web page hit counter
Jumat, 5 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Delapan Tahun Pasca-ISIS, Dua Gereja Bersejarah di Mosul Kembali Dibuka

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Di jantung Kota Tua Mosul, Iraq, para politisi, para klerus, dan umat berkumpul untuk meresmikan kembali Gereja Mar Toma dan Al-Tahira, yang telah dirusak dan dihancurkan oleh kelompok yang menamakan diri Negara Islam.

Seperti dilansir Vatican News, ketika ISIS merebut kekuasaan di Irak utara pada tahun 2014, mereka mendeklarasikan Mosul—kota terbesar kedua di Irak, yang dibangun di atas reruntuhan Niniwe kuno—sebagai ibu kota mereka.

Tempat-tempat suci milik berbagai kelompok minoritas Irak—Kristen, Yazidi, dan lainnya—dirusak, dan umat beriman terpaksa mengungsi.

Ketika kota itu akhirnya dibebaskan pada tahun 2017, setelah pengepungan selama setahun, beberapa penduduk yang kembali mendapati rumah mereka hancur dan bangunan keagamaan dirusak.

Sebuah ‘Tanda Harapan’

Baca Juga:  Paus Leo tentang AI: Generasi Baru Harus Dibantu, Bukan Dihalangi

Proses rekonstruksi yang panjang dan melelahkan pun terjadi, jauh dari kata mudah dan masih jauh dari selesai. Namun, kemarin, Rabu, 15 Oktober 2025, menandai tonggak penting dalam proses tersebut, dengan peresmian dua gereja bersejarah yang telah dipugar di jantung Kota Tua Mosul.

“Gereja-gereja ini adalah akar kami, sejarah kami,” ujar Patriark Louis Raphaël Sako, kepala Gereja Kaldea Irak, kepada para wartawan. “Kita perlu menjaganya tetap hidup.”

Politisi lokal, pendeta Kristen, dan umat beriman memadati Gereja Ortodoks Suryani Mar Toma, yang berasal dari abad ke-7, dan Gereja Kaldea Al-Tahira yang dibangun pada abad ke-18.

Gereja Mar Toma pernah digunakan sebagai penjara oleh kelompok yang menamakan diri Negara Islam, yang juga merusak parah Pintu Dua Belas Rasul dari abad ke-13, yang dipahat dari farsh, marmer lokal.

Baca Juga:  Hari Studi Struktural 2025: Penguatan Supervisi Formal dan Informal untuk Meningkatkan Pelayanan Pendidikan

Fadi, 27 tahun, adalah salah satu anggota tim Prancis-Irak yang bekerja pada restorasi pintu tersebut. Sebagai seorang Kristen dan penduduk Mosul, ia berlatih selama tiga tahun sebelum memulai proyek tersebut.

Pembukaan kembali gereja-gereja tersebut merupakan “tanda harapan,” ujarnya kepada Vatican News. “Ini menunjukkan kepada umat Kristen yang tinggal di luar negeri bahwa keadaan di sini sekarang lebih baik, bahwa mereka dapat kembali pulang.”

Renovasi

Gereja Mar Toma ditahbiskan kembali dalam sebuah upacara Ortodoks minggu lalu, sementara pentahbisan kembali Al-Tahira dijadwalkan pada Kamis malam. Peresmian, di sisi lain, merupakan acara sekuler, menandai pembukaan kembali gereja-gereja tersebut secara resmi untuk publik Mosul dan berakhirnya proyek restorasi yang dimulai pada tahun 2022.

Baca Juga:  Ketua Lembaga Biblika Indonesia Pastor Albertus Purnomo, OFM: Dibaptis dengan Roh Kudus dan Api

Pemain utama dalam proyek ini adalah ALIPH, sebuah yayasan yang didedikasikan untuk melindungi dan merehabilitasi warisan budaya di seluruh dunia. Untuk restorasi kedua gereja tersebut, ALIPH bekerja sama dengan L’Oeuvre d’Orient, sebuah badan amal Katolik Prancis yang berfokus terutama pada pelayanan umat Kristen di Timur Tengah.

“Hari ini adalah perayaan besar, tidak hanya bagi umat Kristen Mosul, tetapi juga bagi seluruh penduduknya,” kata Mgr. Hugues de Woillemont, Direktur Jenderal L’Oeuvre d’Orient.

“Ibadah akan dimulai lagi di sini,” ujarnya. “Dan lonceng gereja”—yang dulu merupakan ciri khas lanskap suara perkotaan Mosul—“akan berdentang sekali lagi”. (fhs)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles