75 Tahun Keuskupan Bogor: Jangan Jadi Jago Kadang

98
Uskup Bogor, Mgr Paskalis Bruno Syukur menabuh gong tanda dibukanya Perayaan 75 Tahun Keuskupan Bogor sampai 7 Desember 2024. Tampak hadir Wali Kota Bogor, Aryo Bima (tengah), Dirjen Bimas Katolik, Suparman (ketiga dari kanan), Uskup Emeritus Keuskupan Bogor, Mgr. Michael Cosma Angkur, OFM (kedua dari kanan) dan tamu undangan lainnya.
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – “GEREJA bagai bahtera di laut yang seram, mengarahkan haluannya ke pantai seberang. Mengamuklah samudera dan badai menderu, gelombang zaman menghempas dan sulit ditempuh” terdengar menggema di Gereja Katedral Bogor pada Sabtu pagi (9/12/2023). Di tengah lantunan, wajah-wajah imam, suster, frater, tamu undangan, hingga umat awam dapat terlihat memenuhi berbagai titik daerah Katedral. Semua hadir, nampak dengan antusiasme dan antisipasi, untuk memeriahkan pembukaan ulang tahun ke-75 Keuskupan Bogor.

Memasuki usia berlian, Keuskupan Bogor berupaya menghidupkan Gereja sinodal yang semakin transformatif, misioner, dan berdialog. Adapun perayaan misa syukur saat itu dipimpin oleh Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM dengan konselebran Kuria Keuskupan Bogor.

Perarakan pembuka diawali dengan vandel lambang lima uskup yang dibawakan oleh para frater, dilanjutkan vandel paroki-paroki se-Keuskupan yang dibawakan oleh perwakilan dewan paroki, dan Patung Maria serta Salib Yesus yang akan digunakan untuk kirab misi diikuti lebih dari 90 imam se-Keuskupan berkasula putih.

Dengan ekspresi cerah, uskup yang kerap menyuarakan Gereja sinodal itu menyapa umat dari berbagai paroki Keuskupan. Ia berkata, “Seni dari sebuah kehidupan juga ditentukan dengan perjumpaan. Bahkan, hidup tanpa perjumpaan itu kering dan membosankan. Ketika ada perjumpaan, akan terjadi dialog, sharing, dan kebersamaan.”

Momentum itu sendiri memang rasanya patut dirayakan. Sebab, langgengnya umur Keuskupan adalah hasil dari persekutuan yang terus-menerus dipertahankan. “Baik persekutuan kita dengan Allah, dengan sesama, dan alam semesta,” ujar Mgr. Paskalis.

Maka, untuk menyambut usia 75 tahun di tahun depan, Keuskupan merencanakan serangkaian acara untuk menyemarakkan tema “Menghidupi Gereja Sinodal yang Semakin Transformatif, Misioner, Berdialog, serta Mensyukuri Anugerah Anak dan Remaja”. Pada perjalanan satu tahun kelak, Uskup pun mengharapkan partisipasi umat dari seluruh paroki.

Keuskupan menargetkan untuk menyentuh tiga aspek: antaragama, sosial masyarakat, dan seni budaya. Hal ini bahkan nampak telah hadir sejak hari pembukaan, di mana terlihat beragam pakaian bercorak kedaerahan mengisi Gereja Katedral. Dengan pemandangan itu, perayaan Misa seolah terasa lebih berwarna. Sebuah spirit yang harapannya akan sering terlihat pada satu tahun mendatang.

“Mari kita bersukacita menyaksikan perkembangan yang telah diusahakan pendahulu kita. Tak hanya itu, mari kita meneruskan karya para misionaris di keuskupan ini, baik diosesan ataupun umat awam,” terang Uskup Paskalis yang juga ditemani oleh Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM selaku uskup Bogor selama 19 tahun.

Sarat Keberagaman

Perayaan ulang tahun Keuskupan Bogor kali ini tidak hanya terbatas pada Misa syukur. Lahir dan tumbuh di Tatar Sunda yang sarat akan keberagaman, Keuskupan Bogor pada Sabtu (9/12/2023) juga mengapresiasi budaya pada acara seremoninya. Sejumlah tokoh masyarakat pun ikut hadir dalam perayaan tersebut.

Acara dihadiri oleh sesepuh dari paroki-paroki awal, tokoh lintas agama, hingga tokoh pemerintahan dan lembaga. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Dirjen Bimas Katolik Suparman, Wali Kota Bogor Bima Arya, dan Ketua MUI Kota Bogor KH Tb Muhidin yang datang tanpa disangka-sangka. Mereka, uskup, serta para imam bersama-sama menabuh gong untuk menandai pembukaan resmi 75 tahun keuskupan.

Datang untuk menyapa umat Katolik, Muhidin mengaku senang dengan kedamaian yang telah terjalin di Kota Hujan selama ini. “Selama bertahun-tahun kita telah berdampingan bersama-sama, saling menghormati, hingga Bogor memiliki kerukunan yang terjaga,” ucapnya di tengah panggung pembukaan.

Bagi Romo Ignatius Heru yang menjadi ketua panitia, hal ini tidak terlepas dari peran para gembala di Keuskupan Bogor, mulai dari Mgr. N.J.C. Geise, OFM hingga pemimpin yang ada saat ini. Semakin bergulirnya tahun, perkembangan juga kian terasa. Pun salah satu tokoh yang tidak dapat terlupakan adalah Mgr. Angkur, sosok uskup yang nampaknya sudah sangat familiar bagi umat Keuskupan Bogor.

Jangan Jago Kandang

Kembali ke Bogor setelah beberapa lama, Uskup Angkur memuji besarnya perkembangan tempat lamanya dari zaman dulu ia berkarya. Kini, Keuskupan Bogor memiliki jumlah imam yang dalam ukuran nasional patut dikagumi.

Meski begitu, di momentum ulang tahun ini, Uskup Angkur mengingatkan bagaimana angka yang besar ini perlu diikuti dengan aksi. “Janganlah kita hanya jago kandang. Kita perlu menyebar dan ‘tampil’ di masyarakat luas,” ucapnya dalam sambutannya.

Uskup Emeritus Bogor, Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM (kanan) berjalan bersama Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM

Gerakan yang lebih transformatif ini memang menjadi diharapkan, dan menurut Uskup Paskalis sejatinya dibutuhkan. Iman Katolik perlu memiliki dampak nyata, membuahkan hasil. “Itulah mengapa Gereja Katolik terus berusaha berjalan bersama masyarakat. Bersama siapa pun yang menjadi ciptaan Tuhan, dan saya senang melihat keharmonisan ini dan segala eksplorasinya,” ucapnya.

Meminimalkan Perbedaan

Semangat transformatif dari Uskup Paskalis dan Keuskupan Bogor ini nyatanya juga diakui oleh Bima Arya. Pada kesempatan sambutannya, ia menyebut, “Saya selalu kagum dengan upaya-upaya Keuskupan Bogor yang selalu going beyond. Masuk ke isu-isu keseharian seperti seni budaya, persampahan, dan lain-lain,” puji Bima Arya.

Selama tahun 2023 sendiri, Bima mengaku sering berjumpa dengan umat Katolik. Dalam perjalanannya menjabat selama dua periode, ia menyadari satu kunci dalam menjaga Kota Hujan.

“Yang membuat Kota Bogor bisa merasakan kebersamaan itu, ya ketika kita bisa bersama-sama lebih banyak mencari persamaan dan meminimalkan perbedaan. Seperti acara saat ini yang mempersatukan kita,” ungkapnya.

Suparman juga menyampaikan kerukunan beragama ini sedang diupayakan oleh Kementerian Agama. Mereka sedang mencoba mengusahakan berbagai upaya, termasuk menyentuh isu kesetaraan dan membuat Alkitab dalam bentuk braille.

Partisipasi Anak Muda

Berjalannya pentas budaya tidak luput dari peran berbagai pihak, khususnya kaum muda. Tari Bubuka khas Jawa Barat yang dibawakan oleh para siswi SMA Regina Pacis Bogor mengawali rangkaian pentas budaya, layaknya tuan rumah yang menyambut tamunya dengan penuh hormat.

Kolaborasi antarpihak dalam keberagaman menjadi kunci keberhasilan acara ini. Mojang Jajaka Kota Bogor sebagai duta pariwisata Bogor pun turut hadir, mempersembahkan lagu-lagu bernuansakan Bogor dan ditutup dengan lagu Alusi Au.

Penampilan Drama Kolosal dari Sekolah Mardi Yuana.

Meski hujan lebat mengguyur Kota Bogor, semangat umat untuk mengikuti acara tidak kian surut. Dalam kesempatan ini, diumumkan pemenang theme song 75 tahun Keuskupan Bogor. Paroki Santo Joannes Baptista Parung berhasil memenangkan nomor wahid perlombaan tersebut. Lirik yang sarat akan makna sinodal dan misioner, dipadukan dengan gerakan flashmob, mengajak umat untuk ikut menari bersama.

Persembahan tarian kolosal oleh Yayasan Mardi Yuana juga menarik perhatian umat. Pasalnya, tarian tersebut dipadukan dengan penampilan teatrikal sejarah lahirnya Keuskupan Bogor. Setiap penari menyajikan tarian antardaerah dengan apik.

Penampilan Barongsai oleh Persatuan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih serta modern dance pun turut memeriahkan acara ini. Selain pentas budaya, umat dapat menikmati terdapat pula aneka stand UMKM di sekitar panggung acara. Sebagai penampilan pamungkas, persembahan Unamed Band merampungkan keseruan ulang tahun berlian yang penuh rahmat itu.

Aloisius Johnsis (Kontributor, Bogor)

Majalah HIDUP, Edisi No.1, Tahun Ke-78, Minggu, 7 Januari 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here