HIDUPKATOLIK.COM – Mendengar kata meditasi, pikiran langsung membayangkan sosok petapa dengan pakaian sederhana sedang bersila dalam keheningan sebuah gua yang gelap. Sang petapa memilih menjauh dari hiruk pikuk dunia. Dalam keheningan, ia berusaha menyatu dengan Sang Khalik.
Namun sesungguhnya, meditasi dapat dilakukan oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari. Gereja Katolik mengenal satu komunitas meditasi yang awalnya diperkenalkan oleh Pastor John Main, OSB pada tahun 1975 d Biara Benediktin, London – Inggris. Kelompok ini kemudian berkembang ke seluruh dunia dan dikenal sebagai World Community for Christian Meditation (WCCM). Di Indonesia, gerakan ini dikenal sebagai Komunitas Meditasi Kristiani.
Menurut John Main, seorang rahib Benediktin, meditasi adalah satu bentuk doa. Meditasi yang diperkenalkan olehnya, memiliki tiga unsur: Still – Silence – Simplicity (Diam – Hening – Sederhana). Ternyata meditasi selain bermanfaat mendekatkan diri kepada Tuhan, juga sudah terbukti secara ilmiah bermanfaat bagi kesehatan badani.
Dalam seminar bertajuk “Bagaimana Meditasi Mengubah Struktur Otak dari Balita hingga Lansia” pada Sabtu, 18 Oktober di Ruang Sukacita, Gedung Karya Pastoral Paroki Alam Sutera, beberapa kali dr. R. F.X. Berjanto Tera Kusuma, T.O.Carm, Sp.N., AIFO.K, pelaku meditasi kristiani asal Surabaya, menyatakan bahwa sehat itu murah, sakit itu mahal. Dokter spesialis neorolog ini menjelaskan manfaat meditasi bagi kesehatan.
Selama sekitar satu jam, dr Tera menjelaskan banyak hal tentang otak. Bagian-bagian otak dengan fungsinya. Membandingkan apa yang terjadi pada otak sebelum dan setelah meditasi. Juga apa yang terjadi pada tubuh secara keseluruhan.
Menurutnya, meditasi yang rutin selama 20-30 menit dua kali sehari dapat menyeimbangkan sistem syarat otonom sehingga lebih dominan kondisi relaksasi. Meditasi juga mengatur kesimbangan hormon-hormon. Bahkan dapat mengubah struktur dan aktivitas otak, serta meningkatkan kesadaran tubuh dan pikiran. Dengan demikian seorang meditator dapat mengendalikan emosi negatif seperti stres, cemas, marah, dan sebagainya. Artinya meditasi dapat membantu menjaga kesehatan dan mencegah sakit. Bahkan meditasi juga dapat membantu proses penyembuhan berbagai penyakit, seperti stres dan gangguan kecemasan, depresi, hipertensi, nyeri kronis (seperti migrain, nyeri sendi), diabetes tipe 2, autoimun, demensia dan penurunan fungsi otak. Yang perlu diingat, meditasi bukan pengobatan utama, tapi bermanfaat besar sebagai terapi tambahan.
Saat seminar ada seorang peserta, Murni, asal Paroki Curug, diminta bersaksi. Badannya kurus, suara terbata-bata. Ia berkisah, pada September 2018 dokter menyatakan ia menderita kanker payudara . Beberapa waktu lalu, kanker telah menyebar ke otak. Secara medis ia sudah tak dapat sembuh, dokter hanya memberi obat penahan sakit. Ia juga diberi morfin, namun ia menolak menggunakan. Setiap malam, ia bangun untuk doa rosario dan meditasi. Saat bangun pagi, ia bersyukur pada Tuhan, masih diberi kesempatan hidup walau terus didera rasa sakit. Namun dengan rutin meditasi, ia dimampukan untuk menahan rasa sakit dan tetap dapat beraktifitas.
Peserta lain, Dr. Handrawan Nadesul, 76 tahun, berkisah. Sepuluh tahun terakhir, ia tak lagi menulis buku. Secara fisik ia merasa tak sanggup. Namun 3 tahun lalu ia menjalani meditasi dan baru-baru ini sebuah buku setebal 345 halaman berhasil ia tulis hanya dalam waktu tiga minggu. Ia sungguh mengagumi manfaat meditasi yang telah mengembalikan kreatifitas dan staminanya untuk menulis.
Menurut Toni Rusli, koordinator KMK Alam Sutera, peserta seminar pagi itu ada 291 orang. Mereka datang dari berbagai paroki bahkan ada yang dari Bogor dan Sukabumi. Acara seminar ini diselenggarakan oleh Komunitas Meditasi Kristiani, Dekenat Tangerang 1&2. Menurut panitia, sekitar 45% dari peserta adalah meditator.
Pada akhir seminar, peserta diajak melakukan meditasi kristiani bersama. Karena bagi sebagian peserta, ini adalah kali pertama meditasi, maka waktu meditasi hanya 10 menit (yang disarankan adalah 20-30 menit). Ruang Sukacita mendadak hening. Peserta diajak duduk dengan punggung tegak, kaki menapak lantai membentuk angka 11, tangan terbuka ke atas diletakkan di paha. Pejamkan mata. Nafas teratur, ucapkan mantra MARANATHA dalam hati secara perlahan. Bila pikiran melenceng, segera kembali fokus pada mantra. Maranatha (bahasa Aram) berarti “Tuhan kami, datanglah.” Kita mengundang Tuhan hadir dalam diri kita.
Kegiatan rutin meditasi tentu dilakukan di rumah. Namun sesuai arahan John Main, OSB sang pendiri Komunitas Meditasi Kristiani (WCCM berpusat di Perancis) untuk mendukung meditasi, orang perlu berkomunitas. Ini tercermin dalam semboyan Meditation & Community. Komunitas bertemu dan meditasi bersama, seminggu sekali. Di KAJ sendiri belum semua paroki memiliki komunitas ini, semoga melalui kegiatan seminar seperti ini, meditasi yang sederhana ini makin dikenal dan diikuti oleh lebih banyak umat demi makin dekat dengan Tuhan dan memperoleh hidup sehat nan murah.

Fidensius Gunawan (Tangerang Selatan)






