dapat memenuhi kebutuhan alamiahnya sebagai seorang manusia untuk terus berkembang. Keempat, agar setiap imam mendapat kesempatan untuk memperluas dan menambah wawasannya. Agar tujuan ini bisa terwujud, maka harus dipahami dengan baik siapa penanggungjawab bina lanjut. Penanggung jawab bina lanjut adalah imam itu sendiri, uskup, rekan imam dan komunitas lainnya.

Dalam OGF ini, para imam peserta OGF belajar dan mendalami bersama empat materi utama, yakni sharing umat, biarawan-biarawati tentang pengalaman hidup bersama dan harapan bagi para imam diosesan, Kematangan Spiritual Imam, Dokumen Gereja Terbaru, dan Citra Imam Diosesan Regio Sumatera: Sebuah simpul harapan para uskup dan tokoh umat Katolik.

Selain keempat materi di atas, para imam peserta juga mendapat kesempatan mendalami semangat kerja sama, kepekaaan sosial, pelayanan dan kepemimpinan lewat kegiatan outbound.

Romo Titus Jatra Kelana (Palembang)

HIDUP, Edisi No. 11, Tahun ke-77, Minggu, 12 Maret 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here