Keuskupan Agung Semarang: 2024 Tahun Katekese, Pandemi Meninggalkan Banyak Persoalan di Tengah Umat

658
Peserta Tepas melakukan diskusi kelompok. (Foto: HIDUP/Veronika Naning)
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Melanjutkan tradisi tahun-tahun sebelumnya, temu pastoral (Tepas) merupakan kesempatan istimewa untuk menyatukan gerak langkah reksa pastoral di KAS (Keuskupan Agung Semarang).

Tepas KAS tahun 2023 ini mempersiapkan arah perhatian pastoral tahun 2024 dengan mengambil tema “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah: Berjalan Bersama untuk Formasio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB)”.

Peserta Tepas ini terdiri atas pengurus pleno Dewan Pastoral (KAS, Kevikepan, dan Paroki) se- KAS; para kepala UPP dan ketua komisi di kevikepan; ketua dan pengurus Tim Pelayanan pendampingan iman usia dini, anak, remaja, oang muda, dewasa, dan usia lanjut (PIUD, PIA, PIR, PIOM, PIOD, dan PIUL); komunitas biara imam, bruder, dan suster di KAS; perwakilan Yayasan Pendidikan Katolik se KAS serta kelompok-kelompok kategorial se-KAS.

Tepas ini sekaligus menjadi forum sosialisasi dan penegasan bersama Dewan Pastoral kevikepan dan Dewan Pastoral paroki-paroki se-Keuskupan guna menyatukan gerak langkah dalam melaksanakan penggembalaan umat di tingkat masing-masing.

Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang, Romo Y.R. Edy Purwanto (berdiri) memberikan pengantar pembuka Temu Pastoral Keuskupn Agung Semarang. (Foto: HIDUP/Veronika Naning)

Untuk meningkatkan efektivitas perjumpaan, maka agenda Tepas dibagi dalam kelompok sesuai jumlah kevikepan, termasuk kevikepan kategorial. Seluruh agenda terlaksana pada tanggal 20-25 November mengambil lokasi sesuai kevikepan yang berproses.

Sebelum Tepas luring, diselenggarakan pula dua kali pertemuan pra-Tepas secara daring di bulan Oktober. Pertemuan ini bertujuan memberi pembekalan materi pengayaan sesuai tema sehingga saat rapat luring semua peserta mempunyai gambaran dan pemahaman yang sama. Bahan yang digunakan adalah “Formasio Iman Berjenjang dalam perspektif Psikolog dan Ahli Kateketik” dengan menghadirkan pembicara Maria Laksmi Anantasari (Dosen Fakultas Psikologi USD) dan Rm. Markus Nur Widipranoto, Pr (Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia).

Keprihatinan Gereja

Pandemi telah menyebabkan banyak persoalan dalam kehidupan manusia, termasuk dalam hidup menggereja. Dari proses supervisi paroki ditemukan bahwa pengetahuan serta penghayatan iman umat mengalami gangguan. Kondisi ini bila tidak disikapi dengan pelaksanaan formatio iman secara sungguh-sungguh maka iman umat akan makin melemah. Pandemi sungguh melemahkan penghayatan iman dan semangat umat dalam hidup menggereja.

Banyak keluarga dan pengurus Gereja mengalami bahwa makin tidak mudah menyemai dan membatinkan ajaran kekatolikan dalam diri orang muda, remaja, dan anak-anak di zaman sekarang. Maka sangat diperlukan strategi dan gerakan yang terencana, terukur, dan menyeluruh untuk menyikapi fenomena tersebut.

KAS telah mempunyai garapan tentang peningkatan semangat kekatolikan dan kerasulan dalam Arah Dasar VIII (2021-2025). Hal ini sangat perlu diseriusi dalam implementasinya, khususnya untuk menyikapi berkembangnya kebutuhan akan ajaran-ajaran apologetika. Ajaran ini penting untuk melawan konten-konten yang menyerang ajaran Gereja Katolik.

Kondisi ini didukung dengan munculnya gagasan-gagasan baru dari Paus Fransiskus tentang pentingnya pendidikan iman berjenjang dan berkelanjutan. Di KAS kemudian muncul pesan penting tentang perlunya memperhatikan pendidikan iman, “Umat Allah KAS secara khusus juga terus berjuang meningkatkan dan mempertanggungjawabkan pengetahuan, penghayatan, pengungkapan, perwujudan, serta kesaksian iman agar semakin beriman cerdas, tangguh, misioner, dan dialogal (CTMD)”. Agar makin sejalan maka seluruh perangkat pastoral di KAS pada semua tingkat (keuskupan, kevikepan, paroki, dan lingkungan) perlu memiliki kesamaan cara pandang dan cara berpastoral guna menyusun program-program pelayanan pastoral.

Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB)

Ada data lapangan yang cukup memprihatinkan selama pandemi berlangsung. Jumlah umat yang meninggalkan gereja Katolik oleh berbagai alasan, dan memeluk agama lain cukup besar. Meskipun data ini diimbangi dengan data baptisan baru, Namun Gereja tetap perlu memperhatikan perkembangan iman umat. Merujuk situasi ini KAS memandang perlu meningkatkan militansi umat terhadap iman Katolik dalam kebersamaan hidup dengan orang beriman lain.

Dalam survei yang dilakukan Univeritas Atma Jaya Jakarta, dikatakan bahwa indeks militansi umat meliputi tiga unsur. Pengetahuan iman (pemahaman akan pengajaran iman), keterlibatan dalam peribadatan (pengungkapan iman melalui doa dan ibadat  atau praksis peribadatan), implementasi iman dalam cara hidup (perwujudan iman dalam perilaku sehari-hari atau praksis hidup keseharian).

Ketiganya disurvei dengan responden OMK dari seluruh keuskupan. Dalam penelitian itu disimpulkan bahwa ada peran orang tua sebesar 75,1% terhadap perkembangan iman anak. Sedangkan indeks militansi orang muda saat ini pada level sedang. Karena itu, KAS memutuskan melakukan katekese untuk menjaga hidup beriman umat di KAS dengan segala dinamikanya.

Dengan melakukan katekese berjenjang dan berkelanjutan, artinya pewartaan yang dilakukan dikelompokkan mengacu pada proses yang dibagi dalam tahap-tahap tertentu. Setiap tahap memiliki fokus dan tujuan tertentu sesuai dengan perkembangan dan pemahaman iman masing-masing kelompok umat.

Pelaksanaan FIBB KAS

Formasi iman berjenjang bagi masing kelompok usia dimulai setelah baptisan: anak-anak, remaja, orang muda, orang dewasa dan lanjut usia. Dengan melakukan katekese terus-menerus akan terbentuk pribadi dengan iman yang cerdas, tangguh, misioner, dialogis dan ekologis. Tujuan akhirnya perubahan atau transformasinya, terkait dengan keselamatan jiwa-jiwa atau salus animalum. Semua orang dapat mengenal Dia, dan diselamatkan dalam diri Yesus Kristus.

Menimbang segala dinamika dan keprihatinan yang harus segera diselesaikan, maka pada 2024 ditetapkan sebagai Tahun Katekese di KAS. Dalam penjelasannya kepada para peserta tepas, Mgr. Rubi menyampaikan bahwa program Tahun Katekese ini akan dilaksanakan oleh paroki, sekolah, organisasi, pusat pembinaan (biara), dan tempat ziarah.

Merujuk kalendarium Gereja Katolik, maka tema Tahun Katekese KAS ditetapkan per bulan sebagai berikut:  HAK – Ekumenisme-terkait hubungan antar umat beragama (Januari), APP-Tobat (Februari-Maret), Paskah (April), Liturgi, Kateketik, Pendidikan (Mei), seputar KAS (Juni), Keluarga meliputi pembinaan pranikah – saat menikah – setelah menikah (Juli), ASG dan Kebangsaan (Agustus), Kitab Suci (September), Misi-Hari Pangan Sedunia-Keutuhan Alam Ciptaan (Oktober), Hari Orang Muda (November), Adven-Natal, fokus pelayanan pastoral 2025 (Desember). Untuk mendukung kelancaran Tahun Katekese tersebut perlu disiapkan bahan atau modul materi, SDM pelaksana, dan dukungan lain (keluarga, dana, dll.).

Foto bersama peserta Tepas Kevikepan Yogyakarta Timur di PPSM Muntilan. (Foto: HIDUP/Veronika Naning)

Pertemuan Tepas di setiap kevikepan diakhiri dengan informasi terkini dan program yang direncanakan komisi-komisi karya di setiap kevikepan. Khusus untuk Kevikepan Kategorial telah berhasil disusun sebuah buku yang berisi profil komunitas kategorial yang berkarya di engah umat se-KAS dan saat ini telah bernaung dalam pendampingan Vikep Kategorial. Buku berjudul Rumpun yang Merimbun ini berisi 50 tulisan yang ditulis oleh 28 orang penulis. Mereka tergabung dalam Komunitas Penulis Katolik “Deo Gratias” Yogyakarta. Buku ini telah dirilis Mgr. Rubi dalam Tepas Kevikepan Kategorial.

Veronika Naning (Kontributor, Yogyakarta)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here