Masa Depan Laki-Laki

176
(pixabay.com)
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com - SAAT ini saya sedang galau memikirkan masa depan kaum laki-laki di bumi ini. Dalam pekerjaan, setiap tahun saya amati jumlah mahasiswa perempuan semakin banyak dan mendominasi,sedang jumlah mahasiswa laki-laki menyusut. Kaum perempuan tak hanya merambah ilmu-ilmu sosial, yang dari dulu memang didominasi perempuan, tapi kini juga menguasai ilmu-ilmu yang secara tradisional dimonopoli laki-laki, seperti kedokteran, teknik, dan ilmu komputer.

Bukan hanya itu. Perempuan juga menjadi mahasiswa berprestasi yang unggul di banyak bidang studi. Mereka belajar dengan penuh semangat dan gigih, sehingga nilai mereka lebih tinggi. Jika beberapa tahun lalu sempat ada kuota khusus bagi perempuan di bangku pendidikan tinggi, bisa saja tak lama lagi harus ada kuota khusus bagi laki-laki, atau 100 persen bangku kuliah diduduki perempuan.

Setiap kali saya melewati Jalan Thamrin dan Sudirman di Jakarta saat jam pulang kantor, di sepanjang jalan berderet pekerja perempuan kerah putih menunggu angkutan. Laki-laki jauh lebih sedikit. Sementara, di sepanjang jalan yang sama, yang kini sedang dibangun jalur Mass Rapid Transit alias MRT, para kuli bangunan adalah kaum laki-laki. Selebihnya menjadi tukang ojek, pedagang asongan, pengangguran yang setiap hari mabuk sembari bermain gitar di mulut gang, atau memalaki orang. Jumlah perempuan di tampuk jabatan eksekutif perusahaan-perusahaan terkemuka pun secara tetap bertambah.

Jika melihat remaja masa kini, saya juga takjub bahwa para remaja perempuan begitu cepat tumbuh bak gadis dewasa dan kian susah ditebak usianya. Tubuh mereka tumbuh pesat, dan makin banyak yang elok dibanding zaman saya SMP dan SMA dulu, yang rata-rata kurus dan lurus-lurus bentuk tubuhnya. Tapi, remaja laki-laki nyaris tak banyak berubah; tetap culun, ceking, dan jarang ada yang bisa dibilang keren. Persis seperti saya dan remaja laki-laki lain seusia saya dulu.

Di banyak negeri, makin banyak perempuan memilih berkarir dan menempuh pendidikan tinggi daripada menikah. Kini, bank sperma menjadi alternatif yang dipandang lebih aman dan tidak mengekang, jika dibanding pernikahan, yang boleh jadi akan membuat mereka harus melayani suami dalam segala hal. Kaum perempuan ini sangat percaya diri dan tak lagi tergantung kepada laki-laki. Laki-laki seperti perlahan tapi pasti sedang kehilangan relevansi dan fungsi. Apalagi, jumlah populasi perempuan di bumi ini, kini lebih besar.

Apa kira-kira yang sedang terjadi? Saya tak punya jawaban pasti dan cuma bisa menebak-nebak. Sejak pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dimapan kan dalam masyarakat, perempuan menempati posisi sekunder dan diletakkan di ranah domestik. Sebaliknya, laki-laki diistimewakan, terutama karena status mereka sebagai pencari nafkah dan kepala keluarga. Masyarakat pun cenderung menolerir kelemahan laki-laki daripada perempuan.

Jika laki-laki tidak segera mereformasi diri, saya ngeri, suatu saat evolusi laki-laki berhenti dan subspesiesini akan punah, seperti dinosaurus jutaan tahun lampau, yang besar, gagah, dan serem, tapi tak banyak guna. Laki-laki harus berhenti menjadi manja dan merasa istimewa, sebab kaum perempuan telah terbukti lebih perkasa dan pantang menyerah dalam memperjuangkan cita-cita, akibat selama ini selalu dinomorduakan dan harus bersaing ekstrakeras melawan laki-laki.

Jangan-jangan, ini alasan Yesus yang kadang lebih mengandalkan kaum perempuan yang jumlahnya jauh lebih kecil daripada kedua belas murid laki-laki yang kadang suka telat mikir dan peragu itu. Kebangkitan-Nya pun mula-mula diungkapkan kepada perempuan, bukan laki-laki. Injil juga tidak mengisahkan ada murid perempuan yang melakukan hal-hal bodoh seperti para murid laki-laki. Perempuan memang lebih setia, tekun, dan berani sampai akhir. Bunda Maria menjadi teladan untuk hal itu.

Sumber: Majalah HIDUP Edisi No. 21, 24 Mei 2015

 

 

 

 

Manneke Budiman
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here