web page hit counter
Jumat, 6 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Katekese Kesederhanaan di Rumah Paus

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com Awalnya sebuah rumah sakit yang dibangun Paus Leo XIII, Domus Santa Maria akan menjadi saksi setiap kali Paus baru terpilih.

RUANG makan di Domus Santa Marta di Kota Roma, Italia, sama sekali tidak memperlihatkan kesan yang terlalu mewah. Dinding yang berwarna putih hanya menjadikan ruangan itu terkesan luas. Beberapa meja bundar berjajar rapi dengan alas meja berwarna senada dengan dinding ruangan.

Kursi-kursi disusun di setiap meja, tidak banyak, mungkin antara lima sampai delapan kursi untuk setiap meja makan itu. Di ruangan ini, pada 16 Januari 2014, Paus Fransiskus menjamu tamunya yang datang dari kampung halaman penerus tahta Santo Petrus itu.

Tamu itu adalah Abraham Skorka, seorang Rabi Yahudi yang berasal dari Argentina. Siang itu, Abraham datang bersama Wakil Presiden Kongres Yahudi Dunia Julio Schlosser, serta beberapa Rabi Yahudi lain.

Di akhir jamuan yang sederhana itu, Paus dan para pemimpin Yahudi menyanyikan Mazmur 133 dalam bahasa Ibrani, yang berbunyi, “Betapa baiknya dan menyenangkan saat umat Allah hidup bersama dalam kesatuan.”

Di suasana jamuan sederhana semacam inilah, Paus sering menjamu tamunya yang datang dari seluruh dunia. Suatu gambaran yang memperlihatkan gaya pastoralnya yang sederhana, jauh dari kemewahan dan dengan sendirinya mengatakan dimana ia berpihak.

Sejak terpilih menjadi Paus, ia memilih tidak tinggal di Apartemen Kepausan, namun ia memilih kamar nomer 201 di Domus Santa Marta, sebuah penginapan milik Vatikan, sebagai tempat tinggalnya.

Rumah Konklaf
Domus Santa Marta adalah sebuah bangunan yang terletak sekitar 300 meter di sebelah Selatan Basilika Santo Petrus di Kota Vatikan. Bangunan ini selesai pada tahun 1996, pada masa kepausan Yohanes Paulus II.

Domus Santa Marta. [www.miopapa.it]
Nama Santa Marta yang dipilih, mengacu pada Marta  saudari Maria ibu Yesus. Keramahan Santa Marta saudari Lazarus dari Betania seperti dalam Kitab Suci, menjadi semangat utama pemilihan nama ini.

Rumah ini sebenarnya diperuntukkan sebagai tempat tinggal pada Kardinal yang datang saat ada kegiatan di Roma. Ketika terjadi Konklaf untuk memilih Paus yang baru, para Kardinal juga tinggal di tempat ini.

Baca Juga:  Uskup dan Keuskupan Baru Labuan Bajo: Bersukacita dan Bergembiralah

Paus Yohanes Paulus II, setelah berpartisipasi dalam dua konklaf memutuskan untuk membuat proses ini lebih nyaman. Salah satu yang dipikirkannya adalah membuat sebuah tempat penginapan yang nyaman, yang dapat digunakan selama berlangsungnya pemilihan Paus itu. Paus Yohanes Paulus II menginstruksikan, bahwa fungsi utama rumah ini akan menjadi tempat tinggal para Kardinal selama berlangsungnya konklaf.

Di kesempatan lain, rumah ini dapat menjadi tempat tinggal beberapa anggota Kuria Kepausan dan untuk para Kardinal saat sedang berada di Roma. Saat awal rencana pembangunan, beberapa kelompok pecinta lingkungan di Italia menentang rencana konstruksi ini.

Menurut mereka, ini akan menghalangi pemandangan dari Basilika Santo Petrus ke arah beberapa bagian lain di sekitarnya. Menanggapi ini, Kepala Departemen Pelayanan Teknis Vatikan ketika itu berpendapat, bahwa Domus Santa Marta akan lebih rendah daripada kebanyakan bangunan di sekitar.

Di lokasi berdirinya Domus Santa Marta sebelumnya berdiri sebuah rumah sakit dengan nama sama yang didirikan Paus Leo XIII yang dibangun pada tahun 1891. Pembangunan rumah sakit ini berlatar wabah kolera yang ketika itu menjangkit di beberapa negara Eropa.

Saat wabah itu mereda, tempat ini digunakan untuk memberikan layanan kepada orang sakit di sekitar Roma seperti di Borgo dan Trastevere serta sebagai rumah perawatan untuk peziarah. Tahun 1901, listrik dialirkan di bangunan rumah sakit ini. Tak berselang lama, sebuah kapel ditambahkan pada tahun 1902.

Pada awal berdirinya, pelayanan medis diperluas sehingga menjangkau Garda Swiss. Selama Perang Dunia II bangunan tersebut digunakan oleh pengungsi, Yahudi, dan duta besar dari negara-negara yang telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Italia.

Sampai akhirnya selesai dibangun, Domus Santa Marta telah menjadi tempat tinggal bagi para Kardinal dalam dua kali konklaf. Di tahun ketika Paus Yohanes Paulus II wafat tahun 2005, pada tahun yang sama Domus Santa Marta difungsikan sebagai tempat tinggal Kardinal peserta konklaf.

Baca Juga:  Uskup dan Keuskupan Baru Labuan Bajo: Bersukacita dan Bergembiralah

Ketika itu, Joseph Ratzinger terpilih dan memilih nama Paus Benediktus XVI. Kesempatan kedua terjadi setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI tahun 2013. Dimana Paus Fransiskus akhirnya terpilih menjadi Paus.

Paus terpilih ini akhirnya memilih Domus Santa Marta sebagai tempat tinggalnya. Hal ini di luar kebiasaan-kebiasaan Paus sebelumnya, yang memilih tinggal di Apartemen Kepausan.

Katekese Kesederhanaan
Keputusan Paus Fransiskus Ketika akan tinggal di Domus Santa Marta, Pastor salah satunya diumumkan pertama kali oleh Pastor Federico Lombardi, direktur Kantor Berita Tahta Suci.

Menurut Pastor Lombardi, keputusan ini justru memungkinkan Paus untuk tinggal dalam kebersamaan dengan orang lain. “Dia bereksperimen dengan jenis pengaturan hidup ini, yang sederhana,” kata Pastor Lombardi.

Apa yang disampaikan Pastor Lombardi rasanya mirip dengan apa yang ada dalam hari Paus Fransiskus sendiri, ia tidak bisa hidup sendiri. Bagi Paus, Apartemen Kepausan terlihat sangat besar, ia menginginkan sebuah rumah yang memungkinkannya bertemu dengan banyak orang.

“Tempat tinggal di Istana Apostolik sangat besar dan dibuat dengan selera yang bagus. Sangat besar, tapi pintu masuknya sempit. Hanya satu orang bisa tinggal di sana dan saya tidak bisa hidup sendiri, saya harus menjalani hidupku dengan orang lain,” begitu kata Paus ketika itu.

Dan benar saja, Domus Santa Marta sepertinya lebih menampakkan kesederhanaan selaras dengan semangat pastoral Paus dari Argentina ini. Bangunan berlantai lima ini memiliki 128 kamar.

Tempat ini secara teratur dihuni oleh beberapa imam dan Uskup yang bekerja di Vatikan. Kebersamaan bersama orang-orang ini akhirnya menjadi warna lain dalam masa Paus Fransiskus. Kesederhanaan boleh jadi akhirnya menjadi teladan yang disampaikan tidak saja lewat perkataan namun langsung dengan tindakan.

Hal ini mungkin yang dengan cepat ditangkap oleh Mark Zuckerberg saat berjumpa dengan Paus di Domus Santa Marta, 29 Agustus 2016 yang lalu. Datang bersama istrinya, Priscilla Chan. Mark mengagumi belas kasih dan kelembutan Paus, ia melihat bagaimana Paus dapat berkomunikasi dengan orang dari berbagai lintas iman dari seluruh dunia.

Baca Juga:  Uskup dan Keuskupan Baru Labuan Bajo: Bersukacita dan Bergembiralah

Paus Fansiskus bersama Mark Zuckerberg di Domus Santa Marta. [dok.oticias.perfil.com]
“Priscilla dan saya mendapat kehormatan bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan. Kami mengatakan kepadanya betapa kami mengagumi pesan belas kasih dan kelembutannya,” kata pendiri dan pemilik Facebook ini.

Di Santa Marta
Siapa yang bangun saat Paus Fransiskus bangun di pagi hari? Sama ketika masih menjadi Uskup Agung Buenos Aires, Argentina, Paus Fransiskus selalu bangun pagi pukul 4.45 waktu Roma. Jalanan Kota Abadi sepertinya nyaris tidak ada orang pada waktu itu.

Dengan ini, ia tetap menjadi yang “bangun pertama.” Di rumah yang terletak di belakang pom bensin itu, Paus Fransiskus memulai setiap paginya dengan berdoa dan mempersiapkan diri untuk Misa setiap pagi. Di kamarnya, Paus biasa merenungkan bacaan hari itu dan juga mempersiapkan homilinya.

Paus Memimpin Misa pagi di Kapel Santa Marta. [www.ncregister.com]
Misa di Kapel Santa Marta dimulai pukul 7. Mengikuti Misa di kapel ini, menjadi kesempatan paling istimewa untuk dekat dengan Paus. Saat lagu pembuka Misa berkumandang, seketika Paus masuk dari sisi samping altar tanpa disertai putra altar.

Suasana yang seketika membangun keintiman dengan pemimpin semilyar lebih umat Katolik ini. Saat homili mulai disampaikannya, ini menjadi sebuah pesan yang ditujukan kepada seluruh Gereja Katolik di seluruh dunia.

Saat Misa berakhir, semua orang tetap duduk. Paus Fransiskus bangkit dalam hening, sesekali ia berjalan ke kursi di barisan belakang, untuk berdoa di antara orang-orang yang datang. Saat inilah, semua mencoba berpura-pura tidak ada di sana, memberi kesempatan baginya untuk pribadi bersama Tuhan. Inilah gambaran rumah Si Fransiskus dari Amerika Latin saat ini.

Paus dalam makan siang informal bersama beberapa Rabi Yahudi di Domus Santa Marta. [www.vosizneias.com]
Setiap bagian Domus Santa Marta akan menjadi gambaran kesederhanaan Paus Fransiskus. Sama juga dengan menu sarapannya setiap hari. Paus sarapan di kafetaria yang berada di Domus Santa Marta. Di sana, ia menyantap makanan yang sama dengan Karyawan yang lain.

Tidak ada yang istimewa, dia duduk di sebuah meja, ditemani beberapa orang yang bersama karyawan menyantap sarapannya. “Rasanya lebih enak di sini,” kata Paus suatu kali.

 

Antonius E. Sugiyanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles