web page hit counter
Jumat, 5 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Hari Katekis KAJ, Peran Katekis Semakin Dibutuhkan

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – SABTU, 11 Oktober 2025 adalah hari penuh suka cita bagi sebanyak 500 orang lebih katekis Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Pada hari itu mereka merayakan hari Katekis KAJ sekaligus pelantikan para katekis secara simbolik oleh Uskup Agung Jaakrta, Kardinal Ignatius Suharyo.

Acara ini berlangsung di Samadi, Pusat Pastoral KAJ, Klender Jakarta Timur. Acara dimulai dengan Sarasehan yang dibawakan oleh Pastor Ignatius Ismartono, Sj sebagai pembicara dengan Tema: “Berkatekese dengan Hati untuk Pertobatan Ekologi.”

Romo Is, sapaan Pastor Ismartono, mengatakan, “Katekese ini bertujuan untuk membantu umat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran dari Ensiklik Paus Fransiskus tentang Laudato Si secara utuh dalam kehidupan sehari-hari.”

Ia mengemukakan, katekese ini didasarkan pada tiga kemampuan dasar manusia, yaitu: kemampuan berpikir, berkehendak dan bertindak yang saling terhubung dalam membantu perjalanan iman yang utuh.

Kardinal Ignatius Suharyo (tengah) memimpin Persayaan Ekaristi.

Lebih lanjut Romo Is menjelaskan secara rinci tiga kemampuan dasar itu satu per satu. Pertama, kemampuan berpikir (otak) adalah kemampuan dasar untuk memahami dan mengembangkan kebenaran. Manusia memiliki akal, dalam konteks katekese, kemampuan berpikir diekembangkan dengan mempelajari Ajaran Sosial Gereja, khusunya Laudato Si, sehingga umat dapat memahami kebenaran yang terkandung dalam ajaran tersebut, juga memahami tanggung jawab manusia terhadap ciptaan, sesama dan diri sendiri. Dengan berpikir secara benar, umat tidak hanya mengetahui fakta ekologis, tetapi juga menyadari nilai moral dan rohani yang harus dijungjung.

Baca Juga:  Maria Bunda Penasihat Baik Resmi Jadi Pelindung

Kedua, kemampuan berkehendak (hati) adalah kemampuan dasar manusia untuk menghendaki dan mencintai yang baik. Manusia memiliki budi yang baik. Kemampuan ini biasa dikembangkan dengan menyerap kebenaran yang diajarkn oleh Laudato Si sebagai sesuatu yang baik, penting dan perlu untuk menjadi manusia yang utuh di zaman ini. Kesadaran ini menumbuhkan keinginan dan motivasi untuk mengamalkan kebenaran itu dalam kehidupan nyata, sehingga iman tidak berhenti pada pengetahuan, tetapi diungkapkan dan diwujudkan dalam kehendak yang aktif untuk menjadi dasar bertindak sehingga menghasilkan kebaikan.

Ketiga, kemampuan bertindak adalah kemampuan manusia untuk mengungkapkan dan mewujudkan pengetahuan dan kehendak dalam tindakan nyata, terutama dalam konteks sosial. Dalam katekese ini, tangan bergandengan agar mampu mengembangkan keja sama untuk melaksanakan hal-hal yang benar dan baik. Berdasarkan Laudato Si, aktivitas bersama ini tidak hanya bentuk amal, tetapi juga perwujudan kebijaksanaan yang lahir dari pemahaman dan kehendak yang diarahkan kepada kebaikan, sehingga tindakan menjadi nyata dan berdampak. Dengan memadukan ketiga kemampuan dasar otak ini, otak, hati dan tangan berjalan bersama.  Katekese Laudato Si menjadi penggalaman belajar yang lengkap.

Baca Juga:  Kongregasi FCh Rayakan 34 Tahun Kemandirian dan Hidup Membiara di Palembang

Peserta tidak hanya memahami ajaran (pengetahuan), mencintainya (kehendak), tetapi juga mengamalkannya di dalam dan bersama komunitas (Tindakan). Kegiatan ini dirancang agar umat dapat hidup sebagai manusia yang bijaksana, peduli dan akitf melindungi, ciptaan, sesuai semangat ajaran Sosial Gereja.

Romo Is mengatakan, tanda salib Katolik menunjukkan tiga hal yang penting ini. Sentuhan pada dahi yang isinya adalah otak, sentuhan pada dada (hati) dan sentuhan pada tangan yang berkemampuan untuk bertindak.

Menurut Romo Is, di dalam Laudato Si, Paus Fransiskus tidak hanya megutip Kitab Suci sebagai hiasan rohani, melainkan benar-benar menafsirkannya untuk menegaskan tema ekologi integral dan memberi anjuran moral pastoral.

Romo Is mengatakan meski manusia makhluk berdosa (tujuh dosa pokok) tetapi juga berkeutamaan (tujuh keutamaan manusiawi)

Berbicara tentang Laudato Si tidak terlepas dari sosok Bunda Maria yang disebut sebagai Ratu seluruh ciptaan. Maria Bunda Yesus sekarang merawat dunia yang terluka ini dengan kasih sayang dan rasa sakit seorang ibu, sama seperti hatinya yang tertusuk telah meratapi kematian Yesus, sekarang dia merasa kasihan dengan penederitaan orang-orang miskin dan makhluk dari dunia yang dihancurkan oleh kuasa manusia.

Baca Juga:  Bekas Mobil Paus Fransiskus Jadi Klinik Kesehatan Keliling di Gaza

Selain dari pada itu Romo Is juga mengutip tujuh karunia Roh Kudus yang adalah anugerah rohani yang diberikan Roh Kudus untuk menolong manusia untuk hidup saleh, bijaksana dan berbuah dalam kehidupan iman.

Romo Is menegaskan bahwa Gereja zaman ini dipanggil untuk bergabung dengan seluruh umat manusia agar merawat bumi, rumah kita bersama. “Gereja menjadi komunitas tafsir Kitab Suci dan menjadikan tafsir itu sebagai ajaran untuk menjadi landasan umat beriman bertindak sebagai umat Allah di dunia yang rusak ini. Laudato Si mengajak umat beriman: Hormati Bumi, Rawat ciptaan, bertobat dari dosa ekologis dan hidup dalam harapan kosmik bersama Kristus,” ujarnya.

Acara diakhiri dengan perayaan Misa yang dipimpin oleh Kardinal dan pelantikan secara simbolik para katekis yang hadir. Acara ini dihadiri oleh oleh 12 imam pendamping katekis dekanat yang ada di KAJ. Hadir Pembimas Katolik Kanwil DKI Jakarta, Anton Sinaga.

Laporan Elias Limbong, katekis Paroki Menteng, Jakarta Pusat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles