HIDUPKATOLIK.COM – Paus adalah pengganti Petrus, penerus tahta Petrus. Gereja tidak mencari pengganti Fransiskus, melainkan penerus Petrus.
BEBERAPA waktu lalu beredar film Conclave, ketika Paus Fransiskus wafat penonton film tersebut di tautan netflix alam waktu sehari melonjak sekitar 280%, demikian pula film The Two Popes juga mendapatkan kenaikan 420%. Begitulah, situasi sede vacante, takhta kepausan yang kosong, dan nantinya proses pemilihan Paus (Konklaf) menarik perhatian kalangan luas, bahkan kalangan non-Katolik. Proses konklaf yang tertutup dan rahasia oleh media tentu menjadi santapan lezat akan beredarnya teori konspirasi, intrik maupun tarikan berbagai kepentingan. Memang sesuatu yang berada dalam ruang ketidakpastian dan ketidakjelasan bagi kalangan publik menarik perhatian, berbagai analisa dan spekulasi lalu dikembangkan, seakan-akan ada suatu tegangan, atau bahkan suatu misteri ada di dalamnya.
Gereja sudah berpengalaman menghadapi situasi kekosongan kepemimpinan Gereja dan bagaiman proses pemilihannya. Pengalaman sudah memiliki 266 orang pengganti Rasul Petrus sudah menunjukkan tidak saja bentangan sejarah namun pula pengalaman panjang. Berbagai ketentuan dibuat untuk itu. Paus Yohanes Paulus II pada 22 Februari 1996 mengeluarkan konstitusi apostolik Universi Dominici Gregis, tentang situasi sede Vacante dan Konklaf. Konstitusi apostolik ini memperbaharui apa yang telah ditetapkan oleh Yohanes XXIII (Summi Pontificis Electio – 5 September 1962) dan Romano Pontifici Eligendo (1 October 1975) dari Paulus VI. Benediktus XVI kemudian membuat beberapa modifikasi dari Universi Dominici Gregis itu dalam motu proprio Normas Nonnullas, tertanggal 22 Februari 2013, beberapa hari setelah menyatakan akan mengundurkan diri. Paus Fransiskus tidak mengubah ketentuan apapun juga soal itu.
Takhta kosong
Begitu seorang Paus dinyatakan wafat, dan pengumuman disampaikan oleh Carmelengo (Ketua Dewan Kardinal), maka dimulaikan masa kekosongan takhta kepausan. Sede vacante, takhta kosong. Itulah yang terjadi sejak 21 April 2025, hingga nanti terpilihnya Paus baru. Pada situasi seperti ini semua pejabat Vatikan kehilangan jabatannya. Hanya tiga peran yang tidak kehilangan jabatannya, Carmelengo, yang saat ini dijabat oleh kardinal Kevin Farrel, peni Gereja, yang menangani urusan persoalan-persoalan berat terkait pengampunan dosa dan pelayanan kemurahan hati (tribunal of mercy), yang dijabat oleh Kardinal Angelo de Donatis, dan vikaris jendral keuskupan Roma, Kardinal Baldassare Reina, agar pelayanan pastoral keuskupan Roma tetap berjalan, mengingat bahwa Paus adalah juga Uskup Roma.
Pada masa kekosongan ini tidak boleh ada keputusan penting dibuat, atau mengubah ketentuan yang telah ditetapkan oleh Paus yang telah wafat. Maka peran Carmelengo hanyalah sebatas fungsi administratif Vatikan, agar semua urusan sehari-hari tetap berjalan. Segera setelah ini para kardinal yang bisa segera berkumpul berembug untuk menentukan pemakaman Paus. Ketentuan proses pemakaman telah ditetapkan dalam Ordo Exsequiarum Romani Pontificis, yang dikeluarkan oleh Yohanes Paulus II di tahun 1998, walau kemudian pada April 2024 disederhanakan oleh Fransikus. Penyederhanaan tersebut dimaksudkan agar pemakaman Paus lebih memperlihatkan pemakaman seorang gembala dan murid Kristus, bukan pemakaman seorang penguasa dunia, serta menyatakan iman Gereja akan kebangkitan Kristus.
Proses pemakaman sebagaimana telah ditetapkan dalam Ordo Exsequiarum Romani Pontificis meliputi tiga perhentian: persemayaman Paus di kapel rumah Paus, dalam hal ini di Santa Marta, tempat Fransiskus tinggal, kemudian di basilika Santo Petrus, sehingga para pelayat bisa memberi penghormatan kepada mendiang Paus. Di sini lalu ada ritual penutupan peti, di mana diletakkan pula di dalamnya koin sebanyak tahun penggembalaan Paus, 12 koin, dan rogito, semacam akta catatan masa penggembalaan Paus, yang ditulis dalam bahasa Latin. Peti kemudian di segel. Setelah misa pemakaman, jenasah lalu di bawa ke tempat perhentian ketiga: makam. Misa dipimpin oleh dekan dewan Kardinal. Dalam Universi Dominici Gregis dikatakan pemakaman dilakukan antara hari ke 4 dan 6 setelah wafatnya. Paus.
Pemakaman Paus Fransiskus telah berlangsung. Dia ternyata telah pula menjadi tokoh dunia, sehingga kepergiannya meninggalkan duka bagi dunia. Akan tetapi kehidupan masih berlangsung, pesan-pesan yang ditinggalkannya bagi kita masih bergema dan layak diteruskan. Tugas kita dan Gereja lalu melanjutkan perjalanan ini dengan terus mengusung pesan-pesannya serta tugas perutusan yang dinyatakan dari Yesus kepada kita. Maka kita membutuhkan pemimpin dan gembala baru, yang dinanti pula oleh dunia. Inilah ketegangan selanjutnya: konklaf, pemilihan Paus.
Konklaf
Konklaf berasal dari kata Latin yang bernuansa arti “terkunci”, di mana para kardinal pemilih masuk ke dalam suatu ruang tertentu dan terkunci, agar tidak mendapatkan pengaruh atau tekanan dari luar. Maka mereka dikucilkan dari dunia luar, segala alat dan sarana komunikasi dan informasi dari dan ke luar diputus. Dalam catatan istilah tersebut dipakai pertama oleh Gregorius X di tahun 1271, saat menetapkan prosedur dan penataan pemilihan Paus. Maka proses pemilihan Paus dilakukan secara tertutup dan secara rahasia, sehingga kita tidak tahu siapa memilih siapa.
Sudah diumumkan oleh kongregasi jenderal para kardinal bahwa konklaf setelah wafatnya Paus Fransiskus dimulai pada 7 Mei 2025. Hari-hari di sekitar itu disebut kongregasi jenderal, di mana para kardinal bertemu, saling berbincang, mendiskusi situasi Gereja dan dunia. Pertemuan ini penting karena tidak saja refleksi akan situasi Gereja dan perutusannya di dunia dilakukan, namun pula tidak jarang para kardinal menjajagi siapa kiranya layak untuk dipilih dari bagaimana seseorang bicara dan menyatakan pandangannya. Konklaf 2013 dikenal istilah kejutan tiga menit, saat Kardinal Jorge Bergoglio bicara, satu kali saja dan langsung kardinal yang melihat dia sebagai calon kuat, betapapun dia sebelumnya tidak ditempatkan dalam daftar favorit, juga di kalangan media maupun pengamat Vatikan.
Proses untuk jalannya konklaf sudah diatur, termasuk siapa saja yang memimpin, menghitung suara, bahkan juga siapa saja yang boleh berada di dalam ruangan, Kapel Sistine, tempat pemilihan berlangsung. Mereka yang bertugas, baik yang di dalam ruangan maupun yang berada di sekitarnya, pada tanggal 5 Mei akan mengucapkan sumpah kerahasiaan, dengan sangsi hukuman ekskomunikasi. Demikian pula para kardinal mengucapkan sumpah kerahasiaan yang sama. Tentu semua ini dimaksudkan agar semuanya berjalan dengan baik, tetap dalam kerangka suasana keterbukaan pada terang bimbingan Roh Kudus.
Pertemuan para kardinal ini cukup panjang, tentu mengingat bahwa semua kardinal diperkenankan hadir dan menyatakan pandangannya, pun yang tidak memiliki hak pilih. Memang oleh Paus Paulus VI ditetapkan hanya kardinal di bawah usia 80, terhitung di hari wafatnya Paus, yang memiliki hak memilih. Maka dalam kongregasi jendral ini para kardinal senior pun hadir, dan tentu pandangan mereka layak didengarkan, dan semua itu ada 252 kardinal, walau yang per 21 April 2025 yang punya hak pilih hanya 135. Selain itu mengingat bahwa ketersebaran asal kardinal begitu beragam dan luas, maka pertemuan juga menjadi kesempatan untuk saling mengenal dan mengetahui situasi Gereja universal. Paus Benediktus XVI dalam Normas Nonnullas menyebut pemilihan berlangsung 15 hari setelah Paus wafat, namun jangan lebih dari 20 hari setelahnya.
Kita ketahui bahwa saat ini kardinal pemilih berasal dari 71 negara, semakin menggambarkan wajah Gereja dunia. Ada kardinal dari 12 negara, yang sebelumnya belum pernah ada kardinal di sana, termasuk Singapura, Malaysia dan Timor Leste. Dari 135 kardinal tersebut ada 5 kardinal yang diangkat oleh Yohanes Paulus II, 22 oleh Benediktus XVI dan 108 kardinal diangkat oleh Fransiskus. Dari jumlah itu ada 53 kardinal dari Eropa, dengan Italia sebanyak 19. Amerika Utara dan Selatan memiliki 37 kardinal, sementara dari Asia ada 23, termasuk kardinal Ignasius Suharyo. Sementara itu Afrika punya 18 dan 4 kardinal dari Oceania. Kardinal termuda berusia 45 tahun, Uskup ritus Ukraina dari Australia, dan tertua Carlos Osoro Sierra (79 tahun) dari Spanyol. Dari sekian kardinal tersebut 33 kardinal dari tarekat religius, dengan Salesian yang terbanyak (5 kardinal), sementara Yesuit dan Fransiskan masing-masing punya 4 kardinal.
Memang diberitakan secara resmi bahwa ada kardinal yang tidak akan ikut pemilihan, alasan kesehatan dan alasan lain. Terhitung nantinya akan ada 133 kardinal pemilih. Kalau persyaratan terpilihnya Paus adalah mendapatkan 2/3 suara dalam pemungutan suara, itu berarti dibutuhkan 89 suara untuk terpilih sebagai Paus. Sebenarnya ketentuan dari Paulus VI, Romani Pontifici Eligendo, dinyatakan bahwa jumlah maksimum pemilih adalah 120. Namun kongregasi jendral memutuskan bahwa semua kardinal yang berusia di bawah 80 tahun memiliki hak pilih secara sah, maka kali ini untuk pertama kali akan ada lebih dari 120 kardinal pemilih. Malahan jika ada kardinal pemilih sakit, maka proses pemilihannya pun sudah diatur dalam Universi Dominici Gregis, dengan menunjuk tiga kardinal infirmarii. Ada kemungkinan memang ada 1 kardinal yang tetap berada di Domus Sanctae Martae, karena sakit.
Rangkaian proses konflaf sudah ditentukan. Diawali tanggal 7 Mei pagi dengan Misa Pro Eligendo Papa, dipimpin oleh Dekan Dewan Kardinal, Giovanni Baptista Re. Memang dia sendiri tidak akan ikut konflaf mengingat usia sudah 91 tahun, demikian wakil dekan Kardinal Leonardo Sandri yang sudah lebih dari 80 tahun. Sore harinya dimulailah prosesi dari kapel Paulus ke kapel Sistina, dengan diiringi Litani para Kudus. Proses konklaf sudah pula diatur dalam Ordo Rituum Conclavis.
Yesus sendiri mengatakan bahwa akan menyertai Gereja hingga akhir zaman (lih Mat. 28:20). Penyertaan tersebut ditandai pula dengan hadirnya para gembala pilihan-Nya, terlebih Petrus, batu karang, yang diberi-Nya kuasa atas nama-Nya (lih Mat 16:18-19). Paus adalah pengganti Petrus, penerus tahta Petrus. Gereja tidak mencari pengganti Fransiskus, melainkan penerus Petrus. Kita berdoa agar tahta itu segera terisi, sehingga kita memiliki gembala Gereja semesta. Paus boleh berganti, Gereja Kristus tetap abadi.

T. Krispurwana Cahyadi, SJ (Teolog, tinggal di Girisonta, Ungaran, Jawa Tengah)