Kebhinnekaan Indonesia Diakui Dunia

892
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Youth Day (AYD) 2017 bukan tanpa sebab. Indonesia yang bhinneka, amat sesuai dengan tema AYD 2017 “Joyful Asian Youth! Living The Gospel in Multicultural Asia”.

Tidak ada data pasti soal kapan Gereja Katolik masuk ke Nusantara. Jika merujuk pada Shaykh Abu Salih al-Armini, sejarahwan asal Armenia, Gereja Katolik masuk ke wilayah Nusantara pada abad ketujuh. Hal itu dikemukakan Al-Armini dalam Daftar Berita-berita Tentang Gereja-gereja dan pertapaan dari Mesir dan di Luar Mesir. Dalam catatan Al-Armini, disebutkan ada 707 gereja dan 181 pertapaan serani yang tersebar di Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India, dan Indonesia.

Lokus jejak Kristen pertama itu terletak di Barus Sumatera Barat. Di Barus, ada sebuah stasi yang menginduk pada Paroki St Fransiskus Assisi Pangaribuan, Keuskupan Sibolga. J.W.M Baker dalam Sejarah Gereja Katolik Indonesia seri 1 menyebut, Kota Barus yang dahulu disebut Pancur sebagai tempat ihwal umat Katolik tertua di Indonesia.

Dalam buku profil Johannes Aerts MSC yang diterbitkan Pusat Pastoral Keuskupan Amboina, disebutkan, Gereja Indonesia bermula sejak kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol, antara 1534 dan 1565. Kala itu, sejumlah misionaris Portugis dan Spanyol, termasuk St Fransiskus Xaverius memulai karya misi di Kepulauan Maluku. Sebelum St Fransiskus membaptis ribuan orang, pada 1534, Gonzalo Veloso, seorang pedagang Portugis berhasil meyakinkan beberapa penduduk Mamuia (Halmahera) untuk dibaptis. Pembaptisan yang disebut sebagai pertama kali di Indonesia itu, dilakukan Pastor Simon Vaz di Ternate.

Terlepas dari itu, Gereja Katolik di Indonesia telah berkembang pesat. Saat ini terdapat sepuluh provinsi Gerejawi dan 37 Keuskupan membentang dari Sabang sampai Marauke.

Logo AYD 2017 didesain Heribertus Sigit Pamungkas, seorang desainer yang telah memenangi lebih dari 90 kontes logo. Berikut ini makna lambang AYD 2017.

Gunungan:
Dalam pentas Wayang Jawa, gunungan merupakan simbol kosmos, penanda konteks ruang dan waktu. Penanda ruang karena menampilkan wajah dunia beserta semua makhluk dan penanda waktu karena perubahan posisinya menunjukkan setiap babak dalam suatu pementasan. Memahami tema multikulturalisme, berarti memahami beragam budaya tempat Gereja hadir, dalam hal ini Asia dengan segala kekayaan budayanya. Bentuk gunungan yang meliuk menampilkan gerak kaum muda Katolik Asia, yang dinamis dan penuh sukacita.

Lidah Api:
Simbol Pentakosta yang dimaknai sebagai awal lahirnya Gereja. Inilah awal Kabar Gembira dinyatakan dalam pelbagai bahasa. Roh Kudus menjadi tuntun an setiap orang dari berbagai budaya di berbagai zaman untuk memahami Kabar Gembira.

Perjumpaan dua orang:
AYD 2017 peristiwa perjumpaan. Kaum muda dari berbagai belahan Asia akan berjumpa dalam iman, dengan membawa budaya masing-masing. Perjumpaan yang dinamis, memperkaya, serta saling meneguhkan iman.

Corpus:
Melambangkan kehadiran Kristus dalam setiap perjumpaan. Tubuh Kristus melambangkan inkarnasi Allah menjadi manusia di tengah dunia. Tangan yang terentang melambangkan sukacita dan keterbukaan Allah untuk merangkul dan memeluk setiap orang dari beragam suku dan bangsa.

2017:
Merujuk pada tahun penyelenggaraan AYD ketujuh di Indonesia. Corak batik pada angka menampilkan kekhasan beragam suku dan budaya di Indonesia.

Warna:
Merah-Putih, warna bendera Indonesia. Merah berarti berani, putih melambangkan kesucian. Merah putih menggambarkan semangat kaum muda yang berani dan suci. Sedang warna kuning pada corpus melambangkan kemuliaan Allah yang tampil dalam
kemanusiaan-Nya. Warna hijau pada angka 2017 melambangkan kaum muda dan Gereja Asia yang terus bertumbuh dalam iman.

Edward Wirawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here