Bertolak Lebih Dalam Lagi

321
Mgr Edwaldus Martinus Sedu.
[HIDUP/Marchella A. Vieba]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Jantungnya berdegup kencang ketika dirinya ditunjuk untuk menjadi seorang uskup. Namun, terngiang akan janji imamatnya, ia pun menerima perutusan sebagai gembala utama Keuskupan Maumere.

Barang-barang milik Pastor Edwaldus Martinus Sedu sudah dikemas. Tumpukan tas pun mulai disusun dan dimasukan ke dalam mobil yang sudah menunggu terpakir di luar. Pada tanggal 3 Juli 2018, para imam projo Keuskupan Maumere siap berangkat menuju tempat retret di Larantuka, Nusa Tenggara Timur. Namun, di detik-detik sebelum keberangkatan,
telepon genggam salah seorang imam berdering.

Refleks, Pastor Ewal, begitu biasa ia disapa, melihat nama yang tertera di layar ponsel, “Kedutaan Vatikan”. Ia memang sudah lama menyimpan nomor Nunsiatura. Tepatnya sejak ia masih menjadi Praeses di Ritapiret. Ia seringkali berkontak dengan kedutaan terkait dengan formasi calon imam.

Namun, panggilan hari itu tetap saja tak biasa. Meski begitu, Pastor Ewal tetap tak mempunyai bayangan apapun tentang maksud panggilan itu. Penuh tanya dan prasangka dalam batinnya. Ada apa? Ia pun berjalan kembali ke dalam Wisma Keuskupan Lepo Bispu. Ia ingin menyingkir sejenak dari rombongan dan mengangkat panggilan itu.

Menjawab Perutusan
Di dalam Lepo Bispu, Vikaris Jenderal Keuskupan Maumere itu lalu mengangkat panggilan itu. Sesaat kemudian, terdengar suara dari sang penelpon. “Betul ini Pastor Edwaldus Martinus Sedu?” tanya suara wanita di seberang sana.

Sesaat, suara di seberang itu berganti dengan suara pria berbahasa Italia. Orang itu adalah Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr Piero Pioppo. Pastor Ewal pun mencoba berkomunikasi dengan lawan bicaranya. “Mungkin Mgr Pioppo sudah mempelajari file saya bahwa saya pernah belajar di Roma, makanya langsung kontak dengan bahasa Italia,” ujar Pastor Ewal.

Mgr Pioppo ternyata meminta Pastor Ewal untuk menemuinya di Nunsiatura. Pastor Ewal pun langsung menyanggupi dan disepakati keduanya akan bertemu pada 5 Juli 2018. Setelah itu, ia kembali ke rombongan yang sudah menunggunya dan meminta tasnya untuk diturunkan. Ia beralasan, ia batal pergi retret karena ada keperluan di Jakarta. Ia lalu bertemu dengan Mgr Gerulfus Kherubim Pareira SVD dan mengutarakan perihal undangan yang diterimanya. Mgr Kherubim pun merestui Pastor Ewal untuk pergi ke Jakarta.

Kedutaan Vatikan
Pastor Ewal tiba di Jakarta pada 4 Juli 2018. Ia lalu menginap di Wisma UNIO di daerah Kramat Jakarta Pusat. Keesokan harinya, ia berangkat ke Nunsiatura dengan menumpang bajaj. “Saya pikirkan dekat saja dari Kramat ke sana. Ternyata supir bajajnya tidak tahu jalan ke sana dan malah kesasar,” kenang Pastor Ewal geli.

Akhirnya Pastor Ewal pun tiba di Nunciatura. Saat ia masuk, Mgr Pioppo sudah berdiri di depan teras menunggu kedatangan dirinya. Setelah basa-basi sejenak, Nunsius mengajak Pastor Ewal ke ruangannya. Dada Pastor Ewal pun berdegup kencang. Ia merasa gemetar bertemu dengan Nuncius. Sampai saat itu, ia tak paham maksud dan tujuan di balik itu.

Tak berselang lama, Mgr Pioppo seketika menyampaikan bahwa Paus Fransiskus menunjuk diri Pastor Ewal menjadi Uskup Maumere. Permintaan itu rasanya akan terus dikenang Pastor Ewal. Sebuah prakata singkat yang secara kilat langsung membuatnya berkeringat dingin. “Eh itu saya langsung keringat. Padahal itu AC dingin. Tidak pernah membayangkan,” tutur Pastor Ewal.

Mgr Pioppo mengajaknya ke ruang doa. Pastor Ewal diberikan waktu untuk berdoa. Ia sama sekali tidak fokus dan seperti kosong. Ia mencoba tenang, mengambil nafas dan menghembuskannya perlahan. Pelan-pelan ia mulai bisa menguasai dirinya dan berdoa. Ia teringat ulang tahun tahbisannya yang ke 27 pada 7 Juli dan motto imamatnya “Ini Aku, Utuslah Aku” (Yes 6:8). Sebuah permenungan yang membuatnya menyatakan “ya” untuk tugas baru itu. “Itulah yang menguatkan saya dan dengan bantuan Tuhan serta Bunda Maria, saya menjawab ‘Ya saya siap’”.

Setelah itu, Mgr Pioppo pun memeluk Pastor Ewal. Mgr Pioppo pun melanjutkan, dengan sebuah ungkapan bahagia. “Kita sudah punya Uskup Maumere yang baru.”

Mereka kembali ke ruang kerja. Dalam keadaan yang masih limbung karena berita yang mengejutkan ini, Pastor Ewal disodorkan selembar kertas untuk menulis pernyataan kesediaannya dan ucapan terima kasih kepada Sri Paus. “Itu dua tiga kertas saya harus lewati, karena tulisannya kurang bagus. Akhirnya kertas yang keempat baru jadi. Sebelum-sebelumnya baru setengah tulis langsung buang kaya cakar ayam,” jelasnya. Namun, tugas Pastor belum selesai. Ia harus menyimpan rapat isi pembicaraannya dengan Mgr Pioppo sampai diumumkan.

Dukungan Penuh
Pada Sabtu, 14 Juli 2018, pukul 18.00 WITA, Mgr Kherubim meminta Mgr Ewal untuk mengenakan jubah. Tetapi, permintaan itu ditolak Mgr Ewal. Ia beralasan, kalau hanya dia yang mengenakan jubah sendirian, itu akan menimbulkan kecurigaan temannya yang lain. Maka, ia meminta kepada Mgr Kherubim, agar menyuruh semua anggota kuria mengenakan jubah pada sore itu.

Adegan selanjutnya, semua berkumpul di Lepo Bispu. Semua anggota kuria berjubah dalam pertemuan itu. Selanjutnya Mgr Kherubim mengumumkan perihal berita penunjukan Uskup Maumere yang akan meneruskan estafet penggembalaannya. “Kala pengumuman itu dan menyebut nama saya, semua teriak gembira, dan mengucapkan selamat. Seperti memang ada harapan dari mereka,” ucap mantan Praeses Seminari Tinggi St Petrus Ritapiret ini.

Penunjukan Mgr Ewal menjadi Uskup Maumere menjadi sebuah jawaban atas doa umat di Keuskupan Maumere. Memang selama dua tahun ini, umat Maumere berdoa secara rutin dalam Misa, memohon uskup baru setelah Mgr Kherubim melayangkan surat pengunduran diri kepada Paus Fransiskus. Apa yang menjadi desas-desus selama ini akhirnya menjadi nyata. Pastor Ewal yang sering disebut akan terpilih menjadi uskup ternyata “digenapi” hari itu. Pengumuman itu bersamaan dengan pengumuman penunjukkan Uskup Purwokerto, Mgr Christoporus Tri Harsono.

Motto “Duc In Altum” ‘bertolaklah ke laut yang dalam’ menjadi usaha Mgr Ewal untuk menyatukan karya kepemimpinannya dengan pendahulunya. Ia menilai, apa yang sudah dibuat baik olehMgr Kherubim sesuai motto beliau Ut Omnes Unum Sint, akan diteruskan lebih dalam lagi.

Mgr Ewal menyebut kini dirinya harus berpikir bagaimana untuk menghimpun tenaga-tenaga pastoral. Mgr Ewal akan ditahbiskan menjadi uskup ketiga Keuskupan Maumere pada 26 September di Gelora Samador, Sikka, Nusa Tenggara Timur. Ia berharap kepada para imam, apa yang sudah diracik bersama bisa tetap berjalan bersama. Kepada umat, ia ingin terus berjalan bersama dengan keuskupan. “Saya yakin kalau imamnya baik, komunitasnya juga baik. Semoga umat bisa menerima saya, uskup yang baru. Mohon doa dari umat. Saya sebagai uskup, sebagai imam harus melayani umat.”

 

Marchella A. Vieba

HIDUP NO.37 2018, 16 September 2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here